Zaman now. Selain lengket banget sama gadget, salah satu ciri manusia zaman now itu suka “kepo”. Iya kepo, sok mau tahu urusan orang, Kerjanya mengintip laju orang lain. Memata-matai hinga apa saja urusan orang lain pengen tahu. Maka ada sindirannya, “mau tahu aja” atau “mau tahu banget”. Dasar manusia kepo.
Manusia kepo itu sbuk banget. Tapi sibuk ngurusin orang lain. Bolehlah
disebut sibuk enggak karuan. Dikit-dikit, pengen tahu urusan orang. “Ehh, si
anu sekarang kerja di mana?”. Si anu udah nikah apa belum sih? Kok si anu
banyak duitnya, dari mana ya?. Begitulah kira-kira manusia
kepo saat memulai
obrolannya. Tentu, dengan sesame kaum kepo.
Apa sampai di situ? Belum. Manusia kepo memang doyan gosip, doyan ngomongin
orang.
Urusan pribadi orang pun pengen tahu aja. "Ehh, si anu rumahnya
masih ngontrak apa udah punya sendiri…?" Capek deh. Bergaul sama manusia
kepo itu enggak ada
selesainya. Ada saja yang
pengen diketahuinya. Padahal bukan urusan dia.
Jadi manusia kepo. Bukan soal boleh atau tidak
boleh. Bila hanya bertanya,
tentu tidak masalah, Tapi bila motifnya personal atau mencari kesalahan orang
lain, itu dilarang. Si kepo itu rata-rata niat dan motif pengen tahunya buruk. Alias
bengkok. Manusia kepo sering lupa. Apa yang dilakukannya (dalam Islam) sudah
termasuk “tajassus”. Yaitu mengorek-orek berita atau
memata-matai. Makanya tajassus atau kepo itu dilarang. Nah, bila yang dilarang justru
dikerjakan ya itulah kualitas manusia kepo.
Jadi tidak usah kepo. Karena kepo itu urusan moral.
Emang apa pentingnya sih kita tahu urusan orang? Atau
biar dibilang orang peduli? Segala rupa ditanyain. Segala macam pengen tahu. Ini
ditanya, itu ditanya. Ujung-ujungnya, berprasangka buruk, mencari kesalahan orang
bahka menebar kebencian. Dasar manusia kepo.
Aneh memang manusia kepo. Lebih senang “melihat ke luar” daripada “menengon
ke dalam” Lebih suka ngurusin orang lain daripada urus dirinya sendiri. Sibuk
enggak karuan. Yang bukan urusannya dikerjakan, giliran urusan sendiri belum
tentu beres. Terus, bila orang lain salah apa si manusia kepo benar? Belum tentu
layauw.
Terus, apa salah jadi
manusia kepo?
Ya, kepo itu bukan
soal salah tidak salah. Kalau salah di kepo sudah pasti masuk penjara. Lagi-lagi,
kepo itu cuma soal moral. Bertanya dan pengen tahu, bila niatnya
baik ya
silakan. Tapi sebaliknya, bertanya
dan pengen tahu atas niat tidak baik.
Itu berarti moral si
manusia kepo bermasalah.
Lagi pula, bila orang lain punya sisi buruk dan jelek. Apa artinya,
si kepo selalu
baik? Si manusia kepo lupa. Manusia hidup itu realitasnya ada baik, ada
buruk. Karena harus
bisa terima dengan lapang
dada. Sambil tetap
elin dan waspada.
Manusia kepo perlu tahu. Sebuah hadist berkata,
"Allah membenci tiga perkara: 1) bergosip
(qiila wa qaala), 2) menyia-nyiakan harta, dan 3) banyak
bertanya“. Itu artinya, tidak usah jadi manusia kepo. Lebih baik muhasabah dan selalu introspeksi
diri. Anjurannya sederhana,
"Janganlah kamu bertanya sesuatu yang menyusahkan kamu". Untuk apa bertanya, bila jadi masalah? Dasar
kepo.
Maka ketahuilah, kepo itu berasal dari kebiasaan senang bergunjing, bergosip sambil
ngomongin orang, mengungkap aib orang lain. Kumpul-kumpul yang lebih
banyak mudharat daripada maslahat. Banyak bertanya untuk hal yang tidak ada
manfaatnya.
Maka manusia kepo itu terjadi. Karena si kepo tidak pernah kelar dengan dirinya sendiri. Sehinga banyak tanya dan mau tahu saja urusan orang lain. Maka enggak usah kepo. Karena dilarang menilai orang lain dengan standar diri kita sendiri. Enggak usah kepo, karena tidak ada manfaatnya sama sekali. Dalam hal apa pun, soal siapa pun.
Oleh karena itu, taman bacaan di mana pun harus hadir. Selain untuk tegakkan tradisi baca dan budaya masyarakat. Sekaligus jadi "lawan" dari manusia-manusia kepo. Salam
literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #LiterasiKepo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar