Di pagi hari yang jernih ini, mungkin bagus untuk refleksi diri. Khususnya bagi siapapun yang hidupnya selalu merasa benar, sementara orang lain dianggap salah. Merasa paling benar dalam hal apapun. Menjadi polisi kebenaran seperti telah memegang kunci surga. Terlalu yakin akan kebenarannya sendiri. Alkhirnya berbuat zalim dan “menghalalkan” segala cara yang dianggapnya benar. Merasa benar itu justru gagal paham keadaan dan sombong karena tidak mau introspeksi diri.
Sejatinya, menjadi benar itu baik. Namun merasa benar itu yang tidak baik. Maka benar atau merasa
benar, tergantung akhlak, bukan omongannya. Hanya akhlak yang akan membuat
seseorang menjadi benar, bukan merasa
benar. Seperti akhlak Imam Syafii yang yang berkata, kalamy shawaabu yahtamilu al-khathaa, wa
kalamu ghairy hathau yahtamilu al-shawaaba. Bahwa “Pendapatku
boleh jadi benar tetapi berpeluang salah, sedangkan pendapat orang lain bisa
jadi salah namun berpeluang benar.”.
Ketahuilah, orang yang benar itu tidak akan berpikiran bahwa
ia yang paling benar. Sebaliknya., orang yang merasa benar di dalam pikirannya
seakan hanya dialah yang paling benar. Orang yang benar jika punya salah, ia
bisa dan mau menyadari kesalahannya. Sementara orang yang merasa benar justru jika
punya salah ia tidak mau dianggap salah dan disalahkan.
Jangan lupa, orang yang benar setiap saat ia akan bersikap rendah
hati dan selalu introspeksi diri, Sedangkan orang yang merasa benar cenderung
tinggi hati dan tidak mau introspeksi diri. Orang yang benar pasti memiliki kelembutan hati and mau
menerima masukan sekalipun itu dari anak kecil. Sebaliknya, orang yang merasa
benar memiliki hati yang keras dan sulit menerima nasihat atau masukan dari siapapun.
Dan yang penting, orang yang benar selalu
menjaga perkataan dan bekerja dengan hati. Sementara orang yang merasa paling
benar selalu perkataan sembarang tanpa menggunakan hati, hanya emosi.
Maka ciri terpenting orang yang benar selalu konsisten di
jalannya, dari dulu hingga sekarang tidak akan berubah pada visi dan misi
hidupnya. Selalu berbuat baik dan mau menebra manfaat kepada orang lain.
Sedangkan orang merasa benar kerjanya selalu mencari-cari kesalahan orang lain,
menyerang hingga berbuat zalim kepada siapapun, termasuk orang yang tidak
pantas dizaliminya. Karena merasa paling benar, ia selalu bertindak gegabah dan
tidak konsisten dalam hal apapun.
Orang-orang yang merasa paling benar selalu lupa untuk
bertanya. Memangnya, “saya ini siapa?”. Kenapa gemar menghakimi orang lain,
kenapa selalu mengukur orang lain dengan kacamata sendiri? Lupa, siapapun
selagi masih di dunia tidak ada pemegang kebenaran yang mutlak. Semuanya hanya
karena omongan semata, bukan benar yang sesungguhnya. Hingga nanti terbukti di “pengadilan
akhirat”. Benar itu cukup sabar, rendah hati, dan bijaksana. Sementara
merasa paling benar itu pasti gegabah, tinggi hati, dan sok paling benar dalam
hidupnya.
Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan-Nya dan dijauhkan
dari sifat yang tidak baik dan merasa paling benar. Ingat, di atas langit masih
ada langit. Speerti tulisan ini pun bisa jadi salah. Tapi sekadar pemikiran untuk
selalu introspeksi diri. Jadi, kenapa masih merasa paling benar? Salam
literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar