Saat ditanya kawan, apa artinya puasa?
Jawaban
saya pun tidak lazim. Saya bilang puasa itu momen untuk “move on”. Iya move on.
Karena zaman now, banyak orang sulit move. Idola-nya tidak terpilih, susah move
on. Tidak sependapat dengan teman pun gagal move on. Hingga diam di rumah akibat
pandemo Covid-19 pun sulit move on. Maka puasa, harusnya jadi momen untuk move
on.
Move on
itu bukan “melupakan” masa lalu. Tapi lebih pasnya, move on itu berani untuk “berpindah”
dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Membuka diri untuk menerima realitas apa
pun dalam hidup. Move on juga bukan soal
hati. Tapi soal sikap dan perilaku. Maka puasa kali ini, siapa pun sejatinya harus
berani move on. Berpindah ke keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Bukan
hanya sekadar “menahan diri”.
Move on di bulan puasa, bolehlah
disebut “hijrah”.
Berhijrah
untuk meningkatkan kualitas ibadah menjadi lebih baik. Berubah untuk
memperbaiki diri sebagai hamba-Nya. Bila puasa tahun lalu, biasa-biasa saja.
Maka puasa kali ini, harusnya lebih luar biasa. Tidak lagi sebatas ritual. Tapi
lebih berkualitas, lebih berdampak terhadap sikap dan perilaku sehari-hari. Mumpung,
masih diberi kesempatan “bertemu” puasa. Karena tahun depan belum tentu bisa
ketemu puasa lagi.
Bila move
on itu hijrah. Maka puasa kali ini, siapa pun bisa hijrah dari ibadah yang alakadarnya
ke ibadah yang paripurna. Hari-hari yang diisi dengan kekhusyukan ibadah, di
samping kepedulian dan kemanfaat kepada orang lain. Puasa sebagai "training
center" untuk memperbaiki diri. Sebagai hamba Allah, bukan karena selain
Allah.
Puasa
ya move on-lah. Mulai saja dari yang kecil-kecil.
Pakai
baju putih, pakai kopiah lalu sarungan. Bisa juga sedekah ke orang-orang yang kurang beruntung. Lebih
rajin mengaji atau kaji kitab. Atau stip ngomongin orang, Karena sayang, bulan
puasa kan bulan suci. Nah, jangan kotori kesucian yang hanya sebulan dalam
setahun. Move on itu sederhana.
Seperti
di taman bacaan pun. Bisa dijadikan sarana untuk move on. Taman bacaan yang
tidak sekadar jadi tempat membaca anak-anak. Tapi juga mengkaji ilmu agama. Seperti
di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak pun. Puasa kali ini ditargetkan
bisa “khatam Al Quran keroyokan” tiap hari Sabtu. Sehingga selama bulan puasa
berarti 4 kali khatam, insya Allah.
Suka
tidak suka, spirit "move on" di bulan puasa bisa jadi penting. Agar
ada semangat untuk hijrah dan berubah. Agar bisa bersahabat dengan realitas. Maklum,
hidup di zaman now. Terlalu penuh dinamika, penuh kejutan bahkan hal tak terduga
di luar kontrol kita. Agar selalu bergerak, berani hijrah. Seperti kata
cendekiawan Muhammad Iqbal, "sekali berhenti, berarti mati."
Lalu kenapa ada yang gagal move on?
Itu
bukan soal tidak mampu melupakan. Tapi lebih disebabkan karena sulit menerima kenyataan.
Sehingga jalan untuk berubah dan hijrah hampir tertutup. Maka puasa tahun ini
jadi lebih berkesa. Bila bersedia untuk move on. Berniat untuk hijrah menjadi
lebih baik dan menerapkannya.
Move
on untuk ikhtiar dan doa. Untuk mencari cara menuju kehidupan yang lebih baik,
lebih bermanfaat buat agama dan orang lain. Berani berubah bukan karena
khawatir atas apa yang dikatakan orang. Tapi berubah karena ingin lebih baik
sebagai hamba-Nya.
Maka move on bukan lagi kata-kata. Tapi aksi nyata. Karena suatu
kali, manusia memang harus "meninggalkan" apa yang dirasakan. Dan bersegera
untuk meraih apa yang pantas didapatkannya. Sebelum ajal tiba. Salam
literasi. #KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar