TIGA
SEBAB TAMAN BACAAN MATI DI INDONESIA
Di negeri ini sekarang, bisa
jadi kedai kopi atau tempat nongrong lebih ramai daripada taman bacaan. Kenapa?
Kata mereka pengagum kedai kopi, karena kedai kopi lebih asyik daripada tempat
baca. Ahh, yang benar? Orang kalau malas baca emang ada saja alasannya.
Faktanya, memang begitu.
Karena mengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Indonesia sungguh tidak
mudah. Maka wajar, tidak sedikit taman bacaan masyarakat yang seakan “mati
suri”. Kurang diminatim seakan “hidup segan mati tak mau”. Taman bacaan di
negeri ini seolah “ada tapi tiada”. Apalagi di zaman now, taman bacaan pasti
tergilas oleh era digital, era serba instan yang makin menjauhkan orang dari
tradisi baca.
Jadi jelas, memang kedai kopi
atau tempat nongkrong pasti lebih diminati daripada taman bacaan. Di manapun.
Bila begitu, lalu siapa yang harus peduli terhadap eksistensi taman bacaan
masyarakat?
Setidaknya ada 3 (tiga) sebab taman bacaan “mati” di
Indonesia. Yaitu 1) karena ada buku tapi tidak ada anak, 2) karena ada anak tapi
tidak ada buku, dan 3) karena komitmen pengelola taman bacaan yang “setengah
hati” ibarat "anget-anget tai ayam" istilahnya. Wajar bila taman
bacaan mati, taman bacaan kurang diminati. Apalagi sifatnya yang sosial, sangat
tergantung kepedulian orang lain. Baik untuk donasi buku, biaya operasional,
atau lainnya. Sementara di luar sana, katanya, mari tegakkan terus tradisi baca
dan budaya literasi anak-anak kita.
Maka, harus ada cara yang
beda dalam mengelola taman bacaan. Taman bacaan di manapun, harus lebih kreatif
dan inovatif dalam mengelola taman bacaan. Agar tidak monoton dan tidak
membosankan.
Sebut saja, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera
Pustaka yang saya dirikan di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari
Kab. Bogor di Kaki Gunung Salak. Sejak didirikan 3 tahun lalu, kini setidaknya
ada 60 anak usia sekolah yang aktif membaca buku. Secara rutin, seminggu 3 kali
anak-anak ke taman bacaan. Bahkan bisa “melahap” 5-8 buku per minggu habis
dibaca. Semua itu berjalan lancer berkat model “TBM Edutainment” yang saya
terapkan. Sebuah cara tata kelola taman bacaan yang memadukan konsep edukasi
dan entertainmet.
TBM
Edutainment, intinya cara mengelola taman bacaan yang unik dan kreatif. Agar
anak-anak tidak bosan berada di taman bacaan. Model TBM Edutainment bertumpu
pada ciri-ciri seperti: 1) ada salam literasi, 2) ada doa literasi, 3) ada
senam literasi tiap kali mau membaca, 4) membaca bersuara tidak boleh dalam
hati, 5) ada laboratorium baca seminggu sekali untuk melatih pemahaman dan
motivasi baca, 6) ada event bulanan dengan mendatangkan tamu dari luar, dan 7)
ada jajanan kampung gratis tiap bulan. Bahkan kini di TBM Lentera Pustaka,
anak-anak pembaca aktif mulai diajarkan untuk bercocok tanam sayuran plus
tersedia fasilitas “kebun baca”, tempat membaca di alam terbuka yang hijau dan
asri.
Saking peduli dan gandrung terhadap taman bacaan.
Saya pun menjadikan TBM Edutainment sebagai bahasan untuk disertasi saya
sendiri sebagai kandidat Doktor Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas
Pakuan Bogor. Insya Allah, disertaasi saya mengangkat judul “Peningkatan Minat
Baca dan Budaya Literasi Masyarakat melalui Model TBM Edutainment pada Taman
Bacaan di Kabupaten Bogor”. Disertasi yang saya dedikasikan khusus untuk taman
bacaan di Indonesia dan para pegiat literasi agar tetap termotivasi dalam
mengelola taman bacaan.
Dan satu hal yang penting. Mengelola taman bacaan
saat ini tidak bisa lagi sendirian. Harus ada kolaborasi dan sinergi dengan
individu atau korporasi. Seperti TBM Lentera Pustaka pun punya banyak relawan individual
yang secara ikhlas membantu dan mengabdi taman bacaan, baik untuk membimbing
baca, isi acara, atau donasi buku, Begitu pula komunitas atau korporasi yang
terlibat, seperti BEM Faperta IPB sebagai relawan tetap di TBM Lentera Pustaka,
termasuk CSR korporasi dari AJ Tugu Mandiri, Asosiasi DPLK, dan Bank Sinarmas
yang membantu operasional taman bacaan.
Sungguh, taman bacaan tidak akan mati. Bila ada
kepedulian dan komitmen semua pihak. Untuk saling membantu dan bergotong royong
demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi anak-anak Indonesia. Agar taman
bacaan “tidak kalah” dari kedai kopi atau tempat nongkrong.
Jadi,
mending baca atau ngopi? Jawabnya, terserah Anda …
Salam literasi #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen #BudayaLiterasi
Numpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*