Minggu, 13 Juni 2021

Literasi Ayah, In Memoriam ke-4 Bapak Lotang Yunus

Memang benar dan sulit dibantah. Cinta, mampu menggerakkan segalanya. Karena cinta seseorang mau melakukan apapun tanpa diminta. Kekuatan cinta, bukan hanya bisa membuat seorang laki-laki menangis. Tapi lebih dari itu, cinta pun bisa menjadikan laki-laki bekerja keras dan berjuang sepenuh hati untuk perempuan yang dicintainya. Itu pula yang nyata terjadi pada seorang suami di KPAD Cibubur, Ambo Lotang Yunus (ALY) kepada Tati Raenawaty, istrinya.

 

ALY-lah sejak tahun 1997, saat istrinya mengalami sakit stroke praktis dia yang merawatnya. Dari mulai mengantar terapi jalan, menyuapi makan, hingga mendorong krusi roda. Di usia pernikahannya ke-28, ALY harus menghadapi kenyataan. Merawat dan menemani sehari-hari istrinya. Tahun demi tahun, kondisi istrinya tidak kunjung membaik. Bahkan di tahun 2012, praktis sang istri hanya bisa terbaring di tempat tidur. Sebagai suami, ALY pun kian tegar untuk terus merawat dan mengabdi kepada sang istri. Mulai dari menyuapi makan, memandikan bahkan menceboki. Walau sering kali pula ke-4 anak-anaknya datang silih berganti untuk membantu merawat sang ibunda. Apa mau dikata? Pada 1 Juni 2017, ALY pun mendapati istrinya menghembuskan nafas terakhir di dekatnya. Tidak ada raut muka penyesalan di wajah ALY. Karena dialah yang merawat istrinya selama 20 tahun dalam sakitnya. Sebuah bukti cinta sejati seorang suami kepada istrinya. ALY, di mata saya, adalah sosok lelaki sejati yang paripurna. Sang prajurit teladan yang tidak ada tandingannya. Tidak mau nikah lagi dan justru dihabiskan waktu masa pensiunnya untuk merawat sang istri.

 

Pak Lotang, begitu panggilan ALY sehari-hari. Selama 48 tahun mengarungi pernikahan dengan 4 anak (Syarif, Leha, Udin, Andri). Sepeninggal istrinya di tahun 2017, ALY mengisi hari-harinya dengan kesibukan sebagai pensiunan tantara. Berkeliling komplek cari sarapan, bermain catur dengan kawan, atau menata apa saja yang ada di rumahnya. Di sela waktu tertentu pun, dia rutin ziarah ke makam istrinya di TPU Munjul. Menariknya, setiap kali ziarah. ALY selalumembawa air mineral dari rumah lalu diusapkan air itu batu nisan sang istri. Sambil memotong rumput yang meninggi serta menabur kembang yang dibawa dari rumah.

 

Begitulah cinta, memang sulit diterka. Siapa sangka, pada 8 Juni 2021, Ambo Lotrang Yunus sang suami setia pun meninggal dunia. Di kursi ruang tamu saat tertidur. Mengembuskan nafas terakhir dnegan mudah dan tanpa merepotkan orang lain. IUnnalillahi wainna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke rahmatullah Bapak A. Lotang Yunus di usainya ke-76. ALY, kemarin mengusap batu nisan istrinya. Kini dia menemani di dalamnya satu liang lahat.




 

Suatu kali di tahun 2010 saat ibunda terbaring sakit, saya pernah berkata kepada Bapak ALY. Untuk dipersilakan menikah lagi, karena ibu saya terbaring sakit. Hal ini  sebagai sikap pengertian anak kepada Bapaknya. Apalagi kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit. Rutinitas ini terus dilakukannya selama 20 tahun dengan sabar merawat istrinya. Tetapi apa kata Bapak ALY kala itu. “Tidak Nak, saya tidak akan menikah lagi. Karena tidak seberapa perjuangan saya bila dibandingkan perjuangan Ibu kamu yang telah mendidikan dan membesarkan ke-4 anak-anak saya, termasuk kamu. Maka saya akan rawat dan mengabdi untuk ibu kamu”. Maka saya pun tertegun dan bersyukur. Betapa hebat sosok Bapak ALY. Setia dan begitu cinta kepada istrinya, yang notabene ibu saya.

 

Belajar dari sosok Bapak ALY. Ada pesan moral. Bahwa suami, di manapun, rela melakukan apa saja demi istrinya. Karena istri adalah separuh nyawa hidup seorang suami. Merawat istri 20 tahun di masa sakitnya, tetap berjuang agar istrinya sembuh, berjuang sekuat tenaga adalah ungkapan betapa cintanya ALY kepada sang istri. Sebuah kisah kesetiaan dan perjuangan suami yang langka. Sangat sulit dilakukan di zaman gitial seperti sekarang.

 

Kini Bapak ALY telah tiada. Menyusul sang istri dan dimakamkan satu liang lahat dengan sang istri. Kemarin dia mengusap batu nisan istrinya. Kini dia menemani di dalamnya. Bapak A. Lotang Yunus telah “pergi” untuk selamanya di usia 76 tahun. Sang prajurit teladan asal Bengo Maros Sulsel. Bapak yang punya segudang teladan untuk anak-anaknya. Kakek yang bersahaja dan berkesan di mata cucu-cucunya.

 

Inilah In Memoriam ke-4, almarhum A. Lotang Yunus. Agar menjadi hikmah bagi semua laki-laki. Untuk selalu berbuat yang terbaik untuk istrinya, hingga batas umur yang memisahkannya. Teriring doa untuk amarhum Bapak Ambo Lotang Yunus. Semoga diterima amal ibadahnya, diampuni dosa dan salahnya. Serta mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, amiin. Selamat Jalan Bapak, insya Allah batu nisan Bapak dan Ibu akan kami tuliskan di pusara kubur. Sebagai pengantar doa untuk Bapak dan Ibu. Peluk cium dari anakmu …

#InMemoriamLotangYunus #AmboLotangYunus #PensiunanTentara #SangPrajuritTeladan #SelamatJalanPakLotang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar