Idul Adha selalu identik dengan menyembelih hewan. Berkurban sebagai simbol cinta dan pengorbanan seorang ayah kepada anaknya. Saat Nabi Ibrahim AS mendapat wahyu untuk menyembelih anak kandungnya sendiri, Ismail AS. Ibrahim dihadapkan pada kondisi dilematis. Cinta kepada Allah SWT sebagai bukti ketaatannya dan pengorbanan merelakan anaknya disembelih atas perintah-Nya. Hingga akhirnya digantikan oleh seekor hewan kurban.
Kisah Nabi Ibrahim
AS adalah bukti. Ketika iman dan takwa atas dasar cinta kepada Allah SWT, tidak
ada yang dapat melebihi segalanya. Sebagai hamba, siapa pun hidup di dunia,
sejatinya untuk mengabdi kepada Allah SWT. Selalu melangkah di jalan kebenaran
dan kebaikan, apa pun kondisinya.
Lebih
dari itu, Idul Adha tidak hanya sekedar menyembelih hewan.
Ada
pelajaran penting di dalamnya. Dengan berkurban, kita tidak hanya sekedar
melaksanakan perintah Allah SWT. Tapi juga diberi kesempatan untuk
memanifestasikan rasa solidaritas sosial sebagai simbol ketakwaan. Melalui hewan
kurban, siapa pun dapat belajar untuk terus meningkatkan sikap istikomah dalam
menebarkan kebaikan dan kepedulian terhadap sesama. Karena wajib hukumnya bagi
orang yang “kuat” membantu orang yang “lemah”.
Idul Adha
bukan sekedar menyembelih hewan. Tapi mampu membentuk sikap untuk lebih ikhlas
dalam berbuat, lebih baik dalam bertindak, dan lebih mawas diri dari godaan hidup
di dunia. Karena dengan berkurban, ada makna lebih luas yang patut direnungkan,
seperti:
1. Belajar
untuk tetap rendah hati atau tawadhu
2. Belajar
untuk tidak gila pujian, karena hanya Allah SWT yang berhak dipuji
3. Belajar
untuk tidak membedakan status sosial, semua sama di hadapan Allah SWT
4. Belajar
untuk memiliki jiwa dan perilaku peduli sosial
5. Belajar
untuk mencintai Allah SWT yang diikuti amal soleh yang nyata
6. Belajar
untuk bersyukur atas apa yang sudah dimiliki
7. Belajar
untuk berbuat baik, kapan pun dan di mana pun
Jadi Idul
Adha bukan hanya sekadar menyembelih hewan. Tapi sekalligus keberanian kita
sebagai hamba untuk “menyembelih” ego diri sendiri. Menjauhkan diri dari sikap
sombong, angkuh, mau menang sendiri, dan benci kepada orang lain. Dilarang
merendahkan orang lain, menebar aib bahkan berkeluh kesah dalam hidup tanpa mau
bersabar dan bersyukur.
Hikmah terbesar
dari Idul Adha adalah keberanian untuk belajar menjadi lebih baik dalam amal
ibadah dan menebar manfaat kepada banyak orang. Khoirunnaas anfa’uhum linnaass,
sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Salam
literasi #IdulAdha #TBMLenteaPustaka #PeduliSosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar