Tradisi nginang, bisa jadi sudah langka di negeri ini. Nginang, mengunyah sirih dan rempah-rempah kaum perempuan tua. Agar aroma mulut lebih sedap. Hingga cara sederhana merawat gigi. Maka bagi mereka, nginang pun jadi candu.
Ngingang, dengan kata lain “nyirih, nyepah, nyusur
atau nyisik”. Mengunyah campuran kapur gambir, pinang, dan tembakau yang
dibungkus daun sirih. Sampai Simbah, punya "kotak nginang", tempat khusus
yang selalu dibawa kemana-mana. Nginang, tradisi yang tidak boleh ditinggalin
bagi kaum hawa zaman old.
Lebih baik ngingang daripada celoteh,
begitu kata Simbah.
Karena nginang, setidaknya mampu meredam dari omongan
yang tidak berfaedah. Saat nginang, jadi tidak banyak omong. Hanya mengunyah
sirih, sambil menikmati hidup dan berteman dengan realitas. Maklum Simbah kan
sudah tua, terus mau apa lagi? Lebih baik nginang sambil ibadah.
Sementara di luar sana. Pasti banyak orang
yang tidak suka nginang. Sehingga lebih gemar ngomongon orang. Berprasangka
buruk bahkan menyalahkan orang lain. Negara di omongin, menteri di rasanin,
Covid-19 di hujat, apalagi tetangganya. Ngomel-ngomel, berceloteh sambil
bergosip. Kaum yang tidak suka nginang, justru gagal dari menjaga lisan dari hal
yang tidak bermanfaat.
Tukang ngoceh sering lupa. Bahwa "Siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih
baik diam jika tidak mampu berkata baik" (HR: al-Bukhari dan Muslim).
Atau “Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan
dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (H.R. Ahmad).
Kenapa Simbah nginang?
Karena nginang memang sarat
makna, penuh filosofi. Sirih itu tanda sifat rendah
hati, suka memberi, dan
mau memuliakan
orang lain. Pinang bermakna perilaku yang baik. Kapur dan tembakau jadi symbol ketabahan hati
dan rela menolong sesama. Dan gambir berarti adanya kesabaran dan
keteguhan hati. Jadi bila tidak mau nginang, maka pahamilah filosofi
nginang.
Nginang di zaman now, mungkin sudah punah. Tapi buat Simbah,
nginang tetap jadi kegiatan favorit lagi menyenangkan. Sekalipun banyak yang
tidak suka, kata Simbah “Terserah elo mau ngomong apa, yang penting gue tetep
bisa nginang".
Nginang memberi pesan. Tetaplah berbuat baik, di mana pun dalam kondisi
apa pun. Seperti “membaca tanpa memikirkannya ibarat makan tanpa mengunyah”.
Karena saaat membaca, ada mitos indah yang tidak bisa diceritakan ke orang
lain. Maka sejelek-jeleknya orang yang membaca adalah ia
berlatih menjaga lisan. Agar tidak banyak bicara yang tidak perlu, ngomong yang
tidak berfaedah.
Jangan
belum bergigi hendak menggigit. Jangan belum apa-apa sudah ingin melemahkan
orang lain. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KampanyeLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar