Pak, apakah ada orang yang benci taman bacaan? Begitu tanya seorang pegiat literasi nun jauh di sana ke saya.
Maka saya jawab, tentu dan pasti ada. Sekalipun taman
bacaan bersifat sosial, pasti ada orang yang tidak suka. Karena memang begitu
hukumnya. Selalu ada yang suka, ada pula yang benci. Itu biasa terjadi di mana
saja, termasuk di taman bacaan. Lagi pula, taman bacaan tidak bisa memilih
orang yang benci atau suka. Itu urusan mereka, bukan urusan taman bacaan.
Jangankan di taman bacaan, di dekat kita saja. Pasti
ada orang yang gemar membenci, bergosip, bahkan berprasangka buruk. Itulah ciri
orang-orang yang energi hidupnya negatif. Orang-orang yang merasa dia benar,
sementara orang lain salah. Dan itu sah-sah saja.
Sebut
saja namanya “haters” alias pembenci. Haters itu nyata dan ada. Enggak peduli
sebaik apa pun kita, sebaik apa pun taman bacaan. Tetap saja haters enggak bisa
disingkirkan. Namanya juga orang benci kan tidak bisa dilarang. Itu
urusan mereka, bukan kita.
Seperti
di media sosial, haters juga ada di taman bacaan. Ya, begitulah! Haters memang
sudah jadi bagian dari kehidupan manusia. Pesannya sederhana, bila kita yakin
aktivitas taman bacaan itu baik maka kerjakanlah terus. Jangan habiskan waktu
untuk menggubris para pembenci atau haters. Apalagi di taman bacaan, siapa pun
pegiat literasi harus tetap focus pada tujuan utamanya. Untuk meningkatkan
tradisi baca dan budaya literasi melalui taman bacaan.
Nah, sekadar tips. Inilah cara elegan menghadapi orang yang benci atau haters
di taman bacaan:
1. Tetap tenang, jangan terusik dan tidak
perlu digubris. Anggap saja haters di taman bacaan sebagai tantangan, pemicu
untuk lebih maju lagi. Taman bacaan sebaiknya tetap fokus pada tujuannya.
2. Bersikap elegan dan biasa saja. Biarkan
para haters sibuk dengan urusannya dan taman bacaan tetap menebar kebaikan
melalui buku bacaan.
3. Jadikan sebagai momen untuk intropeksi diri
dna evaluasi. Karena kebaikan di taman bacaan ternyata tetap “dihantui”
orang-orang yang membenci. Maka menjadi saat yang tepat untuk memperbaiki diri,
di samping tetap sabar dan ikhlas.
4. Hiraukan dan tidak perlu digubris. Ibarat
pepatah, “anjing menggonggong, khafilah berlalu”. Hingga nanti mereka capek
sendiri dna doakan saja mendapat petunjuk ke jalan yang baik.
5. Tetap berpikir positif dan buktikan
melalui tindakan baik. Tunjukkan aktivitas di taman bacaan tidak terpengaruh ulah
para haters. Buktikan justru jadi lebih maju, anak-anak yang membaca lebih
banyak dan semua normal-normal saja. Tetap apa adanya.
6. Lebih baik menjauh dari haters, bukan
menghindar. Agar taman bacaan bisa menebar kebaikan dan manfaat yang lebih
besar. Jadikan taman bacaan sebagai tempat bergaul orang-orang baik yang se-visi
menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat.
7. Tetap fokus pada tujuan taman bacaan.
Agar lebih bermanfaat dan lebih baik lagi di hari-hari ke depan.
Tahukah Anda? Jangankan manusia dan taman bacaan.
Hujan dan matahari sebagai anugerah Tuhan saja masih ada yang membencinya. Maka
beruntunglah orang-orang yang sulit jadi pembenci atau haters. Karena benci itu
hanya menyempitkan hati dan menghilangkan rahmat Tuhan.
Maka, jangan ada kebencian sedikitpun pada apapun,
pada siapapun. Karena setiap kebencian itu jadi bukti ada masalah pada
pemiliknya. Mereka yang bermasalah, bukan taman bacaannya. Teruslah
melangkah untuk taman bacaan yang lebih baik, untuk hidup yang lebih baik!
Maka
bertanyalah, kenapa saya benci taman bacaan? Salam
literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #LiterasiPagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar