Selasa, 27 Desember 2022

Rileks, Catatan Akhir Tahun Pegiat Literasi di Taman Bacaan

Entah kenapa? Zaman begini, banyak orang sudah susah diajak rileks. Terlalu “gila kerja” mengejar dunia. Berjuang habis-habisan untuk gaya hidup. Bahkan overthinking untuk segala urusan sekalipun bukan urusannya. Maka wajar, akhirnya di akhir tahun butuh liburan. Butuh healing alias penyembuhan atas dirinya. Gagal menikmati hidup yang apa adanya.  

 

Saat ditanya kawan, tentang apa resolusi tahun 2023? Saya menjawab, rileks saja. Santai sambil tetap perbaiki niat dan baguskan ikhtiar. Karena semua yang terjadi di dunia, sejatinya sudah menjadi kehendak-Nya. Mau berjuang sehebat apapun, bila Allah SWT tidak izinkan maka tidak akan berhasil. Sebaliknya, apapun bila dikehendaki Allah SWT sekalipun ikhtiarnya sedikit maka akan tetap terjadi. Di situlah pentingnya sikap rileks untuk sabar saat mendapat cobaan dan syukur saat meraih nikmat.

 

Rileks saja. Tidak usah kayak politik. Nggak usah pengen gibah melulu apapalgi bergosip sambil menebar fitnah. Santai saja, toh Allah SWT sudah tahu siapa kita ini? Nggak usah banyak celoteh, tidak perlu pula banyak argumen. Kerjakan saja yang baik-baik. Agar tetap sejuk di tempat yang panas. Agar tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar. Agar tetap tenang di tempat gaduh sekalipun. Jadi, rileks saja.

 

Memang aneh. Bila ada orang gampang benci, enteng marah. Mudah banget untuk kecewa dan mengeluh. Di dunia maya mengeluh, di dunia nyata keluh-kesah. Akhirnya, tdiak ada yang dapat dikerjakan. Tidak pula ikhtiar mencari jalan keluar atas keluhannya. Menuntut orang lain berubah tapi diri sendiri sulit berubah. Terus, mau bagaimana dong?

 


Rileks saja. Jangan urusan negara yang besar. Urusan manusia dan dunia saja sudah digariskan Allah SWT. Nikmatilah hidup dan syukurilah apa yang ada. Agar tetap baik. Dan yang paling penting, nggak usah menunggu untuk jadi orang baik. Karena bersikap rileks dan berbuat baik sangat penting untuk kesehatan, apalagi keberkahan. Tetap menjaga pikiran positif, menghindari keluh-kesah, dan optimis untuk urusan apapun.

 

Rileks itu pula yang jadi pegangan aktivitas Taman Bacaan Masyarakat (TBM) lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Anak-anak yang mau membaca bagus, tidak mau membaca pun tidak apa-apa. Mau peduli ke taman bacaan silakan, mau memusuhi pun silakan. Taman bacaan sangat yakin, apapun yang dilakukan “ganjarannya” pasti akan kembali kepada orangnya. Taman bacaan itu jalan hidup dan pengabdian. Bukan untuk mendapat tepuk-tangan dari orang lain. Maka di taman bacaan, tidak boleh ada orang lain yang menentukan cara kita dalam bertindak.

Kenapa Anda susah rileks? Jawabnya sederhana, karena gampang iri, benci, dan hasad. Pikirannya negatif dan terlalu gemar “mengintip” laju orang lain. Aktif di media sosial atau grup WA hanya untuk bersekongkol dalam keburukan. Bukannya “amar ma’ruf nahi mungkar” tapi “amar mungkar nahi mungkar”. Bersekongkol itu untuk kebaikan, untuk kemanfaatan kepada orang lain. Rileks itu realistis saja. Sadar, bila tidak sama bukan berarti tidak boleh beda. Bila orang lain salah, diri kita pun belum tentu benar. Sesederhana itulah sikap rileks.

 

Jadi, untuk apa membenci orang lain? Untuk apa pula bersekongkol dalam keburukan? Sama sekali tidak ada manfaatnya. Rileks saja. Agar pundak kita lebih kuat menopang kebaikan yang harusnya dilakukan. Karena saat rileks, setiap nasihat baik itu tidak pernah datang terlambat hingga kapan pun dan si mana pun. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar