Saat membaca berita tentang kasus hukum crazy rich bodong di media, jadi pengen ketawa. Lucu saja, kok bisa-bisanya banyak orang “didodolin” sama anak-anak muda yang spekulan.. Lalu atas nama online trading secara “daadakan” jadi miliarder. Bahkan sempat diakui media dan publik sebagai crazy rich. Lucu dan sangat aneh sekali.
Terakhir, si guru trading IK, namanya di
F pun dijadikan tersangka. Lucu lagi, kok bisa-bisanya si F yang sebelumnya
berlatar belakang jadi tukang parkir, pengamen,
buruh cuci pirng, dan office boy disebut guru trading. Si IK sendiri, sang crazy
rich Binomo ternyata latar belakangnya pun pernah jadi sales toko bangunan, driver taxi
online, dan pengamen di pinggiran. Lalu setelah masuk ke dunia online trading,
sukses membohongi 14 korban dengan nilai kerugian mencapai Rp25,6 miliar.
Tidak
cukup sampai di situ, masih ada si DS dengan bendera
investasi bodong Quotex pun mampu meraup dana senilai Rp352 miliar. Usut punya
usut, si DS pun sebelumnya pernah jadi kuli dan tukang parkir. Lucu banget, segitu
gampangnya orang percaya pada anak-anak muda yang latar belakangnya kayak gitu.
Maaf, apa sudah segitu rakusnya manusia di negeri ini untuk mengejar kekayaan? Baik
yang jadi pembohong online trading maupun yang jadi korbannya. Bukan untuk malah jadi bunting semuanya. Lagi-lagi,
lucu banget.
Hidup memang lucu. Ada anak muda tadinya
pengamen atau tukang parkir tahu-tahu jadi miliarder. Awalnya dipuji, dikagumi lalu
belangnya ketahuan akhirnya di penjara. Anehnya, ada saja orang-orang yang
percaya kepada mereka. Tanpa tahu reputasi sebelumnya. Dunia online memang
benar-benar memabukkan dan menipu. Hingga logika dan kesadaran manusia pun diperdaya
tanpa dalih lagi. Lucu banget, anak-anak muda tidak punya latar belakang Pendidikan
keuangan. Tapi bisa diikuti oleh orang banyak para pengagum “adu keberuntungan
online”. Luar biasa lucunya.
Selain lucu, di balik kasus hukum para
crazy rich itu ada persoalan literasi di masyarakat, di bangsa Indonesia. Terlalu
gampang percaya pada sesuatu yang tidak ada reputasi dan rekam jejak orangnya.
Mungkin karena paham literasi-nya selama ini “jangan lihat orangnya tapi lihat
ucapannya”. Nah begitulah jadinya, tanpa mau tahu orangnya benar atau tidak. Banyak
orang lupa, literasi itu universalitas kehidupan. Selain isi omongannya, justru
literasi menyuruh siapa pun untuk mengecek orangnya, perbuatannya, sikapnya bahkan
rekam jejaknya. Literasi itu alat bukti kebenaran. Maka orang literat itu bukan
hanya berpengetahuan. Tapi harus ber-integritas, baik, dan yang paling penting
benar. Tidak bohong dan tidak merugikan orang lain sebelumnya. Itulah literat.
Kata orang bahasa, lucu itu artinya
menggelikan hati. Menyebabkan ketawa. Jenaka. Kisah itulah yang diperagakan para
crazy rich yang kini mendekam di penjara. Kemarin diagul-agul, kini dihujat.
Sementara orang yang sempat kontak dengan mereka hanya bisa terdiam kebingungan
lalu mengelus dada, sambil berkata dalam hati “untung, belum sempat taruh duit
di situ”. Lagi-lagi lucu dan sangat jenaka.
Memang hidup itu lucu. Ada yang kemarin
mengaku kawan, kini jadi lawan. Ada lagi ada orang-orang yang nggak ngasih
makan, nggak nyekolahin tapi kepo banget dan sok pengen mengatur hidup orang
lain. Akibat pilpres, ada pula orang-orang yang sampai hari ini gagal move on.
Masih nyinyir dan bawaannya "bermusuhan akut" sama negara dan
pemimpinnya. Tapi giliran di bulan puasa begini, lakonnya seperti orang-orang
yang paling paham agama. Mulutnya isinya nasihat tapi otak dan hatinya berisi
menghujat. Lucu banget kalian.
Maka dari semua kelucuan yang ada,
intinya ada persolan literasi di dalamnya. Inilah saatnya pegiat literasi di
mana pun untuk terus bergerak. Ber-literasi untuk menanamkan kepada masyarakat
tentang pentingnya memahami realitas dan bijak dalam menyikapi kenyataan.
Karena manusia yang literat itu artinya orang yang mau menerima realitas dengan
apa adanya. Sambil tetap ikhtiar dan berdoa yang baik, Agar tidak merugikan
orang lain. Bukan malah sok kepo tentang apa pun padahal tidak mampu melakukan
apa pun.
Dan menurut saya, ujung dari manusia
literat adalah hidup seimbang. Mampu seimbang antara dunia dan akhirat,
seimbang lahir dan batin. Seimbang itu tetap ikhtiar baik dalam hidup tapi selalu
ingat akan mati. Bukan malah berat dunia tapi ringan akhirat. Bukan hanya
pandai berucap tanpa bisa berbuat. Agar jangan semakin banyak hal-hal yang
lucu. Kok makin pintar malah makin lucu.
Literat itu tidak cukup hanya logika. Tapi
butuh hati sebagai pagarnya. Agar selalu eling dan waspada. Karena dunia memang
kerjanya melumpuhkan siapa pun yang terlalu mencintainya. Makanya ada anak-anak
muda crazy rich yang dipenjara itu. Karena abai terhadap literasi sehingga
gagal jadi manusia yang literat.
Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar