Bukan hanya bangga. Tapi sikap Hormat dan apresiasi saya ingin sampaikan ke Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang hari ini berulang tahun ke-77, 5 Oktober 2022. Karena hingga kini, TNI telah mampu menjalankan tugas pokoknya untuk menegakkan kedaulatan negara RI, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Tidak ada perang, tidak ada invasi bahkan tidak ada penodaan pertahanan terhadap bangsa Indonesia.
Sebagai anak tantara, saya harus tegas menyatakan TNI patut
diapresiasi. Selain loyal kepada negara, TNI mampu menjadi organisasi yang
kokoh dan Tangguh untuk menjaga keamanan dan pertahanan bangsa Indonesia. Sekalipun
masih ada “pekerjaan rumah” menyangkut kesejahteraan tantara. Maklum zaman
Bapak saya, tantara tahunya hanya membela negara. Harus meninggalkan keluarga
bertahun-tahun ke Timor-Timur, ke Irian Jaya. Bertaruh nyawa walau gajinya
tidak seberapa. Uang lauk pauk pun kecil sekali. Begitulah saya dibesarkan oleh
seoarang ayah yang tantara.
Tapi
saya akui diajar dan dididik oleh seorang tantara sangat membanggakan. Agar
selalu punya semangat juang tinggi. Tangguh dan tidak cengeng seperti
orang-orang sekarang. TNI tidak mudah baperan, bahkan anti hoaks dan ujaran
kebencian. Apalagi menyalahkan orang lain bukan karakter TNI. Teringat nasihat
Bapak saya, “tentara itu tidak boleh berpikir macam-macam". Tahunya, membela
negara, apapun keadaannya siapapun musuhnya.
Dari
situ, saya jadi tahu beda tentara dengan sipil. Kalau tentara itu kerjanya
hanya memberi bukti. Diperintah pergi ke mana saja dijalankan. Entah bertempur
atau hanya jaga wilayah NKRI. Sementara sipil, mungkin, lebih suka kata-kata
dan janji. Segala sesuatu diperdebatkan. Diperintah justru malah berdebat. Kebanyakan
diskusi, hingga lupa akan janji.
Sekali
lagi, terima kasih TNI. Karena di tubuh tantara, selalu mengalir jiwa ksatria,
tegas, dan bijaksana untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara. Pantang
menyerah untuk bela negara, bukan merongrong negara. Bila TNI adalah rumah,
maka Indonesia itu ibarat pekarangan. Maka setiap tantara, pasti akan menjaga rumah
dan pekarangan itu sekaligus. Tanpa pandang bulu, tanpa pikiran macam-macam.
Dididik
dengan cara-cara tentara, saya jadi tahu kehebatan tantara. Tinggal di komplek
tentara. Jadi kenal senjata, kopel rim, sepatu lars, baret hijau, helm perang,
PDL, dan lainnya. Bapak saya pernah bilang, “hidup itu seperti menembak.
Arahkan ke depan, jangan hiraukan kiri dan kanan. Fokus hanya pada sasaran
tembak, pada tujuan”. Ternyata, begitu tantara bekerja.
Ada
yang patut dipelajari dari tantara. Bahwa tentara itu siap bertempur bukan
karena dia membenci apa yang ada di depannya. Tapi karena dia mencintai apa
yang ada di belakangnya. Kapan saja dan di mana saja. Luar biasa, terima kasih tantara.
Selamat ulang tahun TNI. #DirgahayuTNI #TerimaKasihTentara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar