Jangan salah mendengar. Karena hari ini, terlalu banyak informasi yang tidak bertangggung jawab. Banyak orang omong melimpah padahal hanya tahu sedikit. Banyak omong besar padahal nol besar. Dan banyak yang bicara, tapi dasarnya kebencian atau sentimen. Semua yang keluar dari mulutnya negatif; fitnah, gibah, gosip, kebencian bahkan keluhan. Maka, jangan salah mendengar.
Sekali lagi, jangan salah mendengar. Sama seperti:
"Lihatlah ke bawah, jangan melihat ke atas, agar tidak meremehkan nikmat Allah yang
telah diberikan" (HR Bukhari dan Muslim). Sama seperti “dengarkan
kata hatimu, jangan dengarkan kata orang lain”. Agar siapapun tetap berani dan
mau menebar kebaikan, menyebar manfaat kepada orang lain. Maka lakukanlah, apa
yang menurut kita baik dan tepat. Tidak udah peduli, apa kata orang lain?
Orang zaman now memang makin aneh. Ada orang berbuat
baik kok malah jadi bahan gunjingan. Ada orang meng-update amal perbuatan yang
baik kok malah berpikir negatif. Ada yang menasihati yang baik kok malah baperan.
Mungkin mata hatinya sudah tertutup kabut duniawi? Atau memang hidupnya gemar
gibah dan jarang berbuat buat baik kepada sesama. Lalu tiap melihat perbuatan
baik, bukan doa baik yang terucap malah omongan buruk yang tidak berarti. Maka
jangan salah mendengar perkataan orang lain.
Jangan salah mendengar. Itulah spirit taman bacaan dan pegiat literasi.
Seperti yang dilakukan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki
Gunung Salak Bogor. Agar ikhtiar meningkatkan tradisi membaca anak dan budaya
literasi masyarakat dapat tegak berdiri. Sekalipun bersifat sosial, taman
bacaan harus terus berjuang dan ikhtiar yang baik. Tanpa perlu mendengarkan
celoteh orang-orang di sekelilingnya yang negatif. Apalagi mereka yang pandai
omong tapi tidak pandai berbuat. Datang ke taman bacaan tidak, bantu taman bacaan
tidak. Tapi banyak omong, ya silakan saja dinilai sendiri.
Di taman bacaan, tidak semua orang harus didengarkan. Pegiat literasi
pun tidak perlu mendengarkan omongan orang yang nadanya negative. Tapi dengarkanlah
hal-hal yang membaikkan. Mendengarkan apa saja yang menyebut aksi nyata
dan peduli di taman bacaan adalah pilihan tepat. Sebagai ladang amal, sebagai
wadah untuk menebar manfaat kepada orang lain.
Jangan salah mendengar. Karena hari ini, banyak orang “pasang kuping”
mendengar bukan untuk mengerti atau memahami. Tapi justru untuk menyanggah
realitas baik. Banyak yang mendengar tapi niatnya untuk berkomentar buruk. Maka
penting, jangan salah mendengar. Soal apa pun dan dari siapa pun.
Memang tidak mudah sih. Untuk mendengarkan orang lain tentang hal-hal yang
baik. Karena kebaikan tidak hanya butuh logika tapi juga hati. Apalagi untuk
orang-orang yang merasa punya “status sosial” lebih tinggi. Seperti orag kota
yang malas mendengarkan orang kampung. Seperti orang pintar “menutup telinga”
saat orang bodoh berbicara. Seperti oarng kaya malas mendengarkan orang miskin.
Maka biarkanlah, mungkin
karena orang kota, orang pintar, dan orang kaya itu tidak literat. Terbiasa
hidup dalam egosime dan tidak peduli pada orang lain. Biarkan nanti waktu yang
akan membuktikannya. Jangann salah mendengar.
Jangan salah mendengar. Tapi lebih fokus pada amal perbuatan. Itulah yang
kini dialami TBM Lentera Pustaka. Siapa sangka, sejak berdiri tahun 2017 lalu,
TBM Lentera Pustaka telah berkembang pesat dan
kini telah
mengelola 12 program literasi seperti: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 160 anak
pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) dengan waktu baca 3
kali seminggu, kini setiap anak mampu membaca 5-8 buku per minggu, 2) GEBERBURA
(GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf agar
terbebas dari belenggu buta aksara, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak
usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan
4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut,
6) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28
ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan
utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10)
LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN
(LITerasi FINansial), dan 12) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke
anak-anak seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan
budaya antre. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM
Lentera Pustaka setiap minggunya. Dan
itu semua terjadi karena TBM Lentera Pustaka tidak salah mendengar. Hanya
berbuat dan melakukan yang baik.
Maka penting untuk siapa pun. Jangan salah mendengar.
Bila akhirnya memancing pikiran yang buruk. Bila akhirnya mengundang omongan
yang jelek. Lalu mudah mencari-cari kesalahan orang lain. Atau untuk menambah
kebencian lalu merasa sah untuk menghakimi orang lain. Apalagi mereka yang
tidak sepaham atau sepergaulan dengannya.
Sekali lagi, jangan salah mendengar. Tapi dengarkan apa yang baik, bukan apa
yang menakutkan. Untuk
apa mendengarkan sesuatu yang tidak manfaatnya? Apalagi datangnya dari
mulut-mulut kotor. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar