Memang patut direnungkan. Bahwa daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya. Begitulah kata “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”. Sudah baca belum?
Adalah
nyata dalam kehidupan ini. Ada saatnya kita hanya bersikap seperti daun yang
jatuh tanpa perlu mencari sebabnya, tanpa mencari siapa yang salah. Sikapnya
menerima dan mengikhlaskan apapun. Mungkin sudah saatnya “daun untuk jatuh”
sehingga tidak perlu dilawan. Tidak perlu disesali apalahi diratapi. Itulah
takdir yang sudah ditentukan-Nya. Untuk apa melawan takdir yang sudah terjadi? Ikhlas,
menjadi sikap yang paling pas dan pantas.
Dalam hidup apapun bisa
terjadi atas izin-Nya. Bisa diduga, bisa pula tidak terduga. Boleh atas sebab,
boleh pula tanpa sebab. Maka kita hanya membutuhkan sikap ikhlas. Tidak semua
hal dalam hidup harus dipikir dengan logika. Cukup diterima dengan lapang hati,
lapang dada. Lalu, jalani dan nikmati prosesnya. Karena saat bisa menerima atas
semua yang terjadi, itulah titik kulminasi yang paling indah untuk dinikmati.
Daun yang jatih tidak
pernah membenci angin, hanya sekadar pepatah. Agar kita mampu bersikap realistis.
Bahwa tidak semua yang direncanaka pasti terlaksana. Tidak semua yang diingini
pasti tercapai. Suatu saat, kita hanya diminta untuk menjalani sambil mengkonversi perasaan megatif, sedih, marah
menjadi ikhtiar dan doa. Untuk memohon diberi kekuatan untuk menjalaninya.
Karena sejatinya, "Hanya Allah yang dapat mengubah segalanya, hanya Allah
yang dapat membangkitkann apapun yang telah dijatuhkan oleh dunia"
Seperti berkiprah di taman
bacaan pun cukup dijalani. Terkadang mengabdi di taman bacaan, tidak lagi perlu
idealisme atau cita-cita. Tidak harus pengen begini pengen begitu. Tapi cukup
dijalani saja, menjaga komitmen dan konsistensi dengan sepenuh hati. Selalu ada
dan berada di taman bacaan. Menemani anak-anak yang membaca, mengajarkan
calistung, memberantas buta aksara, atau menjadi driver motor baca keliling. Ikhlas
berkiprah dan mengabdi di taman bacaan. Karena taman bacaan sudah jadi “jalan
hidup” bukan lagi jadi sarana popularitas atau status sosial. Ketika gerakan
literasi dan taman bacaan bacaan sudah menjadi ekosistem, maka tidak ada lagi
orang yang dominan. Semua akan berjalan secara alamiah. Semua aktivitas berjalan
sesuai takdir-Nya. Persis seperti “daun yang jatuh tidak membenci angin”.
Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. Bahwa hidup memang
harus menerima. Hidup harus lebih mengerti daripada meminta dimengerti. Lebih
mau peduli daripada dipedulikan. Lebih menghargai daripada menuntut dihargai. Dan
hidup yang paling indah adalah ketika kita lebih mau memahami daripada memelas
untuk dipahami. Segala tantangan atau gangguan cukup dihadapi. Tidak masalah
meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan “daun itu jatuh”
sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah
kemana.
Daun yang jatuh tidak membenci angin. Semua yang terjadi
harus diterima. Tidak perlu sibuk merangkai cerita untuk membela diri. Tidak
perlu membuat cerita untuk membenarkan diri sendiri. Terlalu sibuk
menghubungkan sebab ini dan sebab itu. Hingga hatinya larut menimbun mimpi,
berjibaku dengan angan-angan. Dan akhirnya, tidak lagi apa adanya tidak lagi
jadi diri sendiri. Hingga lupa mana simpul yang nyata dan mana simpul yang
dusta.
Ketahuilah, daun yang jatuh tidak membenci angin bukan pasrah
tapi ikhlas. Menerima apapun dengan penuh hikmah. Bahwa apapaun yang terjadi
sudah atas kehendaknya, termasuk berkiprah di taman bacaan. Untuk selalu menjalani
proses tanpa protes. Meyakini dengan mantap, bahwa semua takdir pada siapapun
ditata dengan rapi atas kebijaksanaan-Nya. Bahwa kasih sayang-Nya selalu mencakupi
semua hal tentang kita. Itulah kekuatan yang tidak batasnya, kekuatan dari-Nya sama
sekali tidak akan pernah goyah.
Mememiluh menjadi daun
yang tidak membenci angin. Berarti kita, idak mengharapkan apapun dari
siapapun. Semuanya hanya datang dari Allah Yang Maha Esa, bahkan semuanya harus
dikembalikan kepada-Nya. Maka teruslah perbaiki niat dan ikhtiar yang baik.
Sambil tetap berdoa, “Ya Allah jangan jadikan apapun yang terjadi bergantung
pada tangan siapapun, kecuali dari tangan-Mu”. Salam literasi
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBUkanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar