Suatu kali, seorang anak muda bertanya. “Pak, apa iya zaman begini jadi orang baik itu susah?”. Maka saya pun menjawab, “Begini ya anak muda. Justru pertanyaan kamu salah. Harusnya di balik. Memang susah ya jadi orang tidak baik?”.
Alasannya sederhana. Bila bertanya jadi
orang baik itu susah, berarti kita dalam posisi sedang jadi orang yang tidak
baik. Atau sedang berpikir bahwa “jadi orang tidak baik itu lebih mudah
daripada jadi orang baik”. Padahal secara kodrati, semua orang itu baik. Apalagi
yang paham akan adanya kehidupan akhirat, untuk apa ada di dunia bila tidak
berbuat baik?
Sejatinya, jadi orang baik itu sangat
gampang. Cukup bermodalkan hati dan sedikitkan logika. Hanya kerjakan yang diperintah
lalu tinggalkan yang dilarang. Bersyukur dan perbanyak perbuatan baik,
khususnya kepada sesama. Sementara jadi orang tidak baik justru sulit. Karena
harus menambah tensi egoism dan mempercayakan segala sesuatunya kepada logika
alias otak. Maka muncullah rasa benci, rasa dendam, atau hasrat untuk
mengalahkan orang lain. Hingga hidupnya dikuasai hawa nafsu, bukan lagi hati. Jadi
jelas, lebih sulit jadi orang tidak baik daripada jadi orang baik.
Spirit menjadi orang baik itulah yang dijalankan
pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Mulai dari menyediakan akses
bacaan melalui aktivitas TABA (TAman BAcaan) dengan 130 anak pembaca aktif, mengajar
kaum buta aksara di GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga
belajar, membimbing aktivitas 26 anak KEPRA (Kelas PRAsekolah) belajar calistung,
membina 14 anak YABI (YAtim BInaan) dan 12 JOMBI (JOMpo BInaan), bahkan menjadi
tempat aktualisasi diri 2 anak difabel dan membebaskan 31 kaum ibu dari jeratan
rentenir melalui Koperasi Simpan Pinjam Lentera. Ada pula aktivitas DonBuk
(Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), LITDIG (LITerasi DIGital), LITFIN
(LITerasi FINansial), LIDAB (LIterasi ADAb), dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling).
Semua program literasi yang ada di TBM Lentera Pustaka dilandasi niat dan
ikhtiar baik. Agar mampu jadi “ladang amal” semua orang.
Orang-orang baik di taman bacaan hanya
bisa mengerjakan yang baik. Sangat sulit berpikir dan bertindak tidak baik. Karena
taman bacaan sadar, pujian orang itu tidak mungkin mengangkatnya menjadi orang mulia.
Maka cercaan dan kejahatan orang lain pun tidak akan merendahkannya. Semuanya diserahkan
kepada Allah SWT. Di taman bacaan, hanya dibutuhkan komitmen, konsistensi, dan
ketulusan dalam ber-literasi. Sebagai cara sederhana membangun keikhlasan dalam
berbuat baik. Tidak peduli terhadap komentar apalagi cercaan orang lain. Toh,
mereka pun sama sekali tidak mampu berbuat baik di taman bacaan.
Sama sekali tidak susah jadi orang baik,
apalagi di taman bacaan. Asal mau berbuat baik itu sudah cukup. Dan tidak usah
peduli terhadap orang-orang yang tidak baik. Karena nanti, pada akhirnya pasti “ada
batas” antara orang baik dengan orang tidak baik. Maka di taman bacaan, siapa
pun hanya dituntut untuk terus memperbaik niat, memperbagus ikhtiar dan berdoa.
Selebihnya, biarkan Allah SWT yang akan bekerja untuk hamba-Nya. Tetap jadi
diri sendiri dan terus berbuat baik. Jangan pernah
membuang waktu berurusan dengan orang-orang yang bukan orang baik!
Teruslah berbuat baik di mana pun. Karena
orang baik tidak harus mengatakan bahwa dia
adalah orang baik. Tapi dia menunjukkan kebaikan dalam perbuatan. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar