Bila ditengok ke luar sana, entah kenapa tidak sedikit orang yang "gagal" mencintai pekerjaaanya? Sering berkeluh kesah, merasa tidak cukup. Cepat jenuh dan ingin berhenti. Tapi sayang, akhirnya ya tetap begitu-begitu saja. Tidak ada yang berubah. Kasihan pekerjaan, tiap hari dilakoni tapi selalu dikeluhkan.
Gagal mencintai
pekerjaan. Jadi bikin stres, jenuh, dan merasa kerjaan jadi beban. Income-nya
pun tidak seberapa. Apalagi mereka yang kerjanya mengurus taman bacaan dan
berkiprah di gerakan literasi. Sudah korbankan waktu, pikiran, dan tenaga tapi
tidak ada yang bayar. Kok mau-maunya kerja bukan karena uang? Tidak masuk akal.
Pantas, pegiat literasi dianggap orang-orang nggak punya kerjaan.
Banyak orang lupa.
Kerja itu mau di kantor atau mau di taman bacaan ya sama saja. Selelah dan
sehebat apapun, tidak akan pernah jadi berkah. Bila tidak didasari oleh cinta.
Bila sudah dipilih ya kerjakan saja, apapun dengan penuh cinta. Selebihnya
biarkan Allah SWT yang akan bekerja untuk kita.
Kerja atas nama cinta
itu, mampu mensyukuri apa yang ada. Bukan melulu mengejar yang tidak dipunya.
Untuk apa membandingkan apa yang dimiliki dengan orang lain. Nggak usah terlalu
memikirkan orang lain, toh mereka tidak sekolahkan kita. Tidak pula ngasih
makan. Jangan pusing untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bila perlum jauhkan
orang-orang yang tertabur benci dan sikap apatis.
Literasi itu harus
realistis. Bukan mimpi tanpa esensi. Maka kerjakan saja apapun dengan hati.
Karena hanya hati yang mampu mempermalukan sesuatu yang dikerjakan dengan otak.
Senangi pekerjaan sendiri, berhentilah menyenangkan semua orang. Pilihlah
"jalan kembali" yang menyehatkan, yang mencerahkan sekalipun di taman
bacaan.
Ada yang sering lupa.
Semua orang itu pengen bahagia. Tapi hanya sedikit orang yang tahu bagaimana
cara membahagiakan dirinya sendiri. Literat itu memang berat! Salam literasi #CatatanLiterasi
#TBMLenteraPustaka
#TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar