Sosok ayah, sering kali jadi figur sentral dalam keluarga. Ayah juga yang jadi panutan anak-anaknya. Siapa pun saat Bersama ayahnya, pasti punya kenangan. Apalagi di masa kecil. Karena ayah selalu jadi orang pertama yang melindungi anak-anaknya. Biasanya ayah, tidak banyak bicara. Tapi setiap tetes keringatnya dan perjuangan keras hidupnya selalu didedikasikan untuk anak-anaknya.
Siapa
pun, sejatinya pasti punya cerita dan kenangan tentang figur ayah. Tentang
sosok yang berani bertarung dalam hidup untuk anak-anaknya. Kekuatan cinta
seorang ayah. Seperti juga Almarhum Ambo Lotang Yunus bin Koto, ayah saya yang
meningga dunia pada Selasa, 8 Juni 2021 lalu.
Saya pun menyebutnya “sang prajurit teladan”. Ia mengehmbuskan nafas terakhir diusia
76 tahun, dalam keadaan tidur di kursi tamu. Tenang dan tiada merepotkan. Kini,
ia dimakamkan satu liang lahat dengan istrinya, almarhumah Ibu Tati Raenawaty
binti Raenan di TPU Munjul.
In Memoriam ke-6, almarhum A. Lotang Yunus ini pun saya tuliskan.
Seorang pensiunan tantara berpangkat Peltu dan kelahiran Bengo Maros. Figur
ayah yang patutu diteladani. Karena dalam dirinya, ada banyak pelajaran yang bisa
diambil hikmahnya. Untuk kehidupan anak-anak dan cucu-cucunya ke depan. Agar
menjadi manusia yang lebih baik, lebih bertakwa kepada Allah SWT.
Sebagai tantara yang pangkatnya tidak tinggi, Ambo Lotang Yunus boleh
disebut sosok ayah yang rela “perutnya lapar” asal anak-anaknya bisa makan. Maka
ia “terpaksa” menambah waktu untuk tetap bekerja sepulang jadi tantara. Sebagai
tenaga security di perusahaan swasta di daerah Jl. Juanda. Saya masih ingat,
bagaimana ia mencarikan makan malam saya saat ikut menemaninya berjaga. Padahal
malam itu, bukan hari gajian. Uang di kantong pun hanya seadanya. Ia rela lapar
asal anaknya bisa makan.
Cerita sedih
lainnya pun terjadi. Saat ia tetap berjaga di rumah Jl. Prapatan dalam keadaan
tidak punya uang sama sekali. Hingga ibu saya, menjual beras ke warung dan menyuruh
adik perempuan saya untuk mengantar uang hasil jual beras itu ke Bapak Ambo
Lotang Yunus. Agar beliau bisa makan. Ini hanya bukti, betapa sang prajurit
teladan itu rela perutnya kosong asal anak-anaknya bisa makan. Bukti bahwa
sosok ayah pasti akan berbuat apa saja demi anak-anaknya.
Dulu pada masanya. Bapak Ambo Lotang Yunus, rela bertahun-tahun
jadi Danru petugas PRJ saat di Monas dan berjaga setiap malam hanya untuk
menghidupi keluarganya. Pulang larut malam pukul 01.00 WIB sambil membawakan se-dus
donat. Bahkan ia rela menjadi koordinator keamanan kawasan Jl. Salemba Raya. Mengontrol
lingkungan setiap malam, berkelililing dan entah apa yang diperolehnya? Sekali
lagi, Bapak Ambo Lotang Yunus rela perutnya kosong demi anak-anaknya.
Cukupkah perjuangannya samai di situ?
Ternyata tidak. Sejak pensiun dari tantara tahun 2021. Cobaan
pun datang saat istrinya Tati Raenawaty sakit akibat serangan stroke. Ibu saya lumpuh
setelah badan. Dan sejak itu, Bapak Ambo Lotang Yunus yang merawatnya walau
anak-anaknya ikut membantu silih berganti. Dan patut diacungi jempol, dia pula
yang akhirnya merawat sang istri selama 20 tahun hingga menghembuskan nafas
terakhir di 1 Juni 2017. Sosok suami yang begitu setia merawat dan menemani
istrinya yang sakit selama 20 tahun. Meenyuapi, memandikan, menggantikan
pakaian, bahkan mencebokinya. Bapak Ambo Lotang Yunus, rela berkorban apapun
untuk istri dan anak-anaknya. Sekalipun di masa pensiunnya.
Hingga akhirnya suatu siang, Bapak Ambo Lotang Yunus yang
rela perutnya kosong demi anak-anaknya pun mengeluh dadanya sakit. Dan terlihat
lemas. Agak sulit berjalan. Tapi saat diajak ke rumah sakit, dia menjawab, “Tidak
usah, Nak”. Hanya bisa terduduk di dalam kamarnya. Sesekali berjalan di sekitar
rumah dengan lemah. Tidak lagi bisa berkeliling dengan motor kesayangannya
walau hanya mencari sarapan. Dan akhirnya di suatu sore Selasa 8 Juni 2021
pukul 15.16 WIB, sang prajurit teladan pun menghembuskan nafas terakhir
menyusul sang istri. Innnalilalhi wainna ilaihi rojiun. Insya Allah, beliau
husnul khotimah.
Lalu, apa artinya tulisan ini?
Sungguh, selama ini banyak anak-anak yang tidak paham betapa besar
pengorbanan dan cinta seorang ayah. Kasih sayang pun bukan hanya milik Ibu. Tapi
ayah pun punya kekuatan tersendiri untuk menyatakan cinta kepada anak-anaknya.
Tanpa kata-kata, hanya dengan perbuatan dan perjuangan dalam hidupnya. Maka
kini saatnya, wujudkanlah cinta dan kasih sayang kepada ayah dan ibu, selagi
masih ada waktu.
Hikmahnya, cintai ayah kita, sayangi orang tua kita.
Selagi mereka masih ada di samping kita. Karena mereka sudah buktikan cinta dan
kasih sayangnya melalui perbuatan, melalui pengorbanan yang besar untuk
anak-anaknya. Tanpa kata-kata, tanpa pamrih.
Agar esok, tidak ada lagi anak-anak yang lupa bertanya
kepada sosok ayah. Atau skeadar bercengkrama dengan ibu. Karena seberapa hebat
anak-anak hari ini, hanya dibutuhkan perhatian kepada orang tuanya. Dan orang
tua itu bukan handphone, bukan gawai. #InMemoriamLotangYunus #AmboLotangYunus
#PensiunanTentara #SangPrajuritTeladan #SelamatJalanPakLotang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar