Menutup tahun dengan keluhan. Besok, setelah tiba di tahun 2023 pun mengeluh. Hadir di pergaulan nyata isinya keluhan. Hidup di dunia maya, postingannya pun keluh-kesah. Ikut grup WA, tuturannya pun nyinyiran. Bila tidak ya gosip, gibah, dan fitnah. Begitulah ciri “republik pengeluh”, apa saja isinya keluhan. Hidup nggak lagi dilihat sebagai anugerah tapi bertabur keluhan. Pesimis tanpa mampu optimis.
Saat membaca buku, cepat
merasa bosan. Karena bukunya itu-itu saja. Saat makan di restoran bosan juga
karena menunya begitu-begitu saja. Ehh, giliran punya masalah kok malah
mengeluh dan menangis terus-terusan. Bila masalahnya tetap sama dan
begitu-begitu saja, kenapa nggak pernah merasa bosan untuk mengeluh?
Seperti kawan saya, saat
tidak punya kerjaan mengeluh. Saat punya pekerjaan pun mengeluh. Ehh, begitu
dapat upah dari pekerjaannya masih mengeluh pula. Jadi, kapan bersyukur? Setiap
keadaan hanya bisa dikeluhkan. Tanpa ada tindakan yang nyata, tanpa mau mencari
jalan keluar. Sekolah di mana sih, memang banyak mengeluh bisa menyelesaikan
masalah?
Mengeluh, mengeluh,dan
mengeluh tanpa ada tindakan. Begitulah realitas rakyat di “republik pengeluh”.
Bermentalitas seperti “korban”. Seolah-olah, masalah dan apapun yang dialaminya
akibat perbuatan orang lain. Sering mengeluh tanpa mau introspeksi diri.
Fokusnya masalah bukan solusi.
Banyak orang lupa. Tahun
berganti tahun itu untuk introspeksi diri lalu membuat keputusan. Agar hari
esok menjadi lebih baik dalam segala hal. Ibadah, pergaulan, pekerjaan,
kepedulian sosial, hingga mentalitas yang lebih berkualitas. Perbaiki saja
niat, baguskan ikhtiar dan berdoa. Dan jangan pernah bertekad untuk
menyenangkan semua orang. Karena pasti ada kok orang-orang yang tidak senang
atas keberhasilan kita. Jadi, kenapa masih mengeluh?
Berjuang di taman bacaan pun
sarat keluhan. Tapi saya di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka tidak
fokus pada masalah apalagi keluhan. Terus berjuang dan cari cara untuk tetap
eksis. Mulai dari menambah anak-anak yang membaca, mengajar berantas buta
aksara, hingga membina anak-anak yatim. Alhamdulillah, kini TBM Lentera Pustaka
sudah punya 15 program literasi, tidak kurang 200 orang dalam seminggu tercatat
sebagai pengguna layanan taman bacaan. Koleksi buku terus bertambah, donatur,
wali baca, dan orang baik tetap solid untuk berkiprah secara sosial. Demi
tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.
Jangan buang waktu untuk
mengeluh. Fokuslah pada solusi daripada masalah. Jangan sia-siakan waktu dengan
mengeluh. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk kebaikan. Mumpung masih ada
umur, mumpung masih sehat. Niatkan tiap tahun baru untuk lebih baik dan optimis.
Bebaskan diri dari keluhan.
Jadi untuk apa mengeluh? Lupa
ya, apapun keadaannya,waktu tidak akan pernah berhenti menunggu. Semua tetap
berjalan seperti kehendak-Nya. Kok bisa, mengeluhkan yang itu-itu saja tanpa
mau berbuat untuk mencari solusinya.
Tahun berganti tahun, bila
bikin resolusi tidak usah muluk-muluk. Cukup kurangi mengeluh dan tingkatkan
rasa syukur. Salam literasi
#PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar