Minggu, 24 April 2022

Apa dan Bagaimana TBM Lentera Pustaka?

Sejak hadir di blantika taman bacaan dan dunia literasi pada tahun 2017 lalu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor tidak sedikit orang yang mencemooh. Ada yang berpikir, untuk apa sih rumah dijadikan taman bacaan? Ada pula yang bilang, kita lihat saja berapa lama taman bacaan itu bertahan. Bahkan tidak sedikit masyarakat sekitar yang memusuhi dengan barbagai alasan. Sampai kini orang-orangnya pun masih ada di dekat TBM Lentera Pustaka.

 

Sekarang pun, TBM Lentera Pustaka bolehlah dibilang TBM “kemarin sore” karena usianya baru 5 tahun. Apalagi di mata TBM yang usianya di atas 10 tahunan. Belum ada apa-apanya lah? Sekalipun sama sekali tidak ada ukuran, taman bacan harus dilihat dari usianya. Karena tidak sedikit kok TBM yang lama tapi akhirnya mati alias lenyap. Ada juga TBM yang usinya lama tapi aktivitas literasi-nya ya begitu-begitu saja. Maju nggak, mundur pun nggak. Artinya apa? Di dunia taman bacaan, sama sekali tidak ada ukuran pasti alias benchmark tentang taman bacaan yang bagus berdasarkan usianya. Tapi Sesuai pengalaman TBM Lentera Pustaka, ukuran taman bacaan bagus atau tidak itu terletak pada 1) keaktifan kegiatan baca atau event yang digelar di taman bacaan, 2) komitmen dan konsisten yang terjaga di taman bacaan, 3) kemajuan program literasi atau data otentik taman bacaan, seperti jumlah anak, jumlah koleksi buku, dan bangunan taman bacaan itu sendiri. Jadi siapa pun yang tahu dan pernah kenal taman bacaan, silakan dicek saja. Seperti apa aktivitas taman bacaannya, jumlah anak-anak yang membaca dan berapa koleksi buku, terus bangunan taman bacaannya seperti apa? Semua itu ukuran objektif untuk melihat maju tidaknya taman bacaan. Sulit dibantah kok, kan semuanya harus berdasar data dan fakta.

 

Tapi entah kenapa? Di masyarakat Indonesia itu, sesuatu yang baik seperti aktivitas taman bacaan sering kali diremehkan. Bahkan tidak sedikit orang-orang yang benci lalu membangun narasi yang aneh-aneh. Bikin hoaks, gibah atau gosipin taman bacaan. Intinya ya sederhana, orang-orang itu tidak suka alias benci. Katanya, taman bacaan perbuatan baik kok nggak mau dijadiin ladang amal ya? Aneh sih, kok zaman begini masih hidup orang-orang yang nggak membantu tapi malah membenci taman bacaan? Coba mau gimana orang-orang begitu?

 

Terus, memangnya taman bacaan yang masih seumur jagung tidak boleh maju ya?

Tentu nggak dong. Siapa pun orangnya boleh maju, apalagi taman bacaan. Maju tidak maju taman bacaan itu harus bisa dibuktikan. Atas dasar fakta dan data otentik. Pada tahun 2021 lalu, TBM Lentera Pustaka pun sudah menorehkan prestasi yang spketakuler seperti: 1) Terpilih “Jagoan 2021” dari RTV (tayang 29 Des 2021), 2) Terpilih program “Kampung Literasi 2021” dari Dit. PMPK Kemdikbud RI (14 Nov 2021), 3) Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021), 4) Terpilih “31 Wonderful People 2021” dari Guardian Indonesia (24 Sept 2021), dan Terpilih “Ramadhan Heroes” dari Tonight Show NET TV (6 Mei 2021).

 

Masih di tahun 2021 pula, TBM Lentera Pustaka sebagai taman bacaan yang komprehensif mencatat kinerja dan aktivitas yang luar biasa. Diantaranya 1) mampu menggelar 40 event setahun atau rata-rata 3,3 event sebulan, 2) menerima 77 donasi buku setahun atau 6,4 donasi per bulan, 3) jumlah donasi buku yang diterima mencapai 4.331 buku (mencapai 360 buku per bulan) atau setara Rp. 41.879.000, 4) disponsori CSR untuk biaya operasional oleh Bank Sinarmas, PertaLife Insurance,dan Pacific Life Insurance, dan 5) didukung SDM yang solid, terdiri dari 5 wali baca dan 18 relawan aktif. Tentu, untuk level taman bacaan itu kinerja yang tidak mudah dicapai. Pastinya …

 

Jadi, jangan berpikir negatif tentan taman bacaan. Siapa pun bila tidak bisa membantu aktivitas taman bacaan lebih baik diam. Jangan gosip atau hoaks apalagi sampai melarang anak-anak untuk membaca buku di taman bacaan. Bukan hanya tidak etis, tapi sama sekali tidak ada gunanya membenci taman bacaan. Berat hukuman spiritual-nya? Lebih baik tabam kebaikan bila mau hidup lebih baik lagi berkah. Tapi silakan berbuat buruk asal berani tanggung dampaknya sendiri ya.

 

 


Bagi saya, TBM Lentera Pustaka adalah ladang amal sekaligus “legacy”, warisan kebaikan untuk umat. Di tengah gempuran era digital, mengajak anak-anak membaca buku sambil menanamkan akhlak baik itu sesuatu banget. Sekalipun berlokasi di kaki Gunung Salak Bogor, 75 km dari Jakarta, TBM Lentera Pustaka hingga sangat konsisten menjalan aktivitas taman bacaan. Bahkan bisa jadi satu-satunya taman bacaan yang selalu massif menyuarakan aktivitas taman bacaan, lalu mempublikasikan tulisan tentang literasi dan taman bacaan setiap hari.

 

Jujur saja, TBM Lentera Pustaka tidak pernah fokus hambatan. Apalagi hoaks, fitnah atau gibah seputar taman bacaan. Pegiat literasi dan relawan TBM Lentera Pustaka tahunya bertindak dan menjalankan program yang seharusnya dijalankan. Karena musuh dan orang yang membenci pasti ada saja. Toh pada akhirnya, badai pasti berlalu. Setelah gelapnya malam pasti akan terbit matahari di esok pagi …

 

Sudah terbukti kok. Dulunya TBM Lentera Pustaka hanya punya 1 program yaitu taman bacaan. Tapi kini di tahun 2022, TBM Lentera Pustaka menjalankan 14 program literasi lainnya seperti: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 140 anak, 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 31 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) MOBAKE (MOtor Baca KEliling) dan 14) Rooftop Baca. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya. Bahkan di 15 Mei 2022 nanti, TBM Lentera Pustaka akan meluncurkan program ke-15 yaitu “Lentera Podcast”, podcast-nya literasi di Indonesia.

 

Dunia taman bacaan dan literasi memang tdiak bisa dijauhkan dari hambatan. Selalu saja ada orang-orang yang benci atau tidak suka atas aktivitas taman bacaan yang maju. Itu fakta yang terjadi dan dialami pegiat literasi di banyak tempat. Taman bacaan kok dianggap musuh, lucu banget ya. Banyak orang lupa, taman bacaan itu punya “intangible aset” yang luar biasa untuk masa depan anak-anak Indonesia. Bahkan bila mau jujur, taman bacaan adalah satu-satunya tempat yang “mendekatkan anak dengan buku”. Karena sudah langka anak yang akrab dengan buku di zaman begini.

 

TBM Lentera Pustaka, mungkin TBM lain di daerah lain, pun mengalami. Betapa beratnya tantangan berkiprah di literasi. Ada yang memusuhi, membenci, nyinyir, hingga bergosip tentang taman bacaan. Tapi biarkanlah mereka dengan caranya sendiri. Toh nanti waktu yang akan membuktikan.  Ketahuilah, “Siapa pun boleh mencibir taman bacaan. Tapi itu hanya terjadi pada orang-orang yang tidak melakukan apa pun dalam hidupnya. Orang yang tidak bermanfaat”. Seperti kata mendiang Presiden BJ Habibie saat dinyinyirin oleh pejabat di Malaysia, jawaban singkatnya “Kalau ada yang menghina Anda, anggap aja sebagai sebuah pujian, bahwa dia berjam-jam memikirkan Anda, sedangkan Anda tidak sedetik pun memikirkan dia.”

 

Jadi di taman bacaan, tepatlah ber-literasi. Untuk memikirkan ide-ide kreatif dan potensi terbaik taman bacaan daripada membicarakan orang lain atau bertindak tidak produktif sedikit pun. Kan katanya, “orang besar itu bicara ide, orang biasa bicara kejadian, dan orang kecil bicara orang lain”. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar