Hai sahabat, bukankah kebutuhan manusia akan matahari itu sangat besar?
Pasti
jawabnya, iya kan. Tapi kenapa kita tidak pernah menangis dan bersedih kala ia
menghilang terbenam di sore hari? Apa karena matahari pasti menjalan rutinitasnya
untuk terbut di pagi hari dan terbenam di sore hari? Atau kita tidak pernah
memperhatikan gejala alam seperti itu? Saat matahri terbenam, kita tidak pernah
enangi atau bersedih hati. Jawabnya adalah karena kita yakin bahwa esok pagi matahari
itu akan terbit kembali.
Begitu pula gunung
yang punya pemandangan indah. Tiba-tiba tertutup kabut dan hilang keindahannya.
Kenapa kita tidak menangis dan bersedih hati? Jawabnya karena setelah kabut
menyelimuti gunung pasti akan digantikan dengan pemandangan bersih yang menyegarkan
mata. Gunung yang indah dan cerah menyegarkan pikiran dan hati siapapun yang
memandangnya. Selalu berganti gunung yang berkabut dengan yang cerah.
Seharusnya
keyakinan kita dalam menyikapi susah dan senangnya hidup. Di dunia ini,
setiap orang tentu akan dihadapkan dengan suatu masalah yang datang silih
berganti. Selalu ada suka dan duka, selalu ada senang dan sedih. Ada sehat dan
sakit yang silih berganti. Setelah sedih pasti ada senang, dan sebaliknya pun
begitu. Maka tenanglah dalam menghadapi masalah apapun. Semabari mencari solusi
atau jalan keluar dari masalah yang terjadi. Semuanya pasti bisa dilalui asal
niat yag kuat dan ikhtiat yang bagus.
Apapun pasti
silih berganti. Senang dan sedih, suka dan duka. Lalu, mengapa kita tidak juga
merasa yakin? Bukankah kala menanti matahari untuk terbit itu butuh waktu 12
jam. Tapi mengapa kita tidak pernah bersedih dalam penantian bahkan kita
tertidur nyenyak kala menanti sang matahari terbit lagi?
Setelah setahun
lamanya kita bersenang-senang, kenapa kita begitu resah saat kesusahan atau
cobaan datang sehari saja? Mengapa rasa sedih yang hanya 1 hari seketika membuat
kita frustasi? Seolah rasa senang dan bahagia tidak akan pernah kembali lagi? Patut
direnungkan, mengapa di awal datangnya kesusahan atau musibah, selalu menjadi
awal hilangnya keyakinan kita pada janji Allah SWT?
Bersikap
dalam keadaan yang silih berganti, saat senang dan susah, itulah pentingnya
literasi kehidupan. Jangan pernah “membuka pintu” untuk maksiat dan dosa saat kesusahan
datang menerpa. Karena siapapun saat terjatuh, pasti akan segera mampu berdiri
tegak kembali.
Sungguh, sangat
disayangkan bila keyakinan akan janji Allah SWT itu hilang dan pergi tanpa
bekas. Akibat kita kurang yakin dan kurang bersyukur. Sehingga gampang menyerah
kala diuji dan diberi kesusahan. Padahal jika kita menyadari, bahwa sunnatullah
itu pasti berganti. Jika malam semakin gelap dan pekat, itulah pertanda pagi
yang cerah dan teang tidak lama lagi datang menjelang. Hingga siapapun mampu
menyaksikan sinar cerah matahari.
Jadi
berlatihlah dalam hidup. Bila kesusahan dan sedih datang menghampiri, itu
pertanda kemudahan dan kebahagiaan akan segera hadir untuk kita. Tetaplah sabar
dalam segala keadaan dan ikhtiar terus yang baik, Insya Allah “semua akan indah
pada waktunya” Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar