Pentingnya
Literasi dalam Memilih Buku Bacaan Anak
Belakangan banyak event “pesta buku impor” di
berbagai kota di Indonesia.
Namun pada saat yang sama, keluhan muncul dari
kalangan orang tua. Karena konten buku-buku impor banyak yang ceritanya tidak
sesuai dengan nilai-nilai dalam keluarga. Maka di sini ujian orang tua, mampu
atau tidak lebih selektif dalam memilih buku bacaan anak?
Menarik dan patut diikuti. Majalah Wanita “KARTINI”
No. 2497 edisi Agustus 2019 secara gamblang 8 halaman full mengupas tuntas. Bertajuk
"Pentingnya Literasi Dalam Memilih Buku Bacaan Di Tengah Gelombang Buku
Impor". Agar orang tua tidak tergoda diskon besar dan konten global dari
buku impor yang dipamerkan. Tapi harus selektif dalam memilih buku bacaan untuk
anak-anak.
Majalah Kartini
pun mengajak pegiat literasi Indonesia, Syarifudin Yunus yang sekaligus Pendiri
dan Kepala Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gn.
Salak Bogor sebagai nara sumber soal “literasi anak” pada edisi kali ini.
Intinya, minat baca anak Indonesia mulai bangkit
seiring makin derasnya arus informasi. Terbukti setiap bazar buku murah selalu
dipadati pengunjung. Anak dan orang tua rela berdesakan untuk membeli buku. “Karena
itu, minta baca anak tidak akan pernah mati” ujar Syarifudin Yunus yang juga
Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
Maka tips
sederhana bagi orang tua dalam memilih buku anak.
Pertama, adalah dengan metode “edutainment” agar
membaca buku ditangkap sebagai kegiatan yang edukatif dan menyenangkan bagi anak.
Pilihkan buku yang sesuai dengan minat anak. Lalu observasi buku yang cocok
sehingga saat buku dibeli anak bisa menikmatinya. “Apapun bukunya, orang tua
harus bisa mengubah pesan menjadi edukatif dan menyenangkan anak” kata pria
yang disapa Syarif.
Kedua, bila orang tua tergolong sibuk akibat
bekerja. Dan terbiasa menitipkan anak kepada pengasuh. Maka buku bacaan yang
dipilih adalah buku-buku moralitas agar dapat menanamkan karakter anak.
“Berikanlah anak-anak, buku yang pesannnya tentang
nilai moral atau karakter.Bukan buku yang ingin menjadikan anak pintar atau
bertambah pengetahuan semata” tambah Syarif yang juga Alumni UNJ dan tengah
studi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak Bogor.
Ketiga, dalam kaitan dengan kemajuan teknologi
seperti e-book. Tidak sepenuhnya baik dan tepat untuk anak. “Karena e-book itu
bisa mengganggu fokus membaca si anak. Anak malah terkesima pada teknologi
bukan isi bacaan. Maka khusus anak-anak usia sekolah, membaca lebih baik
konvensional. Ada bukunya, bila perlu sambil bersuara” tambah Syarif yang tiap
hari Minggu mengajarkan cara membaca anak-anak di TBM Lentera Pustaka di Kaki
Gunung Slaak Bogor.
Empat, perlunya hati-hati orang tua dengan konten
buku tokoh fiktif dan karakter yang tidak cocok untuk kepribadian anak
Indonesia. “Buku impor tidak selalu baik. Harus hati-hati orang tua. Karena
buku impor biasanya 1) nilai karakter tokohnya tidak cocok, 2) memicu imajinasi
anak yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, dan 3) pesan moralnya sering
bertentangan dengan agama dan budaya Indonesia” jelas Syarif lagi.
Dan kelima, demi pentingnya literasi dalam memilih
buku bacaan anak. Orang tua harus terlibat aktif dan mau menemani anak saat
membaca buku. Makanya biasalkan membaca bersuara bukan dalam hati. Agar orang
tua tahu isi buku bacaannya. “Maka biasakan di rumah, anak membaca buku secara
bersuara. Bila perlu, orang tua menjadi ‘story teller’ yang ikut memaknakan isi
bacaan kepada anaknya” pungkas Syarif yang juga konsultan di DSS Consulting dan
Ketua Bidang Humas Asosiasi DPLK Indonesia.
Di era digital, di era revolusi industri sekarang
ini. Kelemahan terbesar dalam literasi anak adalah orang tua justru tidak mau
lagi menemani anak saat membaca buku. Inilah titik kritis. Sehingga buku bisa
jadi kontraproduktif dengan harapan orang tua.
Dan yang
terpenting dalam literasi anak. Adalah kepedulian orang tua terhadap budaya
literasi. Jangan anaknya disuruh baca, orang tua malah main HP .... Capek deh.
Maka akrabkan
anak kita dengan buku. Karena tanpa baca, masa depan anak merana … Salam literasi
anak #MajalahKartini #TBMLenteraPustaka #LiterasiAnak #BukuAnak #BudayaLiterasi
#BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar