Selasa, 02 April 2019

"Menulis itu Tanda Membaca" ujar Syarifudin Yunus


"Menulis itu tanda membaca" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka. 

Maka wajar, ia selalu menulis setiap hari. Dari malam ke malam, setiap malam, ia menghabiskan waktunya dengan menulis. Seberapa sibuk, seberapa lelah. Syarifudin Yunus tidak pernah melewatkan waktu untuk tidak menulis. Menulis baginya, sudah menjadi darah dagingnya. Bukan hanya sekadar ekspresi perasaan, pengetahuan maupun pengalaman yang dialaminya.

Sebagian orang bilang menulis itu sulit.
Namun tidak demikian buat Syarifudin Yunus. Karena menulis buatnya adalah obat. Obat dari penyakit hati, obat dari penyakit sosial. Bahkan obat untuk “nakalnya pikiran” yang tidak sempat terkatakan. Menulis adalah terapi penyembuhan diri dari dunia yang bukan dirinya, penyembuhan dari rekayasa diri yang kian dicintai banyak orang. Bahkan ketika dunia enggan menoleh dan merangkul pun bisa diekspresikan melalui tulisan.

Siapapun, sangat boleh sedih atau gembira. Siapapun boleh benci lalu cinta.
Namun itu semua, sangat sayang bila tidak diekspresikan ke dalam tulisan. Karena menulis hanya butuh niat dan perilaku. Untuk mengabadikan setiap peristiwa demi peristiwa yang dialami.

Scripta manent verba volant; yang tertulis akan abadi, yang terucap akan lenyap.

Syarifudin Yunus atau lebih dikenal Syarif Yunus, lahir di Jakarta pada 15 Maret 1970. Meraih gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (1994) dari Universitas Negeri Jakarta (d/h IKIP Jakarta) dan Magister Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta (2006). Kini tengah melanjutkan studi S3 Program Doktor Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor atas beasiswa dari Universitas Indraprasta PGRI tempatnya mengajar.


Menikah dengan Preli Oktosari, dikaruniai tiga anak; Fahmi Rifli Pradana (22th), Farid Nabil Elsyarif (17th), dan Farah Gammathirsty Elsyarif (12th). Bekerja lebih dari 24 tahun sebagai Dosen dan aktif mengajar di Universitas Indraprasta PGRI (sejak 1994) dan pernah menjadi pengajar luar biasa di Universitas Negeri Jakarta (sejak 2010). Pernah berkiprah sebagai Wartawan Majalah Forum Keadilan (1996) dan sangat dekat dengan bidang jurnalistik, komunikasi, kehumasan, penyuntingan, menulis, bahasa dan sastra. Keahliannya di bidang Bahasa Indonesia pun menjadikannya sebagai Ahli Bahasa Bawaslu DKI, di samping berbicara di berbagai seminar dan workshop Pendidikan Bahasa Indonesia, Penulisan, dan Komunikasi.

Hingga akhir tahun 2108, sudah 25 buku yang dituliskan; 1) Jurnalistik Terapan(2010),2)Bunga Rampai Problematika Bahasa Indonesia(Ed.-2010),3)Kumpulan Puisi & Cerpen “Kata Anak Muda” (Ed.-2011),4) Antologi Puisi “Perempuan Dimana Mereka?” (Ed.-2012),5)Antologi Puisi “Potret Orang-Orang Metropolitan” (Ed.-2013),6)Antologi 44 Cerpen “Surti Bukan Perempuan Metropolis”(Maret 2014),7) Antologi 85 Cerpen “Kecupan Di Pintu Langit” (Mei 2014),8) Antologi 70 Cerpen “Di Balik Jendela Kampus” (Juli 2014), 9) Kumpulan 30 Cukstaw Cerpen “Surti Tak Mau Gelap Mata”(November 2014), dan 10) Antologi Puisi Kritik Sosial “Tiada Kata Dusta Untuk Presiden” (November 2014), 11) Kompetensi Menulis Kreatif (April 2015), 12) Kumpulan Cerpen “Hati Yang Mencari Ibu” (Mei, 2015), 13) Kumpulan Cerpen “Bukan Senyuman Terakhir” (April 2016), 14) Kumpulan Cerpen “Resonansi Cinta Yang Terbelah” (Mei 2016), 15) Kumpulan Artikel Ilmiah “Bahasa Di Panggung Politik; Antara Kasta dan Nista” (Desember 2016), Kenapa Kau Membenciku (2017), Cerita Bibir Di Atas Tangan (2017) Oasis Dari kampus (2017), Jangan Mencintai perempuan Biasa (2018), Noda Di Ruang Kelas (2018), Sentimen Bahasa Politik (2018), Politik Orang Susah (2018), Jakarta Di Atas Kertas (2019).

Maka jelas sudah, menulis adalah perilaku. Karena tidak akan pernah ada tulisan tanpa ditulis. Menulis bukan dipikirkan, diseminarkan, didiskusikan bahkan direncanakan. Menulis hanya bisa terjadi bila dilakukan, seberapa sulitnya.
Selain memiliki pengalaman lebih dari 24 tahun sebagai Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Indraprasta PGRI, Syarifudin Yunus pun menjadi konsultan di DSS Consulting selepas dari praktisi bidang dana pensiun dan asuransi jiwa.  Pernah bekerja di Principal Indonesia (1999-2001), Manulife Indonesia (2001-2006), AIA Financial (2006-2012), dan Manulife Indonesia (2012-2016). Kini memposisikan diri sebagai “pengabdi sosial” sebagai Pengelola Komunitas Peduli Anak Yatim CARAKA MUDA YAJFA di Kreo, Cileungsi, Gn. Salak Bogor dengan 34 anak yatim binaan dinaunginya (1994-sekarang), Penggagas Komunitas Ranggon Sastra Unindra (2006), Penggagas Klub Jurnalistik KJPost Unindra (2009).

Saat ini aktif di berbagai organisasi, antara lain: Ketua IKA BINDO UNJ (sejak 2009- sekarang), Sekjen IKA FBS UNJ (2013-2017) sekarang sebagai Wakil Ketua IKA FBS UNJ (2017-2021), Wasekjen IKA UNJ (2017-2020), dan Pengurus Asosiasi DPLK Indonesia sebagai Kepala Humas dan Pelayanan Konsumen (2003-sekarang), di samping aktif di Perkumpulan Ahli & Dosen Republik Indonesia (ADRI).


Pengabdian sosialnya semakin menjadi bagian dalam hidupnya. Sejak 2017, Syarifudin Yunus menjadi Pendiri dan Kepala Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor dan pengabdi sosial GErakan BERantas BUta aksaRA (Geber Bura) bagi kaum buta huruf di Kaki Gn. Salak Bogor. Owner & Education Specialis Gema Didaktika (2006-sekarang), dan Juri Bilik Sastra Award RRI hingga sekarang.

Kesibukan atau aktivitas yang padatnya sama sekali tidak menyurutkan Syarifudin Yunus untuk tetap menulis. Karena menulis bukan hanya berbagi inspirasi kepada pembaca. Tapi menulis pun dapat memotivasi orang lain melalui coretan tangannya, di samping mendapatkan upah dari tulisan-tulisannya yang dihasilkannya. Namun baginya satu yang pasti. Bahwa “menulis menjadi tanda dirinya berpikir sambal menyedikitkan berbicara”.
Berkat menulis pula berbagai catatan prestasi dan pengalaman pernah diraihnya, antara lain: Dosen Berprestasi Universitas Indraprasta PGRI Jakarta (2009), Asia Communicator’s Conference di Hongkong (2002 & 2004), Pemenang ‘Relawan Sejati’ Manulife Indonesia (2002), Winner Citizenship Award-Star of Excellence Manulife Financial Asia di Hongkong (2003), meraih Gold Quill of Excellence Award – Crisis Communication Team dari International Association Business Communicator (2002), Inisiator & Presenter Corporate Social Responsibilty (CSR) Award 2005 – 3rd The Best Practise in Social Program, Inisiator & Pemenang Rekor Bisnis Award bidang CSR dari Harian SINDO & Tera Foundation (2010), Pemenang Marketing Dream Team Champion 2010 dari Majalah SWA & MarkPlus, dan Peraih Rekor Bisnis Award 2014 bidang Employee Benefits dari Koran Sindo & Tera Foundation (Mei 2014), Nara Sumber ASEAN Literary Festival – ALF 2016.

Berbagai aktivitas yang digelutinya, telah mengantarkan dirinya meneguk inspirasi dari 9 negara, seperti: Hongkong, Singapore, Malaysia, Thailand, Shanghai Cina, Perth Australia, Seoul Korea Selatan, Tokyo Jepang, Madinah-Mekah Saudi Arabia.

Satu tradisi yang selalu dilakukannya hingga kini “selalu menulis setiap malam dan mempertahankan kreativitas”. Komitmennya sederhana: ingin terus menulis dan berkarya. Maka menurut Syarifudin Yunus, “menulislah sebelum berbicara karena di situ ada kejujuran…” #TGS #Menulis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar