Seusai sholat Id, seorang anak bertanya kepada ayahnya, “apa sih hikmah Idul Fitri?”
Agak
susah menjawabnya. Apalagi di tengah pandemi Covid-19. Idul Fitri 1442 H kali
ini jelas berbeda. Mudik dilarang, sholat Id pun disuruh di rumah. Halalbihal
dan silaturahim pun diimbau tidak dilakukan. Karena berpotensi menimbulkan
kerumunan. Khawatir terpapar Covid-19. Idul Fitri hanya #DiRumahAja, jadi apa
hikmahnya?
Bisa
jadi, hikmah terbesar Idul Fitri kali ini adalah ujian terhadap keikhlasan dan
kesabaran sesorang. Di tengah kekhawatiran penularan Covid-19, berbagai tradisi
lebaran terpaksa ditiadakan. Setelah sebulan berpuasa, kemenangan nan fitrah
pun penuh keterbatasan. Maka sejatinya, hikmah Idul Fitri 1442 H terpenting
tidak lain soal 1) keikhlasan dan 2) kesabaran. Agar ucapan mohon maaf lahir
batin, bukan hanya di linimasa dan di bibir saja.
Ikhlas
berarti bersih hati atau tulus hati. Melakukan sesuatu tanpa mengharapkan
sesuatu, selain untuk menggapai ridho Allah SWT. Sabar berarti mampu menahan
diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum agama. Sabar
dalam keadaan lapang maupun sempit, sekaligus mampu menahan diri dari hawa
nafsu yang menggoyahkan iman seseorang. Ikhlas dan sabar itulah kata kunci
dalam beramal dan beribadah, termasuk dalam menghadapi ujian pandemi Covid-19.
Kemarin-kemarin,
berpuasa sebulan penuh. Tadarusan bahkan tarawih setuap malam. Berbagi takjil
dan santunan kepada kaum dhuafa. Hingga hari ini pun menebar ucapan “Selamat
Idul Fitri” dan permohonan maaf lahir batin. Di berbagai linimasa media sosial,
di berbagai grup WA. Pertanyaannya, apakah itu semua sudah dilakukan dengan
ikhlas dan sabar? Perbuatan yang dikerjakan bukan karena ingin dipuji orang.
Bukan pula karena gengsi atau hanya kebiasaan semata. Hanya sifat ikhlas dan
sabar yang bisa menjawabnya.
Ikhlas
dan sabar memang tidak mudah. Mohon maaf lahir batin yang dari hari hati. Buka
yang di linimasa atau di bibir saja. Apalagi harus menyembunyikan segala
perbuatan baik dan ibadah hanya karena Allah SWT. Bukan karena ingin dipuji
orang lain. Bukan karena biar dibilang begini-begitu oleh orang lain. Sungguh,
ikhlas dan sabar memang tepat menjadi tingkatan maqamat setiap insan yang
beriman.
Ikhlas
dan sabar. Adalah tonggak dan hikmah terpenting Idul Fitri kali ini. Kedua
sifat itulah yang menjadikan “kawah candradimuka” untuk menjadi manusia
yang tulus dalam melakukan perbuatan baik apapun. Modal penting untuk selalu
bersyukur dalam segala keadaan dan ujian. Bahkan ikhlas dan sabar, bisa jadi
sumber kekuatan yang tidak tertandingi bila melekat pada diri seseorang.
Ikhlas
dan sabar pula, sejatinya dapat mendorong siapapun untuk bergerak melakukan pekerjaan
dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati. Tanpa mengharapkan imbalan apapun. Tanpa
terpengaruh pandangan dan perkataan orang lain. Bagaikan beningnya air di dalam
sebuah gelas, tanpa campuran apapun dan rela untuk diteguk oleh siapapun.
Itulah ikhlas dan sabar yang hakiki.
Maka ujung dari hikmah Idul Fitri yang
dijalankan dengan ikhlas dan sabar. Siapapun berhak meraih “fitrah”, kesucian
jiwa dan raga. Hidup yang Kembali ke “titik nol”, seperti bayi yang
dilahirkan. Dibebaskan (bukan terbebas) dari dosa dan salah, baik dalam
hubungan dengan Allah SWT maupun sesama manusia.
Kembali
ke titik nol. Agar kita sadar di hari esok. Mau diisi dengan sikap dan perilaku
yang positif (+) atau negatif (-). Untuk menjadi manusia yang lebih baik,
sebagai insan yang bertakwa, lebih baik, dan lebih optimis jadilah plus (+).
Tapi sebaliknya, bila puasa dan Idul Fitri sebatas ritual semata, lalu tidak
“berbekas” dalam kehidupan. Tidak menjadi lebih takwa, tidak lebih baik bahkan
malah pesimis. maka jadilah minus (-).
Lalu,
siapa orangnya yang bisa meraih predikat fitrah?
Tentu,
mereka yang setelah Idul Fitri ini lebih baik, lebih bertakwa.
Orang-orang yang kain ikhlas dan sabar dalam kesehariannya. Siapa saja
yang mampu menahan diri dari “dosa” dan “keinginan”. Karena dosa sifatnya terus
bertambah. Karena keinginan sifatnya mengundang hawa nafsu. Dosa dan keinginan
yang harus bisa dikendalikan, dalam keadaan apapun.
Jadi
bukan puasanya, bukan pula ucapan Idul Fitri-nya. Tapi perkara yang paling
sulit dalam hidup ini adalah "menjaga hati", untuk selalu ikhlas dan
sabar dalam segala keadaan.
Mau meminta maaf dan mau memaafkan. Wallahu a’lam bishowab. Selamat Idul Fitri,
mohon maaf lahir dan batin. Salam literasi #HikmahIdulFitri #Lebaran2021
#LiterasiLebaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar