Bila ada hal yang dianggap sepele tapi berdampak besar, itulah “tahan godaan”.
Hari ini mungkin hingga esok, banyak orang tidak lagi
tahan godaan. Terlalu mudah diganggu. Atau bersahabat denngan gangguan. Maka
wajar, ada yang di penjara, ada yang korupsi. Berjiwa konsumtif lalu hedonis,
bisa jadi akibat tidak tahan godaan. Ngomongin orang pun termasuk tidak tahan
godaan. Tidak tahan godaan dunia, tidak tahan godaan setan dan godaan-godaan
lainnya.
Banyak orang lupa. Semua godaan itu pasti lebih
menarik, lebih enak. Maka jadi muda tergoda. Itulah sifat alami godaan. Ingat kan pepatah “rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri”, itu
pun sebuah godaan. Mengatakan tidak pada sesuatu
yang menarik itu memang sulit. Maka kata orang banyak lagi, godaan itu selalu sulit untuk ditolak. Apa iya begitu?
Godaan itu pasti jadi ujian sebuah komitmen, ujian
terhadap konsistensi. Bahkan bisa jadi ujian kesederhanaan. Karena memang semua
godaan pasti menyenangkan. Lebih enak daripada hal yang tanpa godaan. Nongkrong
di kafe pastinya lebih enak daripada membaca buku. Memang tugas godaan itu
menganggu. Agar mampu mengisi ‘ruang keinginan’ setiap anak manusia. Untuk sebuah
kepuasan diri. Untuk sebuah nafsu.
Pegiat literasi atau taman bacaan pun bukan tanpa
godaan. Selalu saja ada gangguan. Atau pasti ada yang menganggu. Karena taman
bacana adalah kebaikan. Maka konsekuensinya pasti ada godaan. Masalahnya,
mampukah pegiat literasi atau taman bacaan tahan godaan? Tetap bertahan untuk
menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Sekalipun ada gangguan,
ada godaan.
Sebut saja namanya literasi tahan
godaan. Harusnya ukuran keberhasilan pendidikan dan orang yang belajar
itu adalah kemampuan
"tahan godaan". Mahir menahan godaan, mampu mengatasi gangguan. Apapun
bentuknya. Seperti anak-anak yang tetap mampu membaca buku di tengah gempuran era
digital. Anak yang rutin membaca buku, sekalipun anak-anak lainnya nongkrong
atau bermain ponsel.
Seperti besok, saat bulan suci Ramadhan. Seberapa
banyak orang yang mampu menahan lapar di siang hari? Seberapa banyak yang mampu
menahan berbagai godaan dari
ngomongin orang atau membenci? Agar bisa
kembali ke fitrahnya sebagai manusia yang suci. Tentu
sulit bagi mereka yang tidak mampu “tahan godaan”.
Literasi tahan godaan itu sungguh
penting. Untuk siapa pun dalam konteks apa pun. Karena sejatinya, orang
yang tekun dan konsisten pasti akan menghadapi sejumlah godaan. Apalagi bagi mereka yang galau dan berdiam diri, justru seluruh
godaan akan menyerang mereka. Maka esok bila mau lebih baik, siapa pun harus tahan
godaan. Maka di situ diperlukan kurikulum tentang "tahan
godaan". Apa pun dan siapa pun tidak boleh menyerah pada godaan. Salam literasi
#KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar