Banyak orang berpikir buku hanya sumber ilmu pengetahuan. Jendela infomasi dan media yang mengubah orang dari tidak tahu jadi tahu. Buku sering dikaitkan dengan pengetahuan dan otak, banyak yang memahami buku sebatas itu.
Setelah berkiprah 8 tahun di TBM
Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, ternyata buku lebih dari sekadar
ilmu pengetahuan. Buku justru menjadi alat yang mengajarkan kesabaran dan
ketekunan. Sabar dan tekun saat membaca buku, termasuk sabar dan tekun untuk
memahaminya. Buku sangat pantas untuk mendidik psikologis atau kejiwaan
pembacanya.
Harus diakui, buku tidak pernah
terburu-buru. Buku pun tidak menuntut perhatian, tidak marah saat dilupakan.
Saat terpampang berhari-hari, buku tidak pernah bosan menunggu pembacanya. Di
rak-rak yang berdebu, di pojok meja atau dalam tas yang jarang dibuka, buku
tetap diam. Tidak protes bahkan mengeluh. Tapi ketika kita kembali kepadanya,
buku-buku membuka dirinya dengan hangat, seolah tidak pernah ditinggalkan dan
dilupakan.
Marcel Praust, seorang cendekiawan dan
novelis Perancis sering menyebut buku adalah teman yang sabar; mereka
tidak pernah protes ketika kita mengabaikannya.
Buku, bolehlah disebut pelajaran tanpa
paksaan. Apalagi di tengah dunia yang bergerak serba cepat dan bising, justru
buku menawarkan ruang hening yang hakiki. Saat membaca buku, kita bisa
menemukan percakapan tanpa suara, berdebat tanpa lidah bersilat, gagasan tanpa
tekanan, dan pelajaran tanpa paksaan. Buku benar-benar hadir sebagai teman yang
sabar, yang tidak hanya menghibur, tapi juga menuntun dan memperluas cara kita
memandang dunia. Buku yang membuat pembacanya lebih bijak dan merenung.
Buku begitu setia menunggu. Berbeda
dengan manusia yang kesetiaannya mudah terganggu. Setianya buku adalah
pengingat bahwa pengetahuan, kedalaman, dan kebijaksanaan tidak pernah memaksa.
Ia tetap menunggu sampai kita siap. Dan ketika kita membuka halaman demi
halaman, kita menemukan bahwa bukan hanya kita yang membaca buku, tapi buku pun
perlahan sedang membaca “siapa diri kita sebenarnya”. Pelajaran tanpa paksaan,
sejatinya ada pada buku. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar