Good people, make taman bacaan not silent again. Jadikan taman bacaan tidak sunyi lagi. Karena apapun yang terjadi dan dihadapi, taman bacaan harus tetap eksis. Alasannya bukan karena ingin dibilang baik. Apalagi keren-kerenan. Tapi untuk menyelamatkan anak-anak Indonesia dari dampak negatif gawai atau gempuran era digital. Membaca bukan bermain.
Hari ini, berapa banyak anak-anak yang jadi penggila tiktok atau gim online. Bahkan ber-media sosial pun salah pakai. Hanya untuk berkeluh-kesah atau ekspresi yang tidak bermanfaat. Maka taman bacaan hadir untuk “mengimbangi” aktivitas anak-anak. Agar ada kegiatan yang positif, khususnya membaca buku di taman bacaan.
Good people, make taman bacaan not silent again. Karena taman bacaan bukan hanya tempat membaca semata. Tapi jadi tempat yang berperan penting dalam menciptakan masyarakat literat. Sebuah tatatan masyarakat yang mampu memahami realitas dna mau menerima perbedaan. Taman bacaan tidak hanya menjadi anak-anak berwawasan ilmu pengetahuan. Tapi lebih dari itu, mereka punya sarana untuk ber-ekspresi yang mampu mencerdaskan lingkungannya. Karena itu, Jadikan taman bacaan tidak sunyi lagi. Taman bacaan sebagai tempat yang menarik dan menyenangkan.
Good people. Ketahuilah, di luar sana. Masih
banyak oang yang ingin kuat tapi membuat orang lain. Ada pula orang yang ingin
sejahtera tapi membuat orang lain susah. Bereombol mencari kesalahan orang
lain. Gemar mengorek aib orang lain. Tapi di saat yang sama, mereka tetap saja
“berdiam dalam kebaikan”. Maka good people, jangan pernah biarkan energi habis
untuk hal yang sia-sia. Sibuk untuk hal yang tidak bermanfaat.
Maka di taman bacaan, ada satu tekad
terpatri kuat. Untuk selalu berbuat kebaikan sekalipun hanya melalui taman bacaan. Sambil
mengubah “mind set” untuk menjadi masyarakat yang melek informasi baik. Sekaligus cerdas baik secara IQ, EQ dan SQ. Tentu, semua itu dapat dicapai melalui peran taman bacaan.
Seperti apa yang dilakukan di TBM Lentera Pustaka. Saat
berdiri 4 tahun lalu, tadinya hanya mengelola taman bacaan dengan 14 anak pembaca
aktif. Untuk menyediakan akses bacaan. Tapi kini, TBM Lentera Pustaka sudah
menjalankan 11 program lainnya. Mulai dari 1) TABA (Taman BAcaan) dengan 160
anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya), 2) GEBERBURA
(GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf, 3)
KEPRA (Kelas PRAsekolah) yang diikuti 26 anak usia PAUD, 4) YABI (YAtim BInaan)
dengan 14 anak yatim, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo, 6) TBM Ramah
Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 ibu-ibu sebagai
koperasi simpan pinjam untuk mengatasi soal rentenir dan utang berbunga tingg,
8) DonBuk (Donasi Buku) untuk menerima dan menyalurkan buku bacaan, 9) RABU
(RAjin menaBUng) karena semua anak punya celengan, 10) LITDIG (LITerasi
DIGital) seminggu sekali setiap anak, dan 11) LITFIN (LITerasi FINansial). Hingga
akhirnya, taman bacaan mampu menjadi sentra pemberdayaan masyarakat. Gerakan
literasi untuk semua, literasi yang lebih berdaya.
Maka good people, make taman bacaan not
silent again. Ada banyak perbuatan baik yang bisa dilakukan di taman bacaan.
Bergabunglah di taman bacaan. Baik sebagai pegiat literasi atau relawan. Biarkan
saja orang-orang yang berkata-kat miring tentang taman bacaan. Karena sejatinya
di taman bacaan, siapa pun tidak sedang berjuang untuk jadi orang baik. Apalagi
dianggap orang baik. Tapi di taman bacaan, siapa pun hanya ingin berbuat baik
secara nyata. Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar