Kamis, 28 Januari 2021

Kenapa Saya Benci Taman Bacaan?

Pak, apakah ada orang yang benci taman bacaan? Begitu tanya seorang pegiat literasi nun jauh di sana ke saya.

Maka saya jawab, tentu dan pasti ada. Sekalipun taman bacaan bersifat sosial, pasti ada orang yang tidak suka. Karena memang begitu hukumnya. Selalu ada yang suka, ada pula yang benci. Itu biasa terjadi di mana saja, termasuk di taman bacaan. Lagi pula, taman bacaan tidak bisa memilih orang yang benci atau suka. Itu urusan mereka, bukan urusan taman bacaan.

 

Jangankan di taman bacaan, di dekat kita saja. Pasti ada orang yang gemar membenci, bergosip, bahkan berprasangka buruk. Itulah ciri orang-orang yang energi hidupnya negatif. Orang-orang yang merasa dia benar, sementara orang lain salah. Dan itu sah-sah saja.

 

Sebut saja namanya “haters” alias pembenci. Haters itu nyata dan ada. Enggak peduli sebaik apa pun kita, sebaik apa pun taman bacaan. Tetap saja haters enggak bisa disingkirkan. Namanya juga orang benci kan tidak bisa dilarang. Itu urusan mereka, bukan kita.

 

Seperti di media sosial, haters juga ada di taman bacaan. Ya, begitulah! Haters memang sudah jadi bagian dari kehidupan manusia. Pesannya sederhana, bila kita yakin aktivitas taman bacaan itu baik maka kerjakanlah terus. Jangan habiskan waktu untuk menggubris para pembenci atau haters. Apalagi di taman bacaan, siapa pun pegiat literasi harus tetap focus pada tujuan utamanya. Untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi melalui taman bacaan.

 


Nah, sekadar tips. Inilah cara elegan menghadapi orang yang benci atau haters di taman bacaan:

1.  Tetap tenang, jangan terusik dan tidak perlu digubris. Anggap saja haters di taman bacaan sebagai tantangan, pemicu untuk lebih maju lagi. Taman bacaan sebaiknya tetap fokus pada tujuannya.

2. Bersikap elegan dan biasa saja. Biarkan para haters sibuk dengan urusannya dan taman bacaan tetap menebar kebaikan melalui buku bacaan.

3. Jadikan sebagai momen untuk intropeksi diri dna evaluasi. Karena kebaikan di taman bacaan ternyata tetap “dihantui” orang-orang yang membenci. Maka menjadi saat yang tepat untuk memperbaiki diri, di samping tetap sabar dan ikhlas.

4.   Hiraukan dan tidak perlu digubris. Ibarat pepatah, “anjing menggonggong, khafilah berlalu”. Hingga nanti mereka capek sendiri dna doakan saja mendapat petunjuk ke jalan yang baik.

5. Tetap berpikir positif dan buktikan melalui tindakan baik. Tunjukkan aktivitas di taman bacaan tidak terpengaruh ulah para haters. Buktikan justru jadi lebih maju, anak-anak yang membaca lebih banyak dan semua normal-normal saja. Tetap apa adanya.

6. Lebih baik menjauh dari haters, bukan menghindar. Agar taman bacaan bisa menebar kebaikan dan manfaat yang lebih besar. Jadikan taman bacaan sebagai tempat bergaul orang-orang baik yang se-visi menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.

7.  Tetap fokus pada tujuan taman bacaan. Agar lebih bermanfaat dan lebih baik lagi di hari-hari ke depan.

 

Tahukah Anda? Jangankan manusia dan taman bacaan. Hujan dan matahari sebagai anugerah Tuhan saja masih ada yang membencinya. Maka beruntunglah orang-orang yang sulit jadi pembenci atau haters. Karena benci itu hanya menyempitkan hati dan menghilangkan rahmat Tuhan.

 

Maka, jangan ada kebencian sedikitpun pada apapun, pada siapapun. Karena setiap kebencian itu jadi bukti ada masalah pada pemiliknya. Mereka yang bermasalah, bukan taman bacaannya. Teruslah melangkah untuk taman bacaan yang lebih baik, untuk hidup yang lebih baik!

 

Maka bertanyalah, kenapa saya benci taman bacaan? Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #LiterasiPagi



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar