Aku ini bukan apa-apa, aku pun tidak punya apa-apa. Aku juga bukan apa-apa, maka aku tidak pernah ada apa-apanya. Aku hanya apa adanya, hanya ikhtiar sebisanya. Karena aku tidak punya apa-apa. Toh, aku pun bukan siapa-siapa. Maka, jangan pernah berharap apapun padaku. Aku ini bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa. Apalagi tanpa Allah, aku tidak mampu apa-apa. Sekali lagi, aku katakan. Aku bukan apa-apa. Lalu, kenapa kamu maasih membenci aku?
Aku
memang bukan apa-apa. Tidak punya apa-apa. Tidak ada yang istimewa padaku, sama
sekali tidak pula berdaya. Bila kaki ini tetap melangkah, bila tangan ini tetap
menggenggam. Karena itu perintah-Nya. Untuk selalu ikhtiar mengarungi kerasnya
kehidupan di dunia yang fana. Maka, apa pantas aku dibenci? Bukankah aku bukan
apa-apa, bukan pula siapa-siapa.
Tanpa
Allah, sekali lagi aku bukan apa-apa. Aku tidak bisa apa-apa. Bila hari ini aku
bisa, karena Allah memudahkan urusanku. Bila aku mampu, karena Allah yang
memampukanku. Dan bila aku tahu, karena Allah memberitahuku. Jadi, tidak ada
yang harus aku sombongkan. Tidak ada pula siapapun yang aku benci. Maka apapun
yang aku putuskan, semua karena Allah. Karena sekali lagi, aku bukan apa-apa.
Aku
ini bukan apa-apa. Maka aku sama sekali tidak pantas meng-aku-kan diri. Aku
hanya merasa saja. Merassa benar, merasa pintar, merasa pandai bergaul. Merasa besar,
bahkan merasa-merasa yang lainnya. Padahal aku, bukan apa-apa. Aku hanya
makhluk kecil yang tidak berdaya.
Aku
pun sering lupa. Sering alpa dan sok berdaya.
Aku
sering mengatur diri sendiri, padahal ada yang membimbingku.
Aku
sering memerintah diri sendiri, padahal ada yang menyuruhku.
Aku
sering mencukupi diri sendiri, padahal ada yang memberiku.
Aku
sering berkehendak sendiri, padahal ada yang menundukkanku.
Aku
sering mengerjakan sendiri, padahal ada yang mempercayaiku.
Bahkan
aku sering menyalahkan orang lain, padalah ada yang membenarkanku. Lalu, kenapa
aku harus bertindak seperti yang punya hukum sendiri. Padahal ada yang
menentukan segala hukum. Jadi, aku hanya mau bilang, Siapalah aku ini?
Aku
ini bukan apa-apa. Karena aku lebih sering mengemis, sering meminta tanpa
banyak memberi. Aku hanya sepertinya saja, tampilannya saja. Karena yang memilikiku
masih mau menutupi dosa dan aibku. Sekali lagi, aku ini bukan apa-apa.
Jadi,
untuk apa aku bergaya seperti konglomerat, hanya untuk dibilang kaya. Untuk apa
aku bergaya seperti profesor, hanya untuk dibilang pintar. Untuk apa aku bergaya
seperti raja, hanya untuk dibilang kuasa. Dan untuk apa aku bergaya seperti
dewa, hanya untuk dibilang perkasa. Aku
sama sekali tidak pantas bergaya, karena ada yang menolongku.
Aku
hanya manusia biasa, pasti punya salah dan dosa. Mungkin kamu, merasa sama
ssekali tidak punya salah dan dosa. Berarti aku dan kamu berbeda. Aku tetap
bukan apa-apa, aku masih bukan siapa-siapa. Sementara kamu, entah siapa dan dari
mana? Maka pantas, kamu membenciku!
Maka
jelang tahun baru, aku katakan sekali lagi. Aku tetap bukan apa-apa, bukan
siapa-siapa. Aku hanya berserah diri kepada-Nya. Sambil memanjat syukur atas segalanya,
bertindak sabar atas cobaannya. Semoga tahun depan menjadi lebih baik, lebih
berkah untuk menggapai ridho-Nya. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar