Siapa bilang taman bacaan tidak punya kinerja?
Tentu ada dong, kinerja taman bacaan. Sebut
saja dari pertambahan jumlah anak yang membaca. Seperti yang dilakukan TBM
(Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka, jumlah anak pembaca baru tiap tahun
bertambah 12 anak. Sejak didirikan 5 November 2017 hanya ada 17 anak yang bergabung.
Dan kini per Juni 2020, ada 49 anak usia sekolah yang menjadi pembaca aktif. Angka
tersebut pun belum termasuk anak-anak nonsekolah karena belum masuk SD (Sekolah
Dasar) alias masih 5-6 tahun.
Mengukur kinerja taman bacaan itu penting.
Selain menjadi bahan evaluasi keberadaan suatu taman bacaan, kinerja itu pun
menunjukkan tata kelola taman bacaan. Maklum, karena banyak taman bacaan seakan
“mati suri” di Indonesia. Seolah hidup segan mati tak mau. Bila dicermati, ada
3 (tiga) penyebab taman bacaan punah: 1) ada anak tidak ada buku, 2) ada buku
tidak ada anak, dan 3) komitmen pengelola yang rapuh alias tidak sungguh-sungguh.
Maka atas realitas itulah, TBM Lentera Pustaka
yang didirikan oleh Syarifudin Yunus, seorang dosen Unindra dan kandidat doktor
“taman bacaan” pada Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak Bogor menerapkan
model “TBM Edutainment” sebagai cara beda tata kelola taman bacaan berbasis
edukasi dan hiburan. Model “TBM Edutainment” ini pula yang akhirnya
dikembangkan ke dalam penelitian R&D sebagai bahan disertasi yang kini
tengah diselesaikan oleh Pendiri TBM Lentera Pustaka yang terletak di Kaki
Gunung Salak, tepatnya di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Bogor.
Di TBM Lentera Pustaka, pertumbuhan jumlah
anak yang membaca dalam 3 tahun terakhir terus meningkat, bertambah rata-rata
25% setiap tahunnya. Sehingga totalnya ada 49 anak pembaca aktif usia sekolah.
Adapun rinciannya sebagai berikut:
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
Tahun
2020 = bertambah 10 anak atau
20,4%
Itu
artinya, ada pertambahan 12 anak baru yang membaca tiap tahun. Bahkan bila
dibandingkan saat berdiri tahun 2017 hanya 17 anak dan kini tahun 2020 ada 49
anak, berarti pertumbuhannya melonjak 188%.
Apakah TBM Lentera Pustaka puas dengan raihan
jumlah anak pembaca baru tersebut?
Tentu, tidak sama sekali. Jangan pernah
puas dalam membangun tradisi baca dan budaya literasi di anak-anak Indonesia. Karena
semua berproses dan berdinamika sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat di
mana taman bacaan berada. Justru, mengukur pertambahan jumlah anak pembaca baru
harus menjadi salah satu alat evaluasi.
“Bukan puas, tapi TBM Lentera Pustaka harus
bisa mengukur eksistensinya di masyarakat. Tiap tahun bertamabh 12 anak pembaca
baru menjadi sinyal bahwa tata kelola dan program yang kami jalankan sudah
sesuai harapan. TBM Edutainment yang kamu usung berarti cocok. Maka harus terus
dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan. Demi tegaknya tradisi baca anak-anak”
ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan kepala Program TBM Lentera Pustaka (9/7)
Patut diketahui, dengan koleksi
lebih dari 3.500 buku bacaan, saat ini setiap anak di TBM Lentera Pustaka mampu
membaca 5-8 buku per minggu. Sementara jam baca hanya berlangsung seminggu 3
kali (Rabu-Jumat-Minggu). Di tahun 2020 ini, TBM Lentera Pustaka disponsori
oleh 1) Asuransi Jiwa Tugu Mandiiri, 2) Asosiasi DPLK, dan 3) bank Sinarmas. Ukuran
kinerja ini pula yang dijadikan laporan kemajuan taman bacaan kepada korporasi
yang menjadi sponsor CSR-nya.
Kinerja taman bacaan pun menjadi pesan
penting bagi pegiat literasi dan pengelola taman bacaan lainnya. Untuk terus
berjuang dan mencari cara yang pas dalam mengembangkan tata kelola taman
bacaannya. Agar taman bacaan bisa menjadi tempat yang asyik dan menyenangkan
anak-anak, bukan hanya sebatas tempat membaca. Jangan karena bersifat sosial
atau pengabdian, lalu mengabaikan tata kelola yang profesional. Sebagai lembaga
pendidikan nonformal yang tidak mengikat, justru pengelola taman bacaan harus
kreatif dalam “mencari jalan” agar tetap diminati anak-anak, apalagi di tengah
gempuran era digital.
Oleh karena
itu, pengelola taman bacaan pun harus lebih sabar daam berjuang. Sabar tentu
bukan menerima apa adanya atau tidak bergeral. Tapi sabar dalam mengelola taman
bacaan agar lebih baik dari tahun ke tahun. Sehingga masalah yang dihadapi
taman bacaan dari tahun ke tahun akan terselesaikan. Sungguh mengelola taman
bacaan tidak mudah bahkan banyak kendalanya. Pada awalnya pun, TBM Lentera Pustaka
menghadapi orang-orang yang apatis bahkan berprasangka buruk. Hingga kini pun
masih ada orang tua yang tidak membolehkan anaknya ke taman bacaan. Tapi itu
semua jangan bikin hati kecil. Jalankan saja taman bacaan dengan penuh kesabaran
dan komitmen pengelola yang tinggi. Agar taman bacaan bisa menjadi “arena
positif” bagi anak-anak usia sekolah di kampung-kampung.
Maka bersabarlah dalam mengelola taman bacaan. Seperti kata Ali bin Abi Thalib, “kesabaran itu ada dua macam; 1) sabar dalam menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan dan 2) sabar dalam menahan diri dari sesuatu yang diinginkan. Maju terus taman bacaan di Indonesia … #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #KinerjaTamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar