Apa yang dirasakan saat meneguk secangkir kopi pagi?
Selain memberi kehangatan,
kopi pagi pun menghadirkan ketenangan. Hingga hilang rasa pahit yang ada di
dalamnya. Maka jadilah tenang, tidak usah berisik.
Tenang
itu penting, bahkan tenang pun ciri orang literat. Karena zaman begini, banyak
orang yang sudah tenang. Terlalu berisik, gerabak-gerubuk. Apa saja dikeluhkan,
apa saja diomongin. Akhirnya, ribet sendiri. BBM belum naik sudah komplain, pilpres
masih lama sudah berisik sana gaduh sini. Orang-orang yang tidak tenang.
Terlalu banyak obsesi. Bahkan mungkin, terlalu banyak benci.
Di
muka bumi ini, orang pintar itu banyak. Orang intelek bahkan ada di aman-aman.
Hanya saja, tidak banyak dari mereka yang tenang. Dalam banyak urusan, terlihat
jelas banyak orang tidak tenang. Terlalu fokus pada masalah, bukan pada solusi.
Seperti yang dilakukan Pak Irjen FS dan rekan-rekan. Bila ada masalah, kenapa
harus membunuh?
Maka
tenanglah dalam hidup. Karena tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Semua
yang terjadi itu sudah dalam kehendak-Nya. Hadapi dengan tenang dan ikhlas.
Insya Allah, tuntas. Lupa ya, sikap tenang itu obat terbaik untuk tubuh dan pikiran yang gelisah.
Tenang
itu diam. Tidak gundah, bahkan tidak perlu gaduh. Hanya orang tenang yang fokus
pada hal-hal yang baik. Tetap bersikap dan berperilaku positif. Membiarkan
orang-orang yang benci, mengabaikan orang-orang yang gemar bergibah. Toh
hukumnya sederhana, apa yang diperbuat maka itulah yang akan dipanen. Berbuat
jahat maka kejahatan pula yang akan dialaminya.
Tenang,
itulah spirit pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka
di kaki Gunung Salak. Apapun kondisinya tetap tenang. Ada anak yang dilarang
membaca oleh orang tuanya, ada anak yang hanya main di taman bacaan. Bahkan ada
yang membaca dengan tekun. Semua dihadapi dengan tenang. Karena sikap tenang,
memang tidak ada batasnya. Di taman bacaan, siapa pun butuh ketenangan di
samping kesungguhan.
Jadi,
tenang saja dalam hidup. Sama sekali tidak perlu mencari jeleknya orang lain. Tidak
ada guna mengumpulkan aib orang lain. Apalagi mencaci-maki bangsa dan pemimpinnya
sendiri. Bila ada yang salah ya perbaiki, bila ada yang kurang ya lengkapi. Bahkan
bila berbeda pendapat pun ya hindari. Tidak sah memaksa siapa pun untuk menerima
pendapat kita. Jadi, tenang saja dalam keadaan apapun.
Rumus
orang tenang itu sederhana. Bila kamu ingin bangsa ini lebih baik. Bila ingin
orang lain menjadi baik. Maka berjuanglah dengan cara-cara yang baik. Tetap bertindak
baik. Memang jadi baik itu susah tapi bukan berarti tidak bisa kan? Tenang itu berani menjernihkan pikiran. Mau membersihkan hati dari luka dan benci. Tetap
ikhlas dan sabar lalu siap melangkah lagi. Tenang!
Siapa
pun butuh hujan untuk bisa menikmati pelangi. Itu artinya, semua yang indah itu
harus melewati cobaan dan ujian. Seperti di taman bacaan, mengajak anak-anak
membaca itu butuh proses. Bukan hanya berharap hasil. Maka apa pun tantangannya
harus dihadapi dan dijalani dengan tenang.
Tenang
itu literat. Karena mau sekeras apapun kamu berjuang. Sungguh kamu tidak akan
pernah bisa memperolehnya tanpa izin-Nya. Kamu hanya butuh lebih tenang. Agar
mampu mendengar bisikan Sang Maha Kuasa. Dan pada akhirnya, apa yang kita
miliki saat ini memang pantas untuk kita. Jadi tenang saja. Salam literasi
#TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar