Cuaca hari ini berat, mendung gelap pun menyapa langit. Badai tidak henti-hentinya berteriak penuh amarah. Melengkapi ombak di tengah laut yang siap menelan setiap kapal yang sedang berlayar. Suasana benar-benar genting. Sebuah kapal penuh penumpang tidak luput terombang-ambing menantang maut. Orang-orang di dalamnya hanya bisa pasrah, berpegangan dengan kuat, dan berdoa tiada henti.
Tidak terkecuali seorang lelaki yang sangat ketakutan. Ia
meraung-raung menyesali nasibnya mengapa harus berada di atas kapal itu. Kalau
saja ia tahu badai akan datang, tentu lelaki itu bisa menunda perjalanannya.
Tapi sang kapten kapal yang sudah berpengalaman menangani penumpang pun turun
tangan. Segera memakaikan rompi pelampung pada tubuh si lelaki itu. Dan sang
kapten pun memerintahkan agar si lelaki melompat ke laut lepas. Byurrr ….
Tentu saja, si lelaki itu tak berdaya ditelan gulungan ombak.
Ia kian panik dan makin tegang. Tubuhnya timbul dan tenggelam di tengah laut.
Ia berada di antara hidup dan mati. Kritis dan sangat menakutkan. Beruntung
rompi yang ia kenakan terikat pada sebuah tali yang terhubung dengan kapal.
Dengan sigap, sang kapten pun menarik kembali tali itu dan menyelamatkan si
lelaki untuk kembali ke dalam kapal.
Sang kapten pun bertanya, "Gimana menurutmu suasana di
luar sana?"
"Sungguh, jauh lebih menyeramkan daripada di dalam kapal
ini!" ujar si lekaki sambil engos-engosan.
"Jadi kau bisa tenang sekarang kan? Ketahuilah meski
kondisi kita terlihat berbahaya di dalam kapal ini, tetapi jika kau berada di
luar sana justru jauh lebih berbahaya lagi!" ujar sang kapten.
Hingga akhirnya, badai pun reda. Si lelaki itu dapat
menenangkan dirinya di dalam kapal. Sementara sang kapten terus berjuang mengendalikan kapal. Melawan ombak yang sudah
menjadi pekerjaannya sehari-hari. Hingga akhirnya, kapal pun selamat sampai ke
darat.
Dalam hidup ini, hikmah cerita itu, mungkin kita sering
terombang-ambing oleh badai musibah dan ombak ujian. Masalah yang datang bertubi-tubi.
Tapi ketahuilah, meski kondisi kita terlihat berbahaya, selama kita masih
berada di dalam kapal keimanan kepada Allah dan kebaikan kepada manusia maka
kita akan baik-baik saja. Sungguh, akan jauh lebih berbahaya apabila kita sudah
tidak percaya lagi dan yakin bahwa Allah Maha Penolong lagi Maha Penyayang
kepada setiap hamba-Nya.
Begitulah realitas berjuang di gerakan literasi dan taman
bacaan. Bisa jadi, selalu dihadapkan pada banyak masalah. Koleksi buku yang
kuran, anak-anak yang belum banyak, hingga komitmen pengelola yang “naik-turun”.
Seakan ingin menyerah berliterasi, dan membungkam taman bacaan. Tapi yakinlah,
bila taman bacaan diniatkan untuk ladang amal dan menjadi sarana berbuat
kebaikan serta menebar manfaat pada akhirnya taman bacaan akan “menemukan
jalannya sendiri” untuk tetap eksis. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi
masyarakat. Maka jangan pernah menyerah saat berkiprah di taman bacaan, apapun
alasannya. Karena “kapal” taman bacaan justru masih lebih baik daripada “kapal”
di luar sana yang lebih menyeramkan, terbuai gaya hidup dan waktu yang terbuang
sia-sia.
Karena sejatinya, "Tidak ada sesuatu musibah pun yang
menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu." (Surat At-Taghabun: 11). Jadilah literat dalam
iman dan kebaikan untuk sesama. #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar