Oprah Winfrey pernah bilang tentang pentingnya bersyukur. Bahwa bersyukur tidak hanya soal rasa, tapi juga harus melibatkan cara berpikir seseorang. Soal fokus pada apa yang dimiliki atau pada apa yang tidak dimiliki.
Rumusnya sederhana. Bersyukurlah atas apa yang
dimiliki, maka kita akan mendapatkan lebih banyak. Tapi sebaliknya, bila fokus
pada apa yang tidak dimiliki, maka kita tidak akan pernah merasa cukup. Lalu,
mengapa kita sering lupa untuk bersyukur.
Hari ini, ada orang yang “lebih besar pasak daripada
tiang”. Ada pula yang menjual barang bukan hak-nya bahkan mencuri dan korupsi.
Bisa jadi, karena orang-orang itu kurang bersyukur. Mereka lupa, Bahwa yang
kurang luas bukanlah dunia ini. Namun sikap lapang dada untuk menerima semua
ketentuan dari-Nya yang terlalu sempit.
Sejatinya yang kurang tebal bukanlah isi dompet. Namun
sikap sabar yang kadang masih sangat tipis pada perkara dan urusan dunia yang
sudah diperolehnya. Bukan jabatan dan pangkat yang kurang tinggi. Tapi rasa
syukur yang masih rendah atas apa yang sudah dimiliki saat ini.
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara
rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,
jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (QS Al-Baqarah:172). Itulah
perintah penting akan pentingnya bersyukur.
Maka bersyukurlah atas apa yang telah Allah berikan.
Bukan karena banyaknya atau sedikitnya, namun bagaimana cara kita
mensyukurinya. Tentu, syukur tidak butuh dalih apalagi alasan. Syukur ya
bersyukur, dalam keadaan apapun dan tanpa dalih sedikitpun.
Jujur
saja, dunia ini memang terlalu sempit bagi orang-orang yang tidak mau
bersyukur. Selamanya siapapun tidak akan pernah puas dengan apa yang dimiliki
bila belum bisa mensyukuri dengan apa yang telah Allah berikan dan amanahkan untuk
kita. Sekali lagi, jangan lupa bersyukur dalam keadaan apapun, di manapun.
Sebagai rasa syukur itulah, Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor bertindak. Menyediakan tempat
baca anak-anak yang terancam putus sekolah, mengajar kaum ibu buta huruf, dan
jadi tempat belajar calistung anak-anak prasekolah. Bahkan taman bacaan
dijadikan ladang amal untuk semua orang, menyantuni dan beasiswa anak-anak
yatim, menyantuni jompo binaan, hingga mendirikan koperasi simpan pinjam agar
kaum ibu terbebas dari belenggu rentenir atau utang berbunga tinggi. Dan
hasilnya, karena syukur itu TBM Lentera Pustaka terus-menerus mendapatkan
nikmat dan anugerah yang luar biasa hingga kini.
Maka apapun masalahnya, hadapi dengan rasa syukur lalu
sabar. Tidak usah berkoar-koar apalagi mengintimidasi untuk menyalah-nyalahkan
orang lain. Tetap introspeksi diri untuk memperbaiki niat dan ikhtiar lebih
baik.
Syukur itu memiliki kualitas yang mirip dengan
listrik. Harus terus diproduksi dan dialirkan ke manapun dan di manapun.
Berusahalah untuk selalu menemukan hal-hal yang dapat disyukuri sambil mencari
kebaikan-kebaikan yang bisa ditebarkan ke orang lain. Tanpa pamrih dengan penuh
komitmen dan tetap istikomah.
Saat Pegiat literasi bersyukur di taman bacaan,
nantikanlah apa yang akan terjadi? Bersyukur itu literat. Maka dari itu,
perbanyaklah bersyukur niscaya sekecil apapun rezeki yang sudah Allah SWT
berikan pasti terasa cukup. Alhamdulillah. Salam literasi
#PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar