Berkiprah di taman bacaan adalah sebuah keputusan. Berjuang untuk literasi pun sebuah keputusan. Bahkan menyediakan akses bacaan untuk anak-anak pun bukan perkara gampang. Sementara orang-orang serba digital, taman bacaan masih berpikir buku-buku yang manual. Taman bacaan, sama sekali tidak populer. Lalu pertanyaannya, apakah saya menyesal berada di taman bacaan?
Memang ada benarnya. Anekdot yang
menyebut “pendaftaran itu berada di depan dan penyesalan itu datangnya
belakangan”. Memilih taman bacaan sebagai jalan hidup bisa jadi menyesal. Berjuang
jadi pegiat literasi pun bisa jadi pilihan yang tidak pas di era digital
seperti sekarang. Apalagi sulitnya membangun tradisi baca dan budaya literasi
di masyarakat. Bisa jadi, penyesalan yang terjadi kian paripurna.
Untuk
para pegiat literasi, apakah Anda menyesal berada di taman bacaan?
Itu
pertanyaan sederhana, sangat mudah untuk dijawab. Karena faktanya di luar sana,
tidak sedikit orang yang menyesal setelah mengambil keputusan. Merasa salah memilih
jurusan saat kuliah, merasa salah memilih pekerjaan. Bahkan menyesal karena telah
membuang kesempatan di depan mata. Anda menyesalkah?
Jaid
begini sahabat. Di dunia ini, setiap manusia pasti akan dan pernah menyesal
dalam hidup. Tanpa terkecuali dia orang baik atau tidak baik. Jangan orang
tidak baik, orang baik pun pasti menyesal. Penyesalan itu sesuatu yang dekat
dengan manusia. Tapi untuk apa menyesal atas pilihan?
Penyesalan
itu sama dengan kerugian. Bagi sahabat muslim,, tentu hafal dengan surat pendek Al ‘Ashr (waktu). Bahwa “Demi waktu. Sungguh, manusia berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
(QS Al ‘Ashr: 1–3). Waktu adalah aset terpenting yang dimiliki manusia. Tapi sayangnya,
tidak semua manusia mampu mengelola waktu hidupnya. Maka siapa pun akan
menyesal bila gagal menggunakan waktunya.
Siapa
pun yang gagal mengelola waktu, pasti merasakan penyesalan. Manusia yang rugi
dan menyesal. Bahkan orang yang telah berbuat baik sekalipun, akan menyesal. Mengapa
dia tidak berbuat baik lebih banyak, lebih sering? Bukankah “khoirunnas
anfauhum linnas”, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain?
Anda merasa
menyesal berada di taman bacaan, tidak masalah. Penyesalan itu lumrah. Tapi
penyesalan bukan berarti negatif. Justru penyesalan bisa berdampak positif bila
mampu direnungkan dan dijadikan hikmah dalam hidup. Karena dengan menyesal,
siapa pun bisa memperbaiki niat dan meningkatkan ikhtiar. Agar rasa sesal mampu
menjadikan untuk:
1.
Makin tahu kemampuan diri sendiri untuk meningkatkan “tahu ilmu tahu diri
tahu arti peduli” dan mengenal kelebihan – kekurangan diri sendiri.
2.
Meminimalisasi kegagalan untuk bahan evaluasi dan pembelajaran ke depan.
3.
Mempunyai sudut pandang baru untuk melihat setiap masalah secara lebih
objektif.
Penyesalan
itu fakta, bahkan bersifat mutlak. Untuk apa pun dan di mana pun. Jadi yang
terpenting itu bersikap untuk ke depannya. Bila taman bacaan jadi jalan hidup, maka
kerjakan dan nikmatilah. Tidak usah mengeluh, apalagi kecewa dan marah pada diri sendiri. Untuk apa menyesal bila tidak
menjadikan lebih baik dan lebih bermanfaat untuk orang lain?
Seperti
saya di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Sama sekali tidak
menyesal berada di taman bacaan. Setelah 5 tahun berjalan, dari hanya 14 anak
kini menjadi 130 anak pembaca aktof. Dari 1 program taman bacaan kini menjadi
14 program literasi dan memberi layanan ke 250 orang setiap minggunya. Taman
bacaan yang buka 6 hari dalam seminggu. Jusru
bagi saya, taman bacaan bukan hanya tentang "jalan" yang dipilih.
Tapi tentang "jejak" apa yang hendak ditinggalkan nanti. Bekap apa yang
akan dibawa “pulang” esok ketika waktunya tiba?
Teruslah
perbaiki niat dan tingkatkan ikhtiar baik di taman bacaan. Agar waktu yang
dimiliki dan hidup yang dijalani tidak sia-sia. Agar selalu memberi manfaat
untuk banyak orang. Sungguh di taman bacaan, saya belajar. Bahwa rasa syukur
harus jauh lebih kuat daripada keluhan dan penyesalan apa pun.
Jadi, apakah ada orang yang menyesal
saat beribadah? Salam literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar