Satu hal yang patut disyukuri. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka terletak di kaki Gunung Salak Bogor. Lokasi taman baca ini tidak pernah diminta. Tapi prosesnya terjadi begitu saja. Karena sudah dikehendaki-Nya. Tadinya rumah istirahat, kini berubah jadi taman bacaan. Tentu, semua ada prosesnya.
Lalu, apa
maknanya bila taman bacaan berada di kaki Gunung? Ada banyak makna yang bisa
dijadikan pelajaran. Karena gunung itu tempat awal dan akhir dari keindahan
alam yang hakiki. Adalah gunung, satu-satunya objek di dunia ini yang selalu
lebih jauh, lebih tinggi, dan lebih sulit dari kelihatannya.
Maka
siapapun, saat mendaki gunung, diminta tunduk saat mendaki dan tegak ketika
menurun. Seperti itulah seharusnya taman bacaan dan pegiat literasi dalam
berkiprah sosial. Semua akan terlihat lebih sulit dari realitas. Maka
dibutuhkan komitmen, konsistensi, dan sikap sepenuh hati saat ber-literasi.
Banyak orang
lupa. Gunung sama sekali tidak pernah minta untuk didaki. Gunung tidak minta
dikabuti dan disinari. Apalagi ditaklukkan. Hanya manusia angkuh yang merasa
telah menaklukkan gunung. Untuk apa gunung ditaklukkan? Manusia lupa, gunung
itu diam bukan karena tidak ada pilihan. Tapi karena ia tidak mau merusak apa
yang sudah baik di alam semesta selama ini.
Maka
siapa pun yang mendaki. Bukanlah gunung yang ditaklukkan. Melainkan ia sedang
menaklukkan dirinya sendiri. Dari kesombongan, keangkuhan, dan ketidakberdayaan
hidupnya sendiri.
Seperti
gunung pula, taman bacaan bekerja. Saat telah memulai pendakian, jangan pernah
melihat ke bawah. Apalagi ke belakang. Karena puncak gunung sebagai tujuan akan
sulit digapai bila terlalu banyak menengok ke belakang dan menunduk ke
bawah. Maka taman baca pun harus berdiri tegak saat bertekad mencapai
tujuannya. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Dakilah
gunung agar Anda bisa melihat dunia, bukan agar dunia bisa melihat Anda.
Semakin
tinggi Anda mendaki gunung, maka semakin kencang angin bertiup. Semakin maju
tan bacaan Anda, maka akan semakin banyak orang yang tidak suka. Bila Anda
paham taman bacaan adalah ladang amal dan tempat perbuatan baik. Itu bukan
berarti semua orang senang. Pasti ada orang-orang jahat yang tidak
senang.
Mulai dari
memfitnah, memusuhi, menggibahi, bahkan melarang anaknya untuk membaca di taman
bacaan. Itu sudah biasa dan jadi bukti tidak mudahnya jadi pegiat literasi.
Harus tahan banting dan bermental baja. Bila tidak, siapapun kan tersungkur
seketika.
Alias taman
bacaannya "mati suri". Gunung selalu mengajarkan siapa pun. Bahwa
tidak semua hal di dunia ini dapat dijelaskan secara rasional. Seperti tidak
semua hal baik yang dilakukan bisa disenangi orang lain.
Jadi
seperti itulah gunung, sama dengan manusia. Semakin banyak Anda tahu, semakin
sedikit Anda takut. Semakin sering didaki, semakin banyak medan terjal yang
harus dilalui. Taman bacaan pun begitu. Semakin banyak anak-anak yang membaca,
semakin banyak orang yang tidak suka.
Semakin maju
taman bacaan Anda, maka iri dan benci pun semakin menyeruak. Tapi ingat, gunung
dan taman bacaan sama-sama membutuhkan energi yang kuat dan semangat yang
selalu baru.
Realitas
itulah yang dialami TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Setelah 5
tahun berdiri, tidak kurang dari 250 orang jadi pengguna layanannya dari 3 desa
(Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya).
Ada 11
program literasi yang dijalankan seperti taman bacaan, gerakan berantas buta
aksara, kelas prasekolah, TBM ramah difabel, koperasi Lentera, yatim binaan,
jompo binaan, donasi buku, literasi finansial, literasi digital, dan literasi
adab. Hingga kini terus berjuang, demi tegaknya tradisi baca dan budaya
literasi masyarakat.
Dan
akhirnya yang paling penting, mendaki gunung dan berkiprah di taman bacaan
selaku mengajarkan siapapun. Untuk memahami dan belajar cara merendahkan
keangkuhan, memperkecil kesombongan. Hingga terkuak siapa yang menjadi kawan
dan lawan. Karena di gunung dan taman bacaan, semua orang pasti gagal untuk
bermuka dua. Gagal untuk ada apanya, hanya mampu apa adanya saja.
Ada pelajaran
literasi dari taman bacaan di kaki gunung. Untuk tidak perlu berprasangka buruk
pada gunung. Tidak perlu memusuhi taman bacaan. Karena gunung dan taman bacaan
tahu cara menghancurkan dirinya sendiri, bila tiba waktunya. Maka jagalah
dengan baik, jangan sampai gunung marah dan benci. Agar gunung tidak
menghancurkan segalanya. Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar