Selasa, 05 April 2022

Ada Soal Literasi di Balik Jerat Hukum Crazy Rich, Lucu Banget Sih

Saat membaca berita tentang kasus hukum crazy rich bodong di media, jadi pengen ketawa. Lucu saja, kok bisa-bisanya banyak orang “didodolin” sama anak-anak muda yang spekulan.. Lalu atas nama online trading secara “daadakan” jadi miliarder. Bahkan sempat diakui media dan publik sebagai crazy rich. Lucu dan sangat aneh sekali.

 

Terakhir, si guru trading IK, namanya di F pun dijadikan tersangka. Lucu lagi, kok bisa-bisanya si F yang sebelumnya berlatar belakang jadi tukang parkir, pengamen, buruh cuci pirng, dan office boy disebut guru trading. Si IK sendiri, sang crazy rich Binomo ternyata latar belakangnya pun pernah jadi sales toko bangunan, driver taxi online, dan pengamen di pinggiran. Lalu setelah masuk ke dunia online trading, sukses membohongi 14 korban dengan nilai kerugian mencapai Rp25,6 miliar.

 

Tidak cukup sampai di situ, masih ada si DS dengan bendera investasi bodong Quotex pun mampu meraup dana senilai Rp352 miliar. Usut punya usut, si DS pun sebelumnya pernah jadi kuli dan tukang parkir. Lucu banget, segitu gampangnya orang percaya pada anak-anak muda yang latar belakangnya kayak gitu. Maaf, apa sudah segitu rakusnya manusia di negeri ini untuk mengejar kekayaan? Baik yang jadi pembohong online trading maupun yang jadi korbannya. Bukan  untuk malah jadi bunting semuanya. Lagi-lagi, lucu banget.

 

Hidup memang lucu. Ada anak muda tadinya pengamen atau tukang parkir tahu-tahu jadi miliarder. Awalnya dipuji, dikagumi lalu belangnya ketahuan akhirnya di penjara. Anehnya, ada saja orang-orang yang percaya kepada mereka. Tanpa tahu reputasi sebelumnya. Dunia online memang benar-benar memabukkan dan menipu. Hingga logika dan kesadaran manusia pun diperdaya tanpa dalih lagi. Lucu banget, anak-anak muda tidak punya latar belakang Pendidikan keuangan. Tapi bisa diikuti oleh orang banyak para pengagum “adu keberuntungan online”. Luar biasa lucunya.

 

Selain lucu, di balik kasus hukum para crazy rich itu ada persoalan literasi di masyarakat, di bangsa Indonesia. Terlalu gampang percaya pada sesuatu yang tidak ada reputasi dan rekam jejak orangnya. Mungkin karena paham literasi-nya selama ini “jangan lihat orangnya tapi lihat ucapannya”. Nah begitulah jadinya, tanpa mau tahu orangnya benar atau tidak. Banyak orang lupa, literasi itu universalitas kehidupan. Selain isi omongannya, justru literasi menyuruh siapa pun untuk mengecek orangnya, perbuatannya, sikapnya bahkan rekam jejaknya. Literasi itu alat bukti kebenaran. Maka orang literat itu bukan hanya berpengetahuan. Tapi harus ber-integritas, baik, dan yang paling penting benar. Tidak bohong dan tidak merugikan orang lain sebelumnya. Itulah literat.

 


Kata orang bahasa, lucu itu artinya menggelikan hati. Menyebabkan ketawa. Jenaka. Kisah itulah yang diperagakan para crazy rich yang kini mendekam di penjara. Kemarin diagul-agul, kini dihujat. Sementara orang yang sempat kontak dengan mereka hanya bisa terdiam kebingungan lalu mengelus dada, sambil berkata dalam hati “untung, belum sempat taruh duit di situ”. Lagi-lagi lucu dan sangat jenaka.

 

Memang hidup itu lucu. Ada yang kemarin mengaku kawan, kini jadi lawan. Ada lagi ada orang-orang yang nggak ngasih makan, nggak nyekolahin tapi kepo banget dan sok pengen mengatur hidup orang lain. Akibat pilpres, ada pula orang-orang yang sampai hari ini gagal move on. Masih nyinyir dan bawaannya "bermusuhan akut" sama negara dan pemimpinnya. Tapi giliran di bulan puasa begini, lakonnya seperti orang-orang yang paling paham agama. Mulutnya isinya nasihat tapi otak dan hatinya berisi menghujat. Lucu banget kalian.

 

Maka dari semua kelucuan yang ada, intinya ada persolan literasi di dalamnya. Inilah saatnya pegiat literasi di mana pun untuk terus bergerak. Ber-literasi untuk menanamkan kepada masyarakat tentang pentingnya memahami realitas dan bijak dalam menyikapi kenyataan. Karena manusia yang literat itu artinya orang yang mau menerima realitas dengan apa adanya. Sambil tetap ikhtiar dan berdoa yang baik, Agar tidak merugikan orang lain. Bukan malah sok kepo tentang apa pun padahal tidak mampu melakukan apa pun.

 

Dan menurut saya, ujung dari manusia literat adalah hidup seimbang. Mampu seimbang antara dunia dan akhirat, seimbang lahir dan batin. Seimbang itu tetap ikhtiar baik dalam hidup tapi selalu ingat akan mati. Bukan malah berat dunia tapi ringan akhirat. Bukan hanya pandai berucap tanpa bisa berbuat. Agar jangan semakin banyak hal-hal yang lucu. Kok makin pintar malah makin lucu.

 

Literat itu tidak cukup hanya logika. Tapi butuh hati sebagai pagarnya. Agar selalu eling dan waspada. Karena dunia memang kerjanya melumpuhkan siapa pun yang terlalu mencintainya. Makanya ada anak-anak muda crazy rich yang dipenjara itu. Karena abai terhadap literasi sehingga gagal jadi manusia yang literat. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar