Perempuan Terakhir ….
Kemewahan perempuan bukan pada parasnya. Tapi saat mampu
bersikap dalam keadaan sulit.
Itulah amanat buku kumpulan Cerpen “Perempuan Terakhir” karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Indraprasta (Unindra) PGRI yang diluncurkan di TBM
Lentera Pustaka Bogor hari ini (1/5/2021). Buku hasil kuliah menulis kreatif secara
daring selama pandemi Covid-19 ini jadi bukti produktivitas pembelajaran mahasiswa
yang dibimbing oleh Syarifudin Yunus sebagai dosen pengampu.
Kumpulan cerpen ini seakan membantah
persepsi banyak orang. Bahwa perempuan
sering kali diidentikkan sebagai makhluk yang mengedepankan emosi. Padahal, tidak
sedikit pula perempuan di
era digital ini yang mampu bersikap dan hidup sangat rasional. Maka perempuan,
jadi sosok yang tidak dapat disangkal oleh siapapun. Dengan
segala kompleksitas dan
universalitas-nya,
perempuan mampu menjadi “pintu terakhir”. Untuk berpijak pada kebaikan dan
keindahan. Karena kemewahan perempuan bukan pada parasnya.
Tapi saat mampu bersikap dalam keadaan sulit sekalipun.
Menurut Syarifudin Yunus, dosen pengampu Menulis Kreatif
Universitas Indraprasta PGRI, buku ini menjadi cerminan sikap reflektif
terhadap cara pandang banyak orang tentang
perempuan. Ada 102 cerpen dalam buku ini sebagai bagian dari proses menulis kreatif yang dialami
mahasiswa secara langsung, saat kuliah. Mahasiswa
yang diajar untuk berproses
menulis, lalu menerbitkannya sceara profesional.
“Buku ini adalah ekspresi
mahasiswa terhadap perempuan. Dalam segala pesan dan perilakunya. Mereka, kaum muda yang
menyuarakan bahwa perempuan harus punya sikap dalam hidup di era yang serba
canggih dan serba digital. Agar tidak terpinggirkan. Karena perempuan adalah
sosok terakhir yang bisa jadi pegangan” ujar Syarifudin Yunus dalam peluncuran
hari ini di Bogor.
Cukstaw Cerpen adalah kisah fiksi yang reflektif dan motivatif sebagai pesan moral kepada pembaca. Cerpen yang disajikan dengan cara yang berbeda. Kumpulan Cerpen “Perempuan Terakhir” pun jadi buktik bahwa kuliah menulis kreatif adalah perbuatan, bukan pelajaran. Karena belajar sastra harus dimulai dan berakhir dari yang tertulis.
”Selama kuliah, baru
kali ini kami diajarkan bukan hanya kuliah tapi praktik menulis secara langsung
hingga diterbitan. Proses ini yang kami butuhkan selama kuliah. Terus terang
kami apresiasi Pak Syaruf atas ilmu yang diberikan kepada kami sehingga bisa
meluncurkan buku kumpulan cerpen Perempuan Terakhir” ujar Fahmy, mahasiswa PBI
Unindra.
Sebagai editor, Syarif – panggilan akrab Syarifudin Yunus – menegaskan, di tengah
maraknya perempuan yang labil atau gagal bersikap, cerpen dalambuku ini menegaskan
perempuan tidak lagi mendewakan paras atau kecantikan yang bersifat fisik. Tapi
lebih bertumpu pada sikap batiniah, memancarkan aura keindahan secara psikologis
yang tercermin pada sikap, perilaku dna kelembutan hati. Kumpulan cerpen ini diharapkan dapat menjadi
"obat" untuk mengembalikan rasa, pikir dan perilaku kaum
perempuan untuk mengedepankan
sikap daripada fisik atau material dalam hidupnya. #KuliahMenulisKreatif
#UnindraKeren #CukstawCerpen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar