Bila mayat boleh menyesal. Itu karena waktu yang disia-siakan. Saat di dunia, usianya berkurang tapi amalan tidak bertambah. Karena waktu.
Semua
pasti sepakat. Bahwa waktu sangat berharga. Maka menyia-nyiakan waktu dianggap puncak
kerugian, bahkan lebih berbahaya dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu
akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya
memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya [Al-Fawaid, hal 44].
Waktu
yang disia-siakan menjadi waktu yang tidak bermanfaat. Untuk dirinya sendiri
apalagi untuk orang lain. Waktu yang terbuang untuk bermain-main dan bersenda
gurau. Lalu, kenapa masih banyak orang yang bilang “tidak punya waktu”? Karena sibuk bekerja atau apa. Karena sibuk
mengejar sesuatu yang sebenarnya sudah dijatahkan untuknya. Atau mungkin, sibuk
untuk urusan yang tidak penting. Sibuk mikirin orang lain lain, sementara orang
lain sama sekali tidak tertarik untuk mengurusinya.
Jadi bertanyalah, apakah kamu tergolong
orang yang tidak punya waktu? Atau menyia-nyiakan waktu. Hingga lupa, bahwa
waktu sama sekali tidak dapat diputar kembali. Sehari-sehari hanya berkeluh-kesah,
bergibah atau ngobrol di WA yang tidak ada manfaatnya, itulah cara gampang menyia-nyiakan waktu. Bila kamu gemar membenci atau memaki, waktu pun sangat benci kepada
orang-orang yang selalu bertanya, kenapa begini kenapa begitu? Maka waktu pun
akan pergi begitu saja.
Banyak orang lupa. Waktu
adalah satu-satunya “harta” yang pasti dimiliki semua orang. Tanpa mengenal
status sosial, tanpa peduli jarak, bahkan tanpa menggubris perasaan. Tapi waktu
pula yang mudah berubah jadi sia-sia bila diabaikan. Waktu, sangat tergantung
kepada siapa orangnya? Mau dimanfaat untuk kebaikan atau disia-siakan menjadi
keburukan.
Waktu akan terus berjalan. Waktu tidak
akan pernah menunggu, siapa pun. Waktu pun bebas mau diperlakukan seperti apa? Hanya
berdiam diri atau bertindak segera. Waktu itu seperti hujan. Tidak pernah
memilih tempat untuk jatuh, tidak pula memilih waktu untuk turun.
Waktu itulah yang jadi “renungan” orang-orang
taman bacaan. Untuk berani menebar kebaikan sekalipun hanya menyediakan tempat
membaca anak-anak. Sambil memberantas buta aksara atau bernasihat tentang
kebaikan. Pegiat literasi yang selalu menyediakan waktu untuk ber-literasi dan
mengabdi kepada sesama. Selagi ada waktu. Karena di taman bacaan, siapa pun
akan terhindar dari perbuatan menyia-nyiakan waktu. Mengubah niat baik jadi
aksi nyata. Menukar gelap-gulita peradaban menjadi terang-benderangnya masa
depan. Seperti itulah cara TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor
memperlakukan waktu. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.
Literasi waktu. Jangan pernah menyia-nyiakan
waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Apalagi menimbulkan dosa. Karena
waktu yang terlewatkan tidak akan pernah kembali lagi Jadi seperti kepompong yang
mampu melewati waktu demi waktu hingga menjadi kupu-kupu yang indah dipandang
mata.
Adalah fakta, tidak sedikit orang yang
menghamba pada waktu, Tapi di saat yang sama, banyak pula yang meremehkan waktu.
Hingga tetap berjalan di tempat, tanpa melakukan apa pun. Hingga waktu terbuang
sia-sia. Karena mereka terlalu sibuk memikirkan yang sulit-sulit. Hingga lupa
waktu untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. Dan memanfaatkan waktu untuk kebaikan.
Karena waktu adalah hal yang harus dipertanggungjawabkan kelak.
Literasi waktu, mau dimanfaatkan atau
diabaikan? Itu terserah sang pemilik waktu. Salam literasi. #TamanBacaan
#PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar