Saat mendapat WA darinya, saya pun bersyukur. Berucap alhamdulillah. Karena anak ke-2 saya, Farid Nabil Elsyarif, Insya Allah bila tidak ada halangan pada Jumat ini (9/6/2023) dijadwalkan menghadapi sidang ujian skripsi. Buat yang pernah mengalami sidang ujian akademik (skripsi, tesis, disertasi), pasti merasakan deg-degan atau sedikit puyeng jelang eksekusinya. Iya nggak?
Tapi apapun yang terjadi, insya Allah lagi, cowok ganteng usia 21 tahun ini tidak
lama lagi berhak menyandang gelar S.Stat (Sarjana Statistika) dari FMIPA
Universitas Brawijaya (UB) Malang seusai ujian skripsi nanti. Yah sarjana
statistika, sebuah ilmu langka yang
berhubungan dengan data dan statistik (karakteristik sampel). Ilmu penting
zaman sekarang, tentang cara memperlakukan data dari awal hingga akhir lalu
mengubahnya menjadi informasi yang bisa digunakan segala disiplin ilmu. Data
yang dikumpulkan, lalu dianalisis dengan metode tertentu sehingga dapat
disajikan dan diinterpretasi sebagai “suatu gejala” yang khas. Ilmu yang menarik
sekali.
Alhamdulillah banget dikaruniai anak yang
luar biasa. Bisa menuntaskan kuliah kurang dari 4 tahun sekalipun di kota yang
jauh. Sebelumnya pun, dia merampungkan sekolah asrama di SMAN CMBBS Pandeglang Banten
selama 3 tahun. Maka tuntas sudah perjalanan belajar selama 7 tahun yang jauh dari
rumah. Terima kasih Nak, sudah berkomitmen dan fokus dalam kuliah. Apapun
kondisi yang dihadapi. Berkat syukur dan sabar, akhirnya bisa “lulus” kuliah tepat
waktu. Yeayy bangetlah!
Keberhasilan anak saya, tentu bukan tanpa
alasan. Karena dia memang menyibukkan diri dengan aktivitas dan kegiatan yang
baik. Berkegiatan di organisasi kampus, kuliah, bimbingan skripsi hingga punya
komitmen menuntaskan kuliah. Selalu ikhtiar untuk mencapai tujuannya sendiri,
menuntaskan kuliah. Itu hal yang penting dimiliki mahasiswa di manapun.
Sementara di luar sana, masih banyak orang
yang disibukkan dengan hal yang sia-sia. Sibuk tapi mengerjakan yang tidak ada
manfaatnya. Gonta-ganti nomor hanya untuk mengintimidasi orang lain. Lalu berkoar-koar
menebar aib seperti orang yang paling benar. Orang lain dianggap salah, dirinya
merasa benar. Terlalu gemar “kuliah” melawan kodrat dan takdir, Kontradiksi dan
sangat naif dalam hidupnya.
Maka saya bangga pada anak saya. Karena
sibuk untuk aktivitas yang baik dan bermanfaat. Minimal untuk dirinya sendiri.
Sebagai cerminan dari pernyataan Imam Asy Syafi’i RA, “Jika dirimu tidak
tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan
hal-hal yang sia-sia (batil)”. Mampu me-manage waktu dan terus-menerus meningkatkan
kapasitas diri. Agar waktu yang berlalu begitu cepat, tidak terbuang percuma.
Selain bersyukur, saya selalu berdoa agar
anak saya, Farid Nabil Elsyarif bisa jadi manusia yang bermanfaat untuk agama
dan orang lain. Karena sejatinya, tiap
manusia hanya dihadapkan pada dua pilihan. Yaitu 1) mau menjadi
"lentera" yang menebarkan cahaya atau 2) jadi cermin yang memantulkan
cahaya itu. Sebagai seorang hamba, apalagi yang dilakukan selain menjadi “pesuruh”
yang melakukan apa yang disuruh-Nya. Untuk selalu menegakkan kalimatullah dalam
segala keadaan, kapanpun dan di manapun.
Pada akhirnya, saya hanya mau bilang ke anak saya. “Abi proud of you, Nak!”. Sebagai orang bahasa, saya tahu banget susahnya belajar statistik yang berkutat dengan angka dan data. Semoga ujian skripsinya lancar ya Nak!. Sampai jumpa di Malang ya nanti. Tetap semangat dan berjuanglah untuk selalu jadi orang baik, sekalipun banyak orang tidak menghendakinya. Inilah bagian dari literasi mahasiswa. Tentang gimana bisa selesai kuliah tepat waktu?
Karena siapapun, tidak akan mungkin menyenangkan semua orang. Cukup senangkan diri sendiri, dengan cara yang kita bisa asal tetap baik. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar