Selasa, 21 Juli 2020

Filosofi Berkebun Menurut Taman Baca Lentera Pustaka

Tumbuhkan kebun Anda sendiri, jangan kagumi kebun orang lain dan panenlah untuk orang lain.

 

Hari ini, mungkin banyak orang sudah tidak suka berkebun. Karena berkebun sama sekali tidak keren. Bukan kegiatan yang prestise dan bertabur gengsi. Hidup di era digital, sepertinya sudah tidak cocok lagi menekuni aktivitas berkebun. Apalagi dikaitkan dengan pangkat, jabatan, bahkan harta. Berkebun pastinya “gak banget” buat orang zaman now. Maka berkebun,kini jadi aktivitas yang langka.

 

Kita sering lupa. Justru berkebun adalah satu-satunya pekerjaan yang tidak diragukan lagi manfaatnya. Bukan hanya tanda cinta pada alam semesta ciptaan-Nya. Tapi berkebun juga memberi makna yang luar biasa menakjubkan.

 

Berkebun itu sederhana. Menanam pohon, membersihkan kebuh. Memupuk. Atau ngoret istilahnya, merawat tanaman agar tetap tumbuh dengan baik. Atau membuang daun kering sekalipun. Ada banyak yang bisa dilakukan saat berkebun. Selain berkeringat, berkebun pun menjernihkan hati dan pikiran. Berkebun, bukan hanya melatih kesabaran. Tapi mengajarkan akan pentingnya ikhtiar dan berbuat kebaikan.

 

Berkebun, setidaknya mengajarkan pada saya 4 (empat) hal dalam kehidupan. Itulah yang saya sebuat “fiosofi berkebun”. Apa saja?

1.    TATA atawa menata. Berkebun bisa jadi sarana untuk menata diri; menata hati, pikiran, dan perilaku. Karena siapapun hidupnya harus ditata.  Karena bila tidak tertata, maka akan berantakan. Menata itu berarti menjaga keseimbangan. Lahr batin, duni akhirat dan apapun harus seimbang, harus ditata.

2.    TITI atawa merintis/memulai. Berkebun pun mengajarkan pentingnya untuk memulai ikhtiar baik. Kebaikan jangan hanya sebatas niat dan pikiran. Baik itu harus dilakukan, di-eksekusi. Karena tidak ada kebun yang indah tanpa dimulai. Bahkan tidak ada panenan di kebun bila kita tidak mulai menanamnya. Bila perlu, hasil panenan kebun itulah yang diberikan kepada orang lain untuk menikmatinya.

3.    TANDUR atawa menanam. Berkebun itu perbuatan menanam. Satu bibit tanaman ya harus ditanam. Agar tetap tumbuh, membesar dan berbuah. Maka berkebun artinya menanamlah dan rawatlah. Sambil berdia agar dapat dipanen dan memberi manfaat buat orang lain.

4.    TUKUL atawa tumbuh. Berkebuh itu membangun kesadaran untuk terus tumbuh. Sebagai makhluk Tuhan, tanaman pun harus tumbuh. Maka manusia pun harus tumbuh, harus berubah dari waktu ke waktu kea rah yang lebih baik. Dan biarkan apapun, biarlah tumbuh apa adanya. Untuk melatih agar tetap berani menjaga tanaman dari terpaan atawa godaan "angin" atawa "hama" yang bisa memastikan. Gangguan pada kebun pasti ada dan bisa datang kapan saja.

 

Dan yang paling penting. Sat berkebun, siapapun belajar untuk “mengejar sesuatu untuk berbuat kebaikan”. Bukan sebaliknya “melakukan kebaikan demi sesuatu”.

Maka berkebunlah sekarang. Agar kita tidak terbuai dalam hidup untuk mengejar hal yang sia-sia. Karena di dunia ini, banyak orang yang mengejarnya. Tapi mereka tidak tahu yang dikejar itu hanya sia-sia. Dunia memang begitu menggoda. Kenikmatan, kemewahan, kepangkatan, dan kekuasaan yang dikejar itu hanya sesaat saja. Hingga jadi sebab terjerembab ke dalam kebahagiaan semu. Itulah yang disebut “mburu kidang lumayu”; mengejar yang sia-sia.

 

Sungguh, dunia ini ibarat air laut. Semakin kita meneguknya, maka semakin haus rasanya. Semakin mengejar dunia, semakin terpedaya olehnya. Sementara berkebun, kita dapat melatih diri untuk tetap ikhtiar dengan baik di kebun sendiri …. #FilosofiKebun #BudayaLiterasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar