Hari ini di TBM Lentera Pustaka, sudah sampai pada kondisi "tidak ada lagi orang penting di taman bacaan". TBM sudah jadi ekosistem. Relawan datang dengan sendirinya, anak-anak otomatis membaca di TBM bila sudah jadwalnya. Dan ibu-ibu pun mengantar anaknya ke TBM bila sudah waktunya. Pendiri TBM Lentera Pustaka pun kini hanya menyusun program tahunan dan memastikan semua aktivitas TBM bisa dijalankan optimal.
Tidak ada lagi orang
penting di taman bacaan. Ketika siapapun menyukai keberadaannya di TBM. Bangga
sll ada TBM-nya. Selalu senang atas apa yang dilakukannya di TBM. Dan bahkan
menyukai cara yang dilakukannya di TBM. Itulah yang saya sebut PASSION di TBM.
TBM yang dikelola dengan gairah, rasa cinta, dan semangat untuk berbuat baik
dan menebar manfaat kepada sesama. Sehingga tidak ada lagi orang yang dapat
menggoyahkan eksistensi TBM itu sendiri. Bila TBM dikelola dengan passion, sudah pasti siapapun
yang ada di dalamnya selalu antusias dan berdedikasi
Mungkin kedengarannya
terlalu ideal. Tapi begitulah nyatanya yang ada di TBM Lentera Pustaka hari
ini. Tidak ada lagi orang penting di taman bacaan. Persis seperti tidak ada
teori yang paling benar di taman bacaan. Karena setiap TBM punya konteks yang
unik. Semua TBM berada pada prosesnya dan jalurnya masing-masing, sesuai
demografi wilayahnya.
TBM manapun, bila sudah
sampai pada titik "tidak ada orang penting di taman bacaan". Maka
yang menggerakkan hanya komitmen dan konsisten dalam mengelolanya. Menjadikan
TBM sebagai ladang amal semua orang. Sehingga eksistensi TBM tidak lagi sekadar
tempat membaca. Tapi wajib "berdakwah" tentang literasi dan kegemaran
membaca untuk masyarakat.
TBM Lentera Pustaka
bersyukur dan bersyukur. Setelah 7 tahun berkiprah, punya relawan yang
berdedikasi. Anak-anak pembaca aktif dari 4 desa yang luar biasa. Dan para ibu
yang begitu literat, mau antar anaknya ke TBM. Dari waktu ke waktu, tumbuh dan
berkembang menjadi TBM yang "berpijak di bumi". Membesarkan taman
bacaan dari aksi dan eksekusi, bukan taman bacaan yang besar di narasi dan
diskusi. Karenanya, hanya 3 (tiga) elemen penting yang dijaga di TBM Lentera
Pustaka. Yaitu 1) ada anak-anak, 2) ada buku-buku, dan 3) ada komitmen dalam
mengelola TBM. Berdiri di kaki Gunung Salak Bogor, awalnya TBM Lentera Pustaka
hanya jadi tempat baca 14 anak usia sekolah. Tapi kini memiliki tidak kurang
200-an anak pembaca aktif, 70 ibu-ibu pengantar anak ke TBM, dan 20 wali
baca-relawann yang menjalan 15 program literasi 6 hari dalam seminggu, seperti
TABA, KEPRA, GEBERBURA, MOBAKE, YABI, JOMBI, Literasi Finansial, Literasi
Digital, bahkan Ramah Difabel.
Kemarin di 4 Okt 2024,
salah seorang penguji seminar hasil penelitian disertasi saya bertanya. Apa
indikator terpenting pengelolaan taman bacaan? Saya menjawab dengan lantang,
"saat tidak ada lagi orang penting di taman bacaan". TBM yang dikelola
dengan hati dan melibatkan banyak orang di dalamnya. TBM yang dikelola dengan
PASSION, bukan AMBITION. Begitu salah satu hasil penelitian disertasi saya
berjudul "Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan" yang sebentar lagi
ujian terbuka.
Saya bukan orang penting
di TBM Lentera Pustaka. Saya hanya melakukan apa yang harus saya kerjakan di
taman bacaan sekalipun tidak sempurna. Daripada tidak melakukan apapun dengan
sempurna.
Terima kasih relawan,
terima kasih anak-anak dan orang ibu. Semoga sehat dan berkah semuanya, amiin.
Salam literasi #TBMLenteraPustaka #PenggerakLiterasi #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar