Aku
Ikhlas Bukuku Tenggelam
Akibat banjir, tidak kurang dari 2
karung buku, diktat, modul, dan paper saya tenggelam. Persis seperti kopi saya
yang hanyut, mungkin seperti mobil-mobil dan perabotan yang dihempas arus air.
Tidak ada keluhan tidak ada benci, saya menerima dengan ikhlas dan penuh
tawakal. Buku-buku yang tenggelam. Terhempas oleh banjir.
Buku-buku
yang luluh-lantak dalam dekapan air. Buku-buku yang terendam banjir. Saya
serahkan semua untuk alam semesta. Untuk bumi tempat berpijak yang saya cintai,
lagi saya jaga muamalahnya.
Hujan dan banjir itu
tidak pernah mengutuk dirinya untuk turun. Seperti gelap pun tidak pernah
mengutuk takdirnya. Meski selalu dihina, dibenci bahkan dihindari. Tapi, itu
bukti mereka ikhlas menerima jalannya.
Tidak perlu ada yang
disalahkan. Apalagi menghakimi orang lain. Semua yang terjadi adalah realitas. Maka saya pun ikhlas buku-buku, diktat,
modul itu “pergi”. Agar saya tetap istiqomah dan tawakal kepada-Nya dalam setiap
amalan.
Sebagai pegiat literasi TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, aku hanya ingin tetap tegak tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah. Aku pun ikhlas bersama 60-an anak-anak dan 10 ibu-ibu buta aksara serta anak-anak yatim untuk mengabdi atas nama "pesan" isi sebuah buku. Aku makin ikhlas untuk ada dan hadir bersama mereka, demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi. Aku ikhlas.
Karena berkah adalah rahmat bagi yang ikhlas. Hadiahi kami dengan
itu semua, Yaa Robb. #BudayaLiterasi #PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar