biarlah aku menapak di taman bacaan
tetap bertindak meski diinjak,
tetap mengabdi meski dikebiri
dan tetap diam meski didendam.
Hingga kau sadar dan terdiam
di ujung temaram (Syarif Yunus)
Begitulah teks puisi di Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Selalu ada waktu
dan pementasan puisi di taman bacaan. Bahkan “spot baca puisi” di taman bacaan
yang dikenal aktif dan kreatif in, ada di banyak tempat, Di ruang baca, di kebun
baca, di rooftop baca atau di jalanan catwalk literasi.
Berpuisi di taman bacaan. Agar hidupmu
indah.
Karena taman bacaan bukan hanya
tempat membaca buku. Tapi taman bacaan pun sarana ekspresi diri. Tempat bertemunya
orang-orang baik dan keindahan sesama manusia. Karena dalam sebait puisi, bukan
hanya kata-kata yang lembut. Tapi mengajarkan betapa lapangnya hati untuk
berbuat. Kata-kata yang tulus dan penuh makna, ada saat berpuisi di taman
bacaan.
Berpuisi di taman bacaan. Sama
sekali tidak menghendaki cacian atau hujatan. Puisi keras bukan berarti
membenci. Puisi lantang pun bukan pula mengebiri. Puisi hanya untaian rasa,
dari hati, dari sanubari para pegiat literasi. Untuk tetap mengabdi di jalan
sunyi.
Saat berpuisi, kamu akan tahu.
Bahwa tiap kata dalam puisi tidak akan pernah saling mendahului. Kata yang selalu mengerti di mana harus
ditempatkan. Kata-kata yang saling mengisi dan memberi arti. Seperti cinta yang
kamu rasakan. Saat kepada siapa cinta diberikan, bagaimana cinta itu disajikan?
Maka "berpuisilah di taman bacaan”. Agar segera pergi kemunafikan dirimu
yang masih tersisa. Hanya puisi tanpa distorsi.
Berpuisi di taman bacaan itu
bukan sepi. Bukan pula mimpi apalagi api. Puisi untuk instrospeksi. Lalu
menjelam ke dalam lubuk hati yang suci. Sebuah nyanyian jiwa meresapi, bukan meratapi.
Tentang literasi, tentang anak-anak yang kian asing dari halaman buku di bumi
pertiwi.
Berpuisilah
di taman bacaan.
Agar siapa pun mampu menemukan
jati diri. Untuk menggenggam keindahan milik sendiri. Bukan keindahan orang
lain yang sebatas intuisi. Karena puisi selalu berkata, "Jangan sesali
sesuatu yang telah berakhir meskipun itu baik. Karena tanpa akhir, kamu tak
akan pernah mendapat awal yang lebih baik."
Hanya
puisi yang selalu menasihati. Setinggi dan sehebat apapun kamu. Pasti sulit
melangkah jika hati selalu rapuh tanpa peduli. Maka berpuisi di taman bacaan. Selalu
memberi inspirasi. Untuk mengabdi tiada henti, sebelum sujud terakhirmu tiba. Salam
literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar