Sekalipun bersifat sosial, pengelolaan taman bacaan tidak dapat dilepaskan dari pendanaan. Seberapa besar dana yang dibutuhkan dan dari mana berasal? Ternyata 87% dana operasional taman bacaan berasal dari kantong pengelola taman bacaannya. Hanya 12% dari donatur dan 1% dari pemerintah. Begitu simpulan Survei Tata Kelola Taman Bacaan tahun 2022 yang dilakukan TBM Lentera Pustaka (Juni 2022).
Survei
ini menegaskan pentingnya kolaborasi dan dukungan pihak korporasi atau
pemerintah daerah mendukung aktivitas taman bacaan. Agar dapat memberi dampak
signifikan terhadap gerakan literasi di Indonesia. Kepedulian terhadap taman
bacaan dalam bentuk donasi maupun CSR sangat diperlukan. Sehingga upaya
meningkatkan kegemaran membaca dapat berlangsung optimal. Bukan tidak mungkin
ke depan, kendala ketersediaan dana operasional taman bacaan dapat menyurutkan rtinitas
kegiatan di taman bacaan.
Survei Tata Kelola Taman Bacaan tahun 2022 ini diikuti 94
pegiat literasi dari 70 kabupaten/kota di 22 provinsi di Indonesia, terdiri
dari DKI Jakarta, Jatim, Jabar, NTT, NTB, Jambi, Jateng, Sumut, Maluku,
Papua Barat, Sulsel, Sumbar, Kalbar, Sulbar, Sultra, Aceh, Banten, Lampung, Sumsel,
Riau, Sulteng, dan Maluku Utara. Selain menyiratkan ada tantangan besar di
gerakan literasi di Indonesia, survei ini juga memetakan kondisi objektif di
lapangan yang dihadapi pegiat literasi di taman bacaan.
Melihat
peran penting taman bacaan, dana operasional patut mendapat perhatian berbagai
pihak. Karena dana itulah yang digunakan untuk melakukan aktivitas dan program
literasi di taman bacaan, di samping untuk meingkatkan sarana prasarana yang
dibutuhkan taman bacaan. Karena sejatinya, tempat membaca memang harus dibikin
senyaman dan menarik mungkin.
“Memang
agak klasik, tapi masalahh dana operasional adalah realitas yang dihadapi taman
bacaan. Maka harus ada kolaborasi di taman bacaan, di samping perhatin berbagai
pihak utamanya pemerintah daerah dan korporasi melalui CSR. Agar taman bacaan bisa
jadi tempat yang asyik dan menyenangkan untuk membaca”, ujar Syarifudin Yunus,
Pendiri TBM Lentera Pustaka di Bogor sekaligus pelaksana Survei Tata Kelola
Taman Bacaan tahun 2022.
Taman bacaan, tentu akan aktif dan kreatif bila didukung
dana operasional yang memadai. Karena itu, masalah dana menjadi “pekerjaan
rumah” para pegiat literasi dan masyarakat. Demi peningkatkan kegemaran membaca
di era digital. Taman bacaan yang menarik, tentu akan lebih mudah mengundang
animo anak-anak untuk membaca buku.
Tapi
apa pun kondisinya, taman bacaan tetap komitmen untuk terus meningkatkan
tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Salam literasi #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar