Mungkin di dunia ini, penjara yang paling sulit untuk bebas adalah penjara pikiran. Terlalu sering takut, terlalu khawatir yang berlebihan. Sehingga tidak mampu berbuat dan melakukan apa pun. Belum mencoba sudah pesimis duluan. Belum memulai sudah diakhiri sendiri. Punya potensi dan kesempatan tapi tidak dimanfaatkan secara optimal. Akibat terpenjara pikiran sendiri.
Baru punya masalah sedikit, bisanya hanya
berkeluh-kesah. Baru dimusuhi orang seperti jadi korban yang paling menderita.
Baru tidak punya uang, gayanya seperti orang paling miskin sedunia. Lupa bahwa
masalah dan tantangan itu dihadirkan untuk menempa diri. Agar memiliki jiwa
yang kuat sekaligus meningkatkan iman dan takwa. Akibat terpenjara pikiran sendiri,
jadi lupa bersyukur. Bahwa apa yang dialami dan dianugerahi kepada siapa pun,
sejatinya sudah pantas untuknya.
Seperti pegiat literasi di taman bacaan
pun sering terpenjara pikiran sendiri. Koleksi bukunya sedikit sudah frustrasi.
Anak-anak yang membaca sedikit sudah kecewa. Taman bacaannya begitu-begitu
saja, sudah berpikir tidak mau diteruskan. Belum berjuang optimal, belum berkreasi
yang maksimal di taman bacaan sudah gampang menyerah. Maka tidak ada kata lain,
pegiat literasi “dikarang” terpenjara pikiran sendiri. Harus selalu berpokir
positif dan optimis dalam ber-literasi. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi
masyarakat ke depan.
Jangan biarkan terpenjara pikiran
sendiri.
Banyak
orang menyangka gajah jalannya pelan. Padahal gajah, bila sudah ngamuk, dampaknya
sangat dahsyat. Gajah itu mampu berjalan lebih dari 40 km per hari, bahkan bisa
merusak satu kampung dan merobohkan pohon sebesar apa pun. Tapi gajah seliar
apa pun, tidak akan mampu berbuat apa-apa bila kakinya sudah diikat, dirantai
kuar seperti penjara. Gajah tidak bebas bergerak sekalipun hanya diikat seutas
tali kecil. Saat diikat di tiang kecil, gajah pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Begitulah analogi, orang yang terpenjara pikiran sendiri.
Terpenjara
pikiran sendiri. Ketika siapa pun termasuk pegiat literasi di taman bacaan terlalu
pesimis dalam hidup, Pikirannya negatif dan sering mematahkan pikiran baiknya
sendiri. Dan yang paling kentara, orang yang terpenjara pikiran sendiri sering
berkata-kata empat hal ini:
1.
Tidak
mungkin, saat segala sesuatu impian besar dianggap sulit bisa dicapai, Taman
bacaan punya banyak buku, banyak anak yang membaca, dan banyak sponsor CSR
dianggap tidak mungkin. Kok bisa?
2.
Tidak bisa, saat cita-cita yang diharapkan
dianggap tidak bisa diraih karena keterbatasan. Taman bacaan punya aktivitas
rutin dan menarik dianggap hal yang sulit dilakukan, tidak bisa dijalankan.
3.
Tidak mau, saat segala rencana yang dicanangkan
tidak mau di-eksekusi. Mentalitas dan ikhtiar untuk menjadi lebih baik
diabaikan. Taman bacaan pengen maju tapi tidak ada yang dilakukan. Sesuatu yang
baik, kenapa tidak mau?
4.
Tidak berani, saat segala yang baik tidak
berani dijalankan. Merasa terlalu banyak kendala sehingga tidak berani untuk
mencoba lagi, tidak berani memulai dengan cara yang berbeda. Taman bacaan ingin
menambah koleksi buku tapi tidak berani bertanya atau membuat proposal ke lembaga
yang berpotesni memberinya?
Terpenjara pikiran sendiri sehingga sering bilang "tidak mungkin tidak bisa, tidak mau, tidak berani". Seperti banyak orang, pegiat literasi
di taman bacaan sering terpenjara pikiran sendiri. Maka sejatinya, musuh taman
bacaan atau pegiat literasi itu bukan ada di luar. Bukan orang lain yang tidak
suka, melainkan diri sendiri. Akibat pikirannya pesimis, negatif, dan terlalu
sering bilang “tidak mungkin”. Akhirnya ya begitu-begitu saja atau begini-begini
saja. Jadi frustrasi sendiri.
Sekadar
berbagi pengalaman, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor sejak
didirikan pada November 2017 pun hanya punya 14 anak yang bergabung. Bukunya
pun hanya 600 buku bacaan. Tidak punya relawan dan tidak satu pun anak yang
terbiasa membaca buku sebelumnya. Tapi kini setelah 5 tahun berjalan dan dengan
mengembangkan model “TBM Edutainment”, TBM Lentera Pustaka kini sudah
menjalankan 13 program literasi, yaitu: 1) TAman
BAcaan (TABA) dengan 140 anak pembaca aktif usia sekolah yang
berasal dari 3 desa, setiap anak pun mampu membaca 3-8 buku per minggu per anak,
2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9
warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak, 4) YABI (YAtim
BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai
sekolah, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah
Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 33 ibu-ibu anggota,
8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng) melalui celengan, 10) LITDIG
(LITerasi DIGital) seminggu sekali, 11) LITFIN (LITerasi FINansial) sebagai
edukasi keuangan, dan 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan akhlak dan
kesantunan, serta 13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling) yang beroperasi seminggu 2
kali. Dari tadinya tidak punya relawan, kini ada 18 relawan yang membantu. Tidak
kurang dari 250 orang menjadi pengguna layanan literasi di TBM Lentera Pustaka
setiap minggunya. TBM Lentera Pustaka boleh dibilang taman bacaan paling
komprehensif di Indonesia, selain paling aktif dalam menggelar aktivitas
literasi secara rutin. Semua itu terjadi karena selalu optimis, berpikir
positif, dan selalu kreatif mencari cara untuk mengembangkan taman bacaan.
Alhadil,pada tahun 2021, TBM Lentera
Pustaka pun meraih berbagai penghargaan, diantaranya: 1) Terpilih “Jagoan 2021”
dari RTV (Des 2021), 2) Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021),
3) Terpilih "31 Wonderful People 2021" dari Guardian Indonesia (24
Sept 2021), 4) Terpilih "Ramadhan Heroes" dari Tonight Show NET TV (6
Mei 2021), dan 5) Terpilih program "Kampung Literasi 2021" dari Dit.
PMPK Kemdikbud RI (14 Nov 2021).
Jadi siapa pun dan pegiat literasi, sudah
sepantasnya menjauh dari terpenjara pikiran sendiri. Jangan terlalu membatasi
diri sendiri apalagi bertindak pesimis. Niatkan yang baik dan ikhtiar yang
optimal untuk mencapai tujuan. Bila sudah, percayalah ada kekuatan “langit dan
Ilahi” yang siap bekerka untuk kebaikan di taman bacaan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar