Di Kebun Baca TBM Lentera Pustaka sering ada buah nangka bergelantungan. Tanpa direncanakan, pohon nangka di situ jauh lebih dulu tumbuh sebelum taman bacaan berdiri. Dulu, pohon nangka itu berbuah besar dan rasanya manis luar biasa. Tapi kini, buah nangka itu jarang besar dan bahkan lebih dulu busuk sebelum di panen. Kenapa begitu? Konon katanya, dulu saat berbuah suatu waktu, ada orang mengambil buah nangka masih muda untuk di sayur. Sejak itu, pohon nangka di Kebun Baca TBM Lentera Pustaka tidak lagi bisa berbuah besar dan manis. Seringkali busuk sebelum matang.
Apa
artinya kisah pohon nangka di Kebun Baca TBM Lentera Pustaka?
Ada
banyak pelajaran akhlak di situ. Pertama, mengambil sesuatu yang bukan hak-nya,
bukan hanya merugikan diri sendiri tapi merugikan orang lain, termasuk pohon nangka
pun dirugikan. Dari yang harusnya berbuah besar dan manis sehingga bisa
dinikmati banyak orang, kini tidak lagi bisa dinikmati. Kedua, pohon nangka pun
punya tujuan yang jelas, mau dinikmati buahnya atau mau disayur? Tidak bisa Nangka
buah dijadikan nangka sayur. Maka begitulah hidup manusia, mau jadi orang baik
atau orang jahat selama hidupnya. Dan ketiga, pohon nangka itu tumbuh dengan
baik seperti taman bacaan pun tempat perbuatan baik. Tapi tidak semua hal yang
baik bisa diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Maka dibutuhkan sikap sabar
dan istikomah dalam perbuatan baik.
Jadi,
hikmah dari pohon Nangka di Kebun Baca TBM Lentera Pustaka. Pohon dan buah akan
tumbuh dengan baik apabila dirawat dan diperlakukan dengan baik. Sehingga aroma
dan rasanya bisa dinikmati banyak orang. Tapi sebaliknya, apa pun yang baik
bila tidak dirawat dan diperlakukan dengan baik, pasti akan terpengaruh menjadi
tidak baik.
Semua
sepakat, taman bacaan itu tempat baik. Tempatnya perbuatan baik. Seperti di TBM
Lentera Pustaka, ada anak-anak yang membaca buku, ada program berantas buat aksara,
ada kelas prasekolah. Bahkan ada anak-anak difabel, anak yatim binaan, dan
jompo binaan. Tapi faktanya, masih ada pula orang-orang yang “benci” terhadap
taman bacaan. Maka pegiat literasi di taman bacaan, harus punya akhlak yang
baik. Untuk tetap komitmen dan konsisten dalam menegakkan tradisi baca dan budaya
literasi masyarakat.
Bahwa
ada orang-orang yang tidak baik atau jahat, maka biarkanlah. Karena taman
bacaan hanya bertanggung jawab pada aktivitasnya yang baik. Pegiat literasi pun
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, Siapa pun tidak akan bertanggung
jawab terhadaporang-orang jahat di taman bacaan. Karena semua akan kembali
kepada orangnya, mau baik atau mau jahat dalam hidupnya?
Pohon
Nangka di Kebun Baca TBM Lentera Pustaka memberi segudang pelajaran, Bahwa buah
Nangka ada yang indah di tampak luar tapi busuk di dalamnya. Ada pula buah nangka
yang busuk kulitnya tapi manis buahnya. Ada yang aromanya harum tapi isinya
tidak enak. Maka begitulah tipe manusia yang ada di sekitar taman bacaan. Ada
yang baik, ada yang jahat. Itu semua realitas, tergantung bagaimana kita
menyikapinya?
Maka
di taman bacaan, pegiat literasi sama sekali tidak ingin menjadi yang terbaik.
Tapi hanya ingin selalu berbuat baik dan tetap berbuat baik dalam kondisi apa
pun. Karena orang baik, kemungkinannya hanya dua saja. Bila beruntung akan menemukan
orang baik, bila tidak beruntung makan akan ditemukan oleh orang baik.
Jadi,
tetaplah berbuat baik di taman bacaan. Hingga kebaikan akan datang dengan
sendirinya, pada waktunya nanti. Salam literasi. #TamanBacaan
#PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar