Tanggal 28 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Terus, siapa sih pemuda itu? Ada yang bilang, katanya, pemuda itu individu yang secara fisik sedang mengalami perkembangan; lalu secara psikis sedang mengalami berdinamika emosional. Kata orang banyak, pemuda itu calon generasi penerus bangsa. Ada lagi yang bilang, pemuda itu “agent of change”, agen perubahan. Apa iya begitu yang disebut pemuda?
Tapi kok, hari ini, kabarnya
ada ribuan pemuda (mahasiswa) demo bersama buruh? Aksi demonstrasi dalam rangka memperingati
Hari Sumpah Pemuda 2021, di kawasan Patung Kuda, Jakarta. Katanya menuntut
pemerintah mencabut UU Nomor 11 Tahun 2019 tentang Cipta Kerja dan berbagai
aturan turunannya, serta menghentikan pembungkaman dan represifitas terhadap
gerakan rakyat. Jadi, yang benar pemuda harusnya gimana sih ya?
Katanya, sumpah pemuda.
Sumpah itu kan pernyataan yang
diucapkan secara resmi. Tentu, dengan bersaksi kepada Tuhan. Sumpah juga
sesuatu yang suci. Lagi harus dijunjung tinggi. Maka, sumpah itu sekaligus
janji. Lalu, kenapa ada pemuda yang kehilangan jati diri? Atau pemuda yang berdemontrasi
tapi merusak fasilitas publik? Bisa jadi, hari ini bukan lagi sumpah pemuda.
Tapi gegabah pemuda yang kian jadi masalah.
Pemuda demonstrasi sih tidak masalah. Kan
negara demokrasi, bebas-bebas saja. Tapi yang masalah, bila konten demo-nya
yang bermasalah. Sehingga terkesan gegabah. Lalu di jalan-jalan, jadi terlalu
mudah sumpah serapah. Menebar masalah, meracik fitnah. Membalut kebencian
dengan membuat resah. Maka hoaks pun membuat banyak orang gelisah. Pandai bertingkah
dan terlalu cepat membantah. Banyak yang dituntut, banyak yang dipinta. Tapi
akhirnya jadi sampah. Terlalu gegabah, hingga negeri yang indah pun jadi
terbelah-belah.
Pemuda terkadang lupa. Memang di
belahan bumi mana, ada negara yang tidak punya masalah? Harusnya fokusnya bukan
masalah. Tapi mencarikan solusi atas masalah. Ber-demo dengan menyajikan solusi
yang berfaedah. Bukan malah masalah dijadikan panggung khutbah.
Mungkin pemuda lupa. Sumpah
itu bukan gegabah.
Bahwa era digital itu
berkonsekuensi jadi sebab bangkitnya individualisme. Arus materialisme dan hedonisme pun jadi sebab redupnya nasionalisme. Bahwa demokrasi dan partisipasi itu tidak
hanya dimaknakan demontrasi, apalagi anarkisme dan liberalisme. Kesejahteraan itu sulit
diraih bila tidak diimbangi etos dan produktivitas kerja. Apalagi bila pemuda
mau jadi “agent of change”, sangat tidak boleh kehilangan jati diri dan nilai-nilai
nasionalisme. Karena siapa yang mau menolong bangsanya sendiri bila bukan
pemuda-nya?
Maka,
pemuda mungkin perlu mereposisi eksistensinya. Karena pemuda adalah aset bangsa
yang mahal dan tidak ternilai harganya. Maju atau tidaknya bangsa Indonesia
tergantung pada kaum mudanya, tergantung pemudanya. Lalu, bagaimana bila pemuda
sudah kehilangan nilai-nilai patriotism dan nasionaliisme terhadap bangsanya
sendiri. Apa hari ini pemuda masih cinta
terhadap tanah airnya? Itu harus dijawab, pemuda!
Jadi, pemuda itu sebenarnya potensi atau masalah?
Agak susah menjawabnya karena tergantung kepada
pemuda-nya. Pemuda pasti jadi potensi. Bila punya kemampuan yang kemungkinan
untuk dikembangkan menjadi kekuatan, menjadi daya untuk membangun.
Pemuda yang sanggup jadi solusi seperti pemuda-pemuda yang jadi relawan TBM
Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Pemuda yang tanpa pamrih dan tidak
mengenal lelah untuk berbuat kepada masayarakat.
Tapi sebaliknya, pemuda pun akan jadi masalah. Bila
pemuda justru jadi bagian yang harus diselesaikan. Jadi soal dan persolan untuk
bangsanya. Pemuda yang lebih banyak berdemonstrasi di jalan tanpa konsep yang
jelas. Pemuda yang fanatic pada akal sehat tapi kehilangan hati Nurani. Pemuda
yang merasa berjuang tapi mengabaikan realitas. Pemuda memble. Pemuda yang
banyak omong tapi kosong.
Maka di Hari Sumpah Pemuda kali ini.
Patut ditegaskan “tidak ada pemandangan yang lebih menyedihkan daripada PEMUDA
yang pesimis dan hanya berteriak di jalan. Tanpa berbuat untuk menjadi solusi
dari masalah”. Pemuda pun harus lebih literat. SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA. Salam
literasi #SumpahPemuda #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
#KampungLiterasiSukaluyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar