Adalah realitas, hari ini banyak orang yang menuntut kesempurnaan terjadi pada orang lain. Sementara dirinya sendiri adalah makhluk yang tidak sempurna. Maka siapa pun, jangan pernah berharap sempurna. Karena tidak ada sama sekali manusia atau hal yang sempurna selagi masih bermukim di dunia. Kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.
Sekali lagi, jangan pernah berharap
kesempurnaan. Asal jujur dan apa adanya, lebih baik membuat kesalahan daripada
memalsukan kesempurnaan. Berkoar-koar di media sosial seperti orang baik dan
selalu benar. Hanya untruk memalsukan diri, sementara orang yang ditudingnya
hanya diam saja. Bertindak seperti orang berdaya dan mampu, sementara track
record-nya tidak ada apa-apanya. Banyak orang terlihat sempurna karena dibantu
mulutnya, sementara orang lain hanya berdiam diri.
Terus, bila orang lain salah. Apa kamu pasti
benar?
Belum tentu dong. Saya sendiri tidak
pernah percaya ada manusia yang mampu mengerjakan apa pun dengan sempurna. Selagi
masih jadi manusia pasti punya salah, ada khilafnya. Salah sedikit atau banyak,
besar atau kecil. Apa pun dalihnya. Bagaimanapun juga, tidak ada orang yang
sempurna. Hanya banyak orang tidak mau jujur, bahkan tidak berani mengakui
kesalahannya.
Mengejar kesempurnaan, untuk siapa pun, hanya
akan membuat manusianya jadi stres dan frustrasi. Hingga berdampak berdampak
buruk pada hidupnya. Jangan lupa, sesuatu indah itu dibangun dari hal-hal yang
tidak sempurna. Maka cukup, lakukan apa pun dengan baik. Walau tidak sempurna, namun
tetap apa adanya dan berdampak positif untuk orang lain. Seperti pegiat
literasi di taman bacaan, mereka tidak lakukan apa pun untuk sempurna. Tapi
selalu ikhtiar untuk melakukan yang terbaik.
Maka khusus pegiat literasi dan relawan
taman bacaan. Pesen sederhananya adalah jangan pernah berharap untuk sempurna.
Tapi cukup lakukan yang terbaik di taman bacaan. Demi tegaknya kegemaran
membaca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat. Fokus saja untuk mengelola
dan menghidupkan kegiatan literasi di taman bacaan, Apa pun kondisinya, apa pun
kendalanya. Taman bacaan, tidak perlu menjadi sempurna untuk menginspirasi
orang lain. Tapi biarkan orang-orang terinspirasi oleh taman bacaan saat
menangani ketidaksempurnaannya.
Taman bacaan bukan tempatnya kesempurnaan.
Pegiat literasi pun tidak perlu jadi orang sempurna. Literasi pun tidak usah
pengen macam-macam. Tapi cukup semacam saja. Untuk menyediakan akses bacaan,
bukan menuding minat baca rendah. Taman bacaan pun sama sekali tidak penting
mengurusi orang lain, Apalagi kepo, gossip, gibah dan fitnah. Karena orang lain
itu tidak peduli dan tidak membantu taman bacaan kan? Maka taman bacaan hanya
fokus pada apa yang harus dilakukan. Fokus pada taman bacaan itu sendiri, bukan
pada orang lain.
Spirit “jangan pernah berharap kesempurnaan”
itulah yang jadi roh TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sekalipun banyak kendalanya tapi tetap fokus berliterasi. Hingga
kahirnya kini, tetap fokus menjalankan taman bacaan sebagai tempat membaca 130
anak usia sekolah dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) di Kec. Tamansari
Bogot. Dengan koleksi lebih 10.000 buku, kini tiap anak TBM Lentera Pustaka
sudah terbiasa membaca 3-10 buku per minggu. Selain taman bacaan, TBM Lentera
Pustaka pun menjalankan 11 program literasi lainnya seperti:1) GEBERBURA
(GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf agar
terbebas dari belenggu buta aksara, 2) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak
usia prasekolah, 3) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan
4 diantaranya dibeasiswai, 4) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut,
5) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 6) KOPERASI LENTERA dengan 28
ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan
utang berbunga tinggi, 7) DonBuk (Donasi Buku), 8) RABU (RAjin menaBUng), 9)
LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 10) LITFIN
(LITerasi FINansial), dan 11) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke
anak-anak seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan
budaya antre. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM
Lentera Pustaka setiap minggunya.
Alhamdulillah,
hasilnya pada tahun 2021 lalu, TBM Lentera Pustaka menorehkan berbagai
prestasi, seperti: 1) Terpilih "Jagoan 2021" dari RTV (tayang
29 Des 2021), 2) Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021), 3)
Terpilih "31 Wonderful People 2021" dari Guardian Indonesia (24 Sept
2021), 4) Terpilih "Ramadhan Heroes" dari Tonight Show NET TV (6 Mei
2021), dan 5) Terpilih program "Kampung Literasi 2021" dari Dit. PMPK
Kemdikbud RI (14 Nov 2021).
Jadi siapa pun, jangan pernha berharap
kesempurnaan. Lebih baik lakukan sesuatu sekalipun
tidak sempurna daripada tidak melakukan apa pun dengan sempurna. Dan bila sudah
ikhtiar, tetap sabar dan ikhlas dalam menjalankannya. Sambil menahan diri untuk
terhindar dari 3 perkara buruk, yaitu: 1) larut dalam pembicaraan yang tidak
berguna, 2) banyak bertanya soal yang tidak penting, dan 3) menyia-nyiakan
harta untuk yang tidak manfaat.
Siapa pun dan soal apa pun, jangan pernah
berharap kesempurnaan. Kerjakan saja apa pun dengan baik. Karena “man jadda wa jadda”,
barang siapa bersungguh-sungguh, maka pasti akan hasil baik pada waktunya.
Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar