Kenapa saya susah menulis? Mungkin karena saya tidak membiasakan untuk menulis setiap hari.
Buktinya
hingga saat ini, sudah 39 buku saya hasilkan. Sepanjang 12 tahun, dari
2010-2022 ini, rata-rata 3 buku per tahun diterbitkan. Ada yang menulis
sendiri, menulis bersama anak atau menulis bersama mahasiswa. Bukunya
bisa diperoleh di toko buku ternama atau toko online. Intinya saya
menulis. Sebab menurut saya, ada hal-hal sederhana yang selalu bisa ditulis.
Dalam hidup siapa pun, termasuk saya.
Saat
ditanya orang, kenapa saya menulis? Jawab saya, saya menulis untuk diri
sendiri. Sebab menulis itu seperti olahraga, atau makan, atau tidur. Untuk
menyehatkan pikiran, mencerahkan batin. Agar mampu membangun pikiran baik dan
mental yang positif. Maka menulislah agar sehat, jangan hanya ngedumel di media
sosial.
Menulis
pula yang bikin saya “berteman” dengan pengalaman, pengetahuan atau perasaan.
Menulis sebagai ruang terbuka untuk ber-ekspresi. Apa saja dan di mana saja.
Seperti saat bikin tulisan ini pun, saya sedang di Busway 9C menuju Senayan
dari Cawang UKI. Lebih baik menulis daripada banyak bicara.
Dengan
menulis pun, saya akrab dengan buku-buku. Termasuk mengelola Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Ketahuilah, tidak
ada orang yang mampu menulis tanpa pernah membaca. Seperti tidak ada orang yang
pandai bicara tanpa pandai mendengarkan. Karena menulis, kita jadi membaca.
Sederhana kan?
Scripta
manent verba volant; yang tertulis akan abadi dan yang terucap akan hilang.
Maka saya menulis. Menulis juga perbuatan bukan pelajaran. Menulis itu
keberanian bukan kekhawatiran. Menulis harus praktik bukan teori. Jangan
terlalu banyak berdiskusi tentang menulis. Karena menulis harus dilakukan. Maka
saya sering “memaksa” diri saya dan orang lain untuk menulis.
Sebagai
pegiat literasi, saya pun selalu menulis. Tidak ada aktivitas di TBM Lentera
Pustaka yang tidak saya tuliskan. Bila TBM isinya praktik baik, kenapa tidak
dituliskan? Selalu ada yang bisa dibagi dan dituliskan di taman bacaan, tanpa
terkecuali. Alhamdullah hingga kini, mungkin saya termasuk pegiat literasi yang
rajin menulis setiap hari. Silakan di cek di web: www.tbmlenterapustaka.com.
Perlu
diketahui, saya pun tidak menulis untuk cari uang. Bahwa ada tulisan yang
diterbitkan di media massa lalu mendapat honor, itu hanya bonus. Saya menulis
pun bukan untuk menyelamatkan dunia. Atau mengejar popularitas. Saya menulis
karena menulis sudah jadi gaya hidup, sudah jadi kebiasaan. Ibarat “tidak bisa
tidur bila belum menulis”. Tiap hari saya menulis. Minimal 300 kata atau bisa
juga 6.000 karakter. Tentang apa saja, tentang apa pun. Asal berdasar
pengalaman, pengetahuan atau perasaan saya. Bukan pengalaman atau perasaan
orang lain, karena itu susah banget. Jujur, jadi orang lain itu susah banget
untuk dituliskan. Apalagi dalam kehidupan sehari-hari ya.
Kenapa
saya menulis?
Karena
saya senang dan terbiasa menulis. Seperti kata orang jatuh cinta “Bila sudah
cinta, apa pun pasti senang dikerjakannya”. Dan ketahuilah, resep menulis yang
paling jitu adalah “menulis, menulis, dan menulis” bukan yang lainnya. Salam
literasi. #KenapaSayaMenulis #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar