Persis 17 tahun lalu, Oktober 2003, saya berhasil meraih penghargaan “Citizenship Award 2003” dari perusahaan asuransi jiwa asing berskala internasional. Ajang bertajuk “Manulife – Stars of Excellence” ini untuk kali pertama digelar di Hongkong. Saya bersama para peraih award lainnya dari berbagai negara di Asia pun dijamu khusus oleh para petingginya. Bangga dan berkesan. Apalagi dari Indonesia diwakili 4 orang. Sementara negara lain hanya diwakili 2 penerima award.
Layaknya awarding di mana-mana, apalagi
skala Asia. Seleksi award ini tergolong ketat dan objektif. Disaring dari berbagai
negara dan kandidat hingga hasilnya diumumkan terbuka se-Asia. Selain dijamu
khusus makan malam, semua penerima award diajak jalan-jalan. Bahkan dapat uang
pula yang nilainya kala itu, luar biasa. Buat saya sendiri, ajang ini merupakan
kali pertama saya pergi ke luar negeri. Alhamdulillah, kini sudah menapak kaki
hingga ke 10 negara lainnya.
Di ajang ini saya meraih “citizenship
award”. Apa itu citizenship award? Intinya adalah kepedulian sosial. Karena sejak
1994, saat mulai bekerja seusai kuliah, saya menyisihkan sebagian rezeki untuk
sekolah anak-anak yatim. Hingga ada yang tinggal di rumah untuk sekolah. Jangankan
kemewahan material, anak-anak yatim itu mendapat perhatian dari “sang ayah”
saja tidak bisa. Karena itulah, saya mengambil peran untuk membantu dan memperhatikan
mereka. Intinya, bernasihat dan memastikan mereka tetap sekolah. Agar tidak ada
anak yang putus sekolah, agar tidak ada pernikahan dini. Hingga kini pun, saya
tegas bersikap untuk mengayomi 34 anak yatim binaan yang setiap sebulan sekali
bertemu di pengajian.
Maka setelah “menemukan kembali”
foto-foto ini, saya ditantang. Untuk menguak dan menuliskan sebuah sejarah.
Sejarah baik yang bisa terjadi pada siapapun. Sejarah baik berupa praktik baik
itu patut disuarakan. Bukan sejarah buruk yang selalu diumbar-umbar tanpa jelas
maksudnya.
Apa yang saya mau bilang di sini?
Semua ada sejarahnya, semua ada rekam
jejaknya. Jalani saja tiap proses dengan sepenuh hati. Tetap istiqomah di jalan
kebaikan sekalipun terjal dan banyak gangguan.
Seperti pengabdian di taman bacaan. Saya
di TBM Lentera Pustaka pun hanya bertekad. Untuk membantu anak-anak usia
sekolah dari masyarakat prasejahtera. Agar tidak putus sekolah dan punya akses
terhadap buku bacaan, di samping tradisi membaca di kesehariannya. Maklum ini era
digital, biar tidak tergilas zaman. Karena taman bacaan adalah sebuah proses
panjang yang tidak mudah. Maka harus terus dipelihara dan dikolola sepenuh hati…
salam literasi #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar