Minggu, 31 Agustus 2025

Edukasi Dana Pensiun Jangan Sesekali tapi Terus Menerus

Semua sepakat, dana pensiun itu penting hari tua. Sayangnya, tidak semua mau mensosialisasikan akan pentingnya dana pensiun. Dana pensiun memang harus digencarkan, artinya disuarakan terus-menerus tanpa terputus. Boleh melalui tulisan, seminar, insyagram, tiktok atau di momen linya. Dan jangan pernah saat mensosialisasikan dana pensiun, semata-mata hanya ingin “menjual”. Edukasi dana pensiun itu bukan menjaul. Tapi memengertikan orang yang tidak tahu atau tidak paham dana pensiun. Agar nantinya, punya kesadaran untuk mempersiapkan dana pensiunnya sendiri.

 

Dana pensiun memang harus sering digencarkan secara konsisten. Bukan cuma sekali-sekali. Karena hanya dana pensiun yang menjadi produk keuangan paling pas untuk menjamin kemandirian finansial di hari tua, melindungi dari inflasi, dan mencegah ketergantungan kepada anak di usia lanjut. Pengenalan dan promosi yang intensif diperlukan agar lebih banyak masyarakat sadar akan manfaat dana pensiun. Karena faktanya, saat ini tidak lebiih dari 5% pekerja di Indonesia yang memiliki dana pensiun.

 

Mengapa Dana Pensiun perlu digencarkan? Karena memberikan jaminan kemandirian finansial sekaligus untuk menjaga standar hidup di hari tua, saat tidak bekerja lagi. Di sisi lain, iuran dana pensiun juga dapat melindungi kita dari inflasi, di mana harga barang dan jasa akan meningkat setiap tahunnya. Sehingga dengan dana pensiun, kita tetap memiliki nilai yang cukup untuk kebutuhan di masa depan.  Bahkan sebagian besar pensiunan saat ini menyatakan dana pensiun penting untuk menjaga ketenangan pikiran di hari tua. Sebab kebutuhan finansial di masa tua sudah tersedia dan uang dapat dikelola dengan bijak.

 


Dana pensiun sangat penting digencarkan. Karena faktanya hari ini, 1 dari 2 pensiunan mengandalkan transferan dari anaknya untuk biaya hidup bulanan (ADB, 2024). Karena itu, dana pensiun dapat mencegah ketergantungan orang tua pada anak-anaknya. Bahkan dapat mencegaj daru keterlantaran akibta menjeadi beban eskonomi keluarga. Dala banyak kasus, justru dana pensiun memberi manfaat besar untuk keluarga, Di saat tidak bekerja lagi justru dana pensiun dapat memenuhi kebutuhan hidup, di samping menjadi sumber pendapatan utama yang dapat melindungi keluarga dari kesulitan finansial. 

 

Gencarkan dana pensiun di mana saja. Lagi ngopi sama teman, lagi ngobrol bersama milenial dan relawan, lagi mengajar, atau lagi bersama anakanak taman bacaan selalu menggencarkan dana pensiun. Tujuannya bukan untuk “menjua” tapi memengertikan banyak orang tentang dana pensiun, apa dan bagaimana? Agar dana pensiun lebiih dikenal, lebih dipahami manfaatnya. Mengggencarkan dana pensiun berarti bertindak nyata dalam meningkatkan literasi dan inklusi dana pensiun. Seperti mandat program OJK yang disebut GENCARKAN (Gerakan Nasional Cerdas Keuangan). Tapi ingat, gencarkan terus menerus bukan sesekali saja. Jadi, gencarkan terus dana pensiun, di mana saja. Karena kalau bukan kira mau siapa lagi? Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #EdukasiDPLK

Peduli Kegiatan Membaca Anak, Bank Sinarmas Dukung Karnaval Agustusan TBM Lentera Pustaka

Sebagai wujud syukur terhadap kemerdekaan RI dan upaya meningkatkan giat literasi, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor menggelar acara “Agustusan Karnaval TBM” yang diikuti 250-an anak-anak dan kaum ibu pengguna layanan taman bacaan di Bogor (31/8/2025). Selain melakukan kampanye ayo baca keliling kampung sambil membawa buku, kegiatan diisi dengan berbagai lomba seperti ibu bacakan buku, senam tabole bale, tiktok, PBB tutup mata, pancing kerupuk, isi air, dan lomba ngomongin orang. Acara ini didukung oleh Bank Sinarmas yang menyediakan seluruh hadiah lomba. Tiap anak yang tidak ikut lomba pun mendapatkan buku tulis sebagai motivasi untuk tetap rajin membaca di taman bacaan.

 

"Kami senang dapat mendukung aktivitas pendidikan dan literasi yang positif di TBM Lentera Pustaka. Selain untuk menanamkan nilai-nilai patriotism atas kemerdekaan RI, kegiatan ini sangat baik untuk pendidikan karakter anak. Selalu ada kreativitas baru sehingga taman bacaan jadi tempat yang asyik dan menyenangkan untuk anak-anak kita” ujar Retno Tri Wulandari didampingi Epul Saepulloh dalam keterangannyan di sela acara.

 

Kegiatan Agustusan yang setiap tahun digelar di TBM Lentera Pustaka ini mendapat respon yang antusias dari anak-anak taman bacaan dan warga. Diawali kampanye ayo baca dan menyanyikan Indonesia Raya, acara Agustusan TBM Lentera Pustaka menjadi ajang kreativitas anak dan pengguna layanan taman bacaan. Sekaligus menjadi simbol aktivitas giat literasi yang ada di tengah-tengah masyarakat secara konkret. “Selalu seru dan senang saat event di TBM Lentera Pustaka. Anak saya selalu membaca di TBM 3 kali seminggu. Semoga terus lancar TBM tempat anak-anak kami membaca” ujar Yuningsih, salah satu ibu pengguna layanan TBM Lentera Pustaka di sela acara.

 

Agustusan di TBM Lentera Pustaka juga menegaskan taman bacaan bukan sekadar tempat membaca. Tapi mampu meningkatkan literasi masyarakat untuk menyerap informasi dan bacaan yang bermanfaat, membuka wawasan, dan mendorong kreativitas anak. Untuk berani tampil di depan public dann berkompeteisi. Melalui taman bacaan, diharapkan lahir generasi muda yang berkarakter dan memiliki kaulitas hidup yang lebih baik. Tidak mudah terprovokasi dan selalu menjaga keutuhan bangsa.

 


Selain pembagian hadiah para juara, di akhir acara setiap anak dan pengguna layana yang hadir mendapatkan snack, buku tulis, dan antre kupon jajanan kampung gratis. Selain untuk melatih budaya antre, jajanan kampung gratis ini sekaligus menjadi cara TBM Lentera Pustaka untuk menyenangkan anak-anak yang rajin dan betah secara rutin datang ke taman bacaan. Demi tegaknya literasi dan aktivitas taman bacaan di masyarakat.

 

Sebagai penutup tahun 2025 ini, TBM Lentera Pustaka pun sedang menyiapkan event besar bertajuk “Festival Literasi Gunung Salak #8” dalam rangak HUT ke-8 TBM Lentera Pustaka berkontribusi untuk gerakan literasi dan taman bacaan pada Minggu, 23 November 2025. Dengan tema “satu anak membaca, satu bangsa bertahan lama”.

 

Patut diketahui, saat in TBM Lentera Pustaka menjalankan 15 program literasi, yaitu: 1) TABA (TAman BAcaan) bagi anak-anak usia sekolah dari 4 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya, Sukajadi), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA), 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah), 4) YABI (YAtim BInaan), 5) JOMBI (JOMpo BInaan), 6) TBM Ramah Difabel, 7) Koperasi SImpan Pinjam, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital), 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling),  14) Kafe Literasi, dan 15) Melek Al Quran. Menjadi tempat membaca dan belajar 223 anak dengan tidak kurang dari 360 orang pengguna layanan. Beropreasi 6 hari dalam seminggu yang dibimbing oleh 18 wali baca dan relawan aktif. TBM Lnetera Pustaka dikenal aktif berkegiatan secara rutin, di samping menjadi taman bacaan yang komprehensif dengan berbagai program literasi untuk masyarakat. Harapannya, melalui taman bacaan, masyarakat bisa memperoleh pengalaman berliterasi sambil membangkitkan kepedulian kepada anak-anak untuk membaca buku. Salam literasi #AgustusanDiTBM #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 



Kamis, 28 Agustus 2025

55 Persen Pekerja Jabodetabek Tidak Yakin Bisa Penuhi Biaya Hidup di Hari Tua

Masih banyak pekerja di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) yang sama sekali tidak memiliki perencanaan hari tua. Selain terlau mengandalkan tabungan konvensional, urusan masa pensiun masih dianggap sepele. Oleh karena itu, pekerja pada umumnya tidak memiliki gambaran terhadap kondisi hari tuanya sendiri.

 

Untuk itu, Syarifudin Yunus, peneliti dana pensiun dari DPLK Sinarmas Asset Management sekaligus dosen Universitas Indraprasta PGRI melakukan penelitian bertajuk “Analisis tingkat kesiapan pensiun pekerja biasa di Jabodetabek dan tantangan industri dana pensiun di Indonesia” dengan melibatkan 100 pekerja di Jabodetabek melalui pendekatan mix method pada Agustus 2025. Tujuannya, untuk memetakan tingkat kesiapan pensiun pekerja biasa di Jabodetabek dan tantangan industri dana pensiun di Indonesia.

 

Ternyata, hasil penelitiannya menyebutkan tingkat kesiapan pensiun pekerja biasa di Jabodetabek tergolong rendah, 55% pekerja tidak yakin bisa memenuhi biaya hidup di hari tua akibat penghasilan sekarang dianggap pas-pasan dan tidak punya gambaran biaya hidup yang diperlukan di masa pensiun. Hanya 18% pekerja yang memiliki preferensi benar-benar mau menikmati masa pensiun, sedangkan 47% pekerja ingin membuka usaha kecil-kecilan dan 24% pekerja belum tahu akan seperti apa di masa pensiun.

 

Dari sisi tingkat kesadaran, 97% pekerja di Jabodetabek mau menyisihkan gaji untuk masa pensiun akibat takut miskin di hari tua. Bahkan 59% dari pekerja mampu menyisihkan iuran antara Rp. 100.000 s,d. Rp. 500.000 per bulan untuk dana pensiun. Sebagian besar atau 41% pekerja memiliki produk keuangan berupa tabungan di bank dan 39% produk keuangan lainnya, dan hanya 8% yang punya dana pensiun.

 

“Penelitian dana pensiun kali ini saya lakukan untuk cari tahu seberapa siap pekerja di jabodeatebk untuk pensiun? Terbukti 55% tidak siap, bahkan tidak punya gambaran mau seperti apa di masa pensiun. Tapi sebenarnya mereka punya kemampuan untuk menabung di dana pensiun. Karena takut miskin id hari tua” ujar Syarifudin Yunus, peneliti dana pensiun DPLK SAM saat merilis temuannya (28/5/2025).

 


Akibat tidak siapnya pekerja, maka memberi tantangan industri dana pensiun di Indonesia untuk mencari solusi dalam hal 1) meningkatkan kepesertaan dana pensiun, 2) memacu literasi dan kesadaran pekerja, 3) mengoptimalkan kinerja investasi, 4) menyediakan akses digital, dan 5) mengkampanyeka potensi risiko demografi tentang kemiskinan di hari tua. Industri dana pensiun dituntut untuk membuat produk yang fleksibel dan terjangkau bagi pekerja. Edukasi yang masif, ketersediaan akses digital, dan kebijakan yang inklusif adalah kata kunci untuk menjadikan pekerja lebih siap pensiun dan terhindar dari kemiskinan di usia tua.

 

Mau tidak mau, ketidaksiapan pekerja menghadapi masa pensiun patut mendapat perhatian khusus. Faktanya, masih banyak pekerja di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) yang sama sekali tidak memiliki perencanaan hari tua. Selain terlalu mengandalkan tabungan konvensional, urusan masa pensiun masih dianggap sepele. Hasil penelitian dana pensiun oleh Syarifudin Yunus yang berjudul “Analisis Kesiapan Pensiun Pekerja Biasa di Jabodetabek dan Tantangan Industri Dana Pensiun di Indonesia” sudah dipublikasi pada Jurnal Ilmiah JiMaKeBiDi (Jurnal Inovasi Manajemen, Kewirausahaan, Bisnis dan Digital0 Volume 2, Nomor 3, Agustus 2025 pada 28 Agustus 2025 dengan link sebagai berikut:

https://ejournal.arimbi.or.id/index.php/JIMaKeBiDi/article/view/776

 

Ke depan, Indonesia akan menghadapi penuaan populasi (aging population) di mana tren penduduk usia tua akan meningkat. Maka meningkatkan kesiapan pekerja menghadapi masa pensiun menjadi urgen untuk ditingkatkan. Sebagai solusinya, pekerja harus berani untuk menyiapkan masa pensiunnya sendiri khususnya melalui DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Karena melalui DPLK, pekerja nantinya akan 1) memiliki pendanaan yang pasti untuk hari tua, 2) mendapatkan hasil investasi yang optimal selama menjadi peserta, 3) mendapat manfaat pajak saat manfaat dibayarkan, dan 4) jadi lebih disiplin menabung untuk hari tua. Jadi, dana pensiun memang seharusnya tidak dilihat sebagai beban melainkan komitmen untuk mempersiapkan kesejahteraan di masa pensiun. Salam #YukSiapkanPensiun #DPLKSAM #EdukasiDanaPensiun



Rabu, 27 Agustus 2025

ADPI Gelar Seminar Transformasi Berkelanjutan Dana Pensiun, Kelola Aset Rp. 239,7 Triliun

Sebagai bagian dari peningkatan kompetensi SDM di DPPK dan peringatan 40 tahun organisasi, Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menggelar seminar nasional “Transformasi Dana Pensiun Menuju Masa Depan Berkelanjutan” di Yogyakarta (28/8/2025). Bertindak sebagai narasumber Asep Iskandar (Kepala Departemen Pengawasan Penjaminan, Dana Pensiun, dan Pengawasan Khusus OJK) dan dihadiri 300-an anggota ADPI. Turut hadir di acara ini Abdul Hadi (Ketua Umum ADPI), Sularno (Sekjen), Abdul Hadie (Bendahara), Mudjiharno M.S, Suheri, dan Ali Farmadi (Dewan Pengawas ADPI) dan Djoni Rolindrawan (Penasihat).

 

“ADPI punya peran strategis dalam mendorong industri dana pensiun yang tangguh dan berkelanjutan. Untuk itu, ADPI harus jadi  organisasi yang sehat sebagai wadah Dana Pensiun yang dikelola secara profesional dan akuntabel, terus mengembangkan anggota, terutama pada kompetensi, organisasi, GCG serta peningkatan citra Dana Pensiun. Selamat ulang tahun ADPI, terus semangat” ujar Asep Iskandar, Kepala Departemen Pengawasan Penjaminan, Dana Pensiun, dan Pengawasan Khusus OJK dalam paparannya.

 

Ditegaskan pula, saat ini industri dana pensiun dihadapkan pada tantangan dan isu utama ang perlu diantisipasi. Yaitu 1) soal coverage, di mana aset Dana Pensiun saat ini baru mencapai 6,5% dari PDB sedangkan jumlah angkatan kerja mencapai 152,11 juta namun tingkat literasi dan inklusi Dana Pensiun masih rendah dibandingkan dengan sektor jasa keuangan lainnya, 2) soal adequacy, dengan tingkat replacement ratio yang masih tergolong rendah, maka kepesertaan dana pensiun perlu ditingkatkan, dan 3) soal sustainability, keberlanjutan pengelolaan Dana Pensiun yang dipengaruhi oleh penerapan tata kelola, dukungan pendanaan, pengelolaan investasi, dan profil risiko yang dikaitkan dengan isu kesesuaian antara strategic asset allocation investasi dengan profil liabilitas Dana Pensiun sehingga berdampak pada tingkat kesehatan (TKS) Dana Pensiun.

 


“Sesuai arahan OJK, kami di ADPI akan terus meningkatkan tata Kelola dana pensiun yang baik. Sekaligus mendorong peningkatan kapasitas SDM melalui program pelatihan, seminar, dan/atau workshop, mendorong continuous improvement dalam pelayanan dan kemudahan akses bagi peserta pensiun dan sosialisasi ketentuan secara berkelanjutan kepada pelaku industri” kata Abdul Hadi, Ketua Umum ADPI di sela acara.

 

Untuk itu, ADPI sangat mendukung upaya percepatan inovasi dan transformasi gigital program pensiun. Sesuai arahan 50% DPPK diharapkan  mampu menerapkan digitalisasi program pensiun. Untuk diketahui, per Juni 2025, ADPI mengelola aset sebesar Rp. 239,7 triliun atau 61% daritotal aset kelolaan dana pensiun sukarela (DPPK & DPLK). Jumlah DPPK saat ini mencapai 162 dana pensiun dengan melayani 1,27 juta peserta.  Komposisinya DPPK PPMP sebanyak 898 ribu peserta (70%) dan DPPK PPIP sebanyak 377 ribu peserta (30%).

 

Maka ke depan, ADPI bersama anggotanya akan terus mengoptimalkan tata kelola dan pensiun dan manajemen risiko yang efektif sebagaimana tertuang dalam peta jalan dana pensiun 2024-2028, di samping memberi kontribusi terhadapkeberlanjutan dana pensiun secara berkualitas di Indonesia. Dirgahayu ke-40 ADPI!

 



Potret Literasi Kecil di Kaki Gunung Salak Bogor, Mereka dan Buku

Selepas Ashar, puluhan anak dari berbagai kampung seminggu 3 kali melangkahkan kaki ke TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Ada yang jalan kaki, ada yang naik angkot atau diantar orang tuanya. Menyisihkan waktu 1,5-2 jam untuk membaca buku. Sudah jadi rutinitas mereka. Selalu dekat dengan buku, sepulang sekolah dan di tengah kesibukan main gaya anak-anak.

 

Seorang Bapak pun bertanya kepada salah satu anak TBM Lentera Pustaja. “Buat apa kamu naik angkot hanya untuk baca buku?”

“Iya Pak, karena saya nggak punya HP. Nggak punya duit juga kalo ke mal. Sekolah udah, main udah, tinggal baca buku yang belum…” jawab si anak TBM.

“Memangnya kamu cita-citanya apa?” tanya si Bapak lagi.

“Cita-cita saya terserah Allah, Pak. Saya cuma ngebiasain baca aja, mumpung ada TBM” jawab si anak lagi.

 

Begitulah dialogo anak-anak saat menuju TBM Lentera Pustaka, ada saja yang tanya. Mungkin di zaman begini, anak-anak yang dengan niat dan sengaja melangkahkan kaki ke taman bacaan kian langka. Maka saya menyebutnya “mereka dan buku”. Tentang anak-anak yang punya habit akrab dengan buku. Atas sebab tersedianya akses bacaan di TBM, dari yang tadinya tidak ada sama sekali. Mengajak anak-anak membaca secara rutin memang nggak muda, sangat dibutuhkan komitmen, konsistensi, dan praktik baik secara berulang-ulang.

 

Memulai perjumpaan anak-anak dengan buku. Ada yang dimulai dari buku dongeng, ada yang jatuh cinta pada buku-buku relijius. Bahkan ada yang kenal buku bacaan memang dari taman bacaan. Mau datang ke TBM dan kini sudah terbiasa membaca. Sekalipun buku cerita bergambar, komik, atau kisah petualangan tidak masalah.

 


Mereka dan buku. Berangkat dari tersedianya akses bacaan untuk anak-anak. Lalu terbiasa datang ke taman bacaan. Sehingga menguatkan rasa ingin tahu yang nggak pernah habis. Dengan senyum dan pikirannya yang terbuka, mereka jadi rajin baca. Hingga paham sendiri bahwa membaca memang “jendela dunia”.  sering menceritakan bagaimana buku menjadi jendela dunia”. Dari buku dinosaurus, mereka jadi tahu tentang zaman purba. Dari komik sains, mereka jadi ingin mencoba eksperimen. Dan dari dari novel petualangan, mereka ingin mengenal tempat-tempat baru. Ternukti, setiap buku terasa seperti pintu menuju ke dunia lain.

 

Sementara anak-anak di tempat lain, bisa jadi waktunya habis untuk main. Bahkan merasa kalah bukan karena kurang pintar. Tapi karena terlalu gampang membuang waktu dan nggak terbiasa dekat dengan buku. Terjebak pada pusaran game online dan media sosial. Terlalu mudah ditarik masuk ke dalam ruang semu kehidupan. Ironisnya, mereka (anak-anak) malah merasa paling “jago” padahal nggak doyan baca buku. Enggan baca buku, justru “mangsa” paling empuk untuk terbuai gaya hidup.

 

Sebagian anak-anak yang dekat denga buku. Justru menjadi buku sebagai sahabat. Saat ibunya marah-marah di rumah, pergi ke taman bacaan. Saat sedih mau jajan tidak dikasih uang, melangkah ke TBM. Bukti, buku-buku masih mampu menjadi teman yang selalu ada, bahkan saat mereka merasa sendiri. Ada anak di TBM yang berkata: “Kalau aku sedih, aku buka buku cerita lucu. Kalau aku bingung, aku buka ensiklopedia. Kalau aku penasaran, aku cari jawabannya di buku.” Luar biasa!

 

Buku bukan hanya cita-cita. Tapi buku telah membentuk kebiasaan baik mereka. Ada yang ingin jadi penulis karena suka menulis ulang cerita yang dibacanya. Ada yangingin jadi tukang gambar, karena sering membaca buku cerita bergambar. Sah-sah saja. Maka buku di taman bacaan adalah penuntun arah masa depan mereka. Mereka dan buku adalah soal kebiasaan. Kebiasaan yang menular kepada anak-anak lainnya. Mereka dan buku di taman bacaan, hanya potret lingkaran literasi kecil yang bisa menyebar ke anak-anak lain, bahkan ke tempat lain.

Mereka dan buku. Sering kali ditandai oleh rasa penasaran, kedekatan emosional dengan buku, serta bagaimana buku memengaruhi impian mereka. Dari buku, mereka belajar. Orang lain tidak akan menghormati kita karena pandai bicara. Tapi karena suka membaca buku, lebih banyak diam dan konsisten mengerjakan yang baik. Mau dilihat atau tidak dilihat orang. Sebab, rasa hormat itu tenang. Yang berisik bisanya tidak soyan baca buku. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen





Bersama Kita Bisa, 40 Tahun Asosiasi Dana Pensiun Indonesia

Memperingati 40 tahun keberadaannya di Indonesia, Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menggelar “Tasyakuran 40 Tahun – Komitmen Membangun Negeri” bersama 120-an anggotanya di Yogyakarta (27/8/2025). Berbalut spirit keakraban dan kebersamaan, pengurus dan anggota ADPI bertekad untuk terus berkontribusi demi kemajuan industri dana pensiun di Indonesia. Di samping menjalin kemitraan yang sinergis bersama regulator.  Berbekal visi sebagai wadah berhimpunnya Dana Pensiun yang dikelola secara professional, berdaya guna dan berhasil guna, ADPI berkomitmen membangun negeri dengan mewujudkan aspirasi peserta Dana Pensiun untuk hari tua yang lebih baik.

 

Turut hadir dalam tasyakuran 40th ADPI yaitu Abdul Hadi (Ketua Umum), Sularno (Sekjen), Chairi Pitono (Waka 1), Antonius R. Tyas (Waka 2), Budi Sutrisno (Waka 3), dan Abdul Hadie (Bendahara) beserta jajaran pengurus lainnya dan anggota ADPI. Hadir pula Mudjiharno M.S, Suheri, dan Ali Farmadi (Dewan Pengawas ADPI), Djoni Rolindrawan (Penasihat), Bambang Sri Mulyadi (Staf Ahli), Budi Sulistijo (Dir. Eksekutif), dan Pengurus bidang Investasi, Kemitraan - Kelembagaan, Kepesertaan, Database & Litbang, Edukasi & Kompetensi, Literasi & Sosialisasi, Regulasi, dan Mediasi. Saat ini ADPI beranggotakan 167 DPPK (PPMP & PPIP) dengan melayani lebih dari 1,2 juta peserta. Total aset yang dikelola mencapai Rp. 242 triliun atau 62% dari total aset dana pensiun sukarela di Indonesia.

 

Sesuai dengan dokumen traktat, ADPI didirikan pada 27 Agustus 1985 untuk menjalankan misi mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengembangkan ADPI dalam rangka membantu anggota dalam meningkatkan kemampuan dan pelayanan dalam pengelolaan dana pensiun. Di usianya yang ke-40, ADPI telah berkembag menjadi organisasi yang solid dan konsisten menjalankan perannya sejak awal berdiri, di samping terbukti telah melewati banyak periode: dari perubahan regulasi, kepemimpinan, bahkan perubahan sosial.

 


“Alhamdulillah malam ini di Yogyakarta, keluarga besar ADPI menggelar syukuran atas 40 tahaun perkumpulan ADPI sebagai rumah bersama dana pensiun. Terima kasih kepada seluruh anggota ADPI yang tetap kompak dan menjaga soliditas untuk memajukan dana pensiun di Indonesia. Bersama kitab isa!” ujar Abdul Hadi, Ketua Umum ADPI dalam sambutannya.

 

Di usianya yang mencapai empat dekade, ADPI akan tetap berpegang pada tujuannya untuk 1) berpartisipasi aktif melaksanakan Pembangunan Nasional untuk mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur yang merata, 2) memperjuangkan kepentingan bersama dan mengusahakan kemajuan Anggota, 3) mewujudkan kerjasama yang didasari saling pengertian antar Anggota sebagai bagian peningkatan fungsi Dana Pensiun, 4) menjadi wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi Anggota, dan 5) mempererat hubungan kekeluargaan antar Anggota ADPI.

 

Kini ADPI telah memasuki “usia yang matang” untuk terus menjalankan tonggak organisasi ke depan yang lebih optimal dalam melindungi peserta dan anggotanya.  Selain telah lama eksis, di usia 40 tahun ADPI menyadari dihadapkan pada tantagan yang besar untuk terus berkontribusi demi kemajuan industri dana pensiun, utamanya dalam meningkatkan kompetensi SDM dan menjaga nilai-nilai profesi dana pensiun di Indonesia, termasuk menerapkan tata Kelola dan manajemen risiko dana pensiun yang berkualitas. Dirgahayu ke-40 ADPI!

 



Dari Mana Biaya Operasional Taman Bacaan Masyarakat? Ini Jawabnya

Sebagai bagian untuk memperbarui survei tata kelola taman bacaan masyarakat (TBM) dan dibantu oleh AI, bila ditanya dari mana dana atau anggaran untuk membiayai operasional taman bacaan? Maka responden menjawab 87% dari dana pengelolanya atau swadaya, 12% dari donator/CSR, dan 1% dari pemerintah. Sekalipun bersifat sosial, tentu taman bacaan masyarakat pasti membutuhkan biaya. Minimal untuk biaya listrik, wifi, atau kebutuhan dasar sebagai organisasi sosial. Survei tata kelola taman bacaan ini dilakukan oleh TBM Lentera Pustaka yang diikuti 172 responden dari 97 kabupaten/kota di 27 provinsi di Indonesia, dengan data yang diperbarui pada Agustus 2025. Dengan tujuan, untuk memetakan kondisi objektif taman bacaan dari sisi pengelolanya.

 

Mayoritas pembiayaan operasional taman bacaan dari “kantong” pengelolanya bisa disebabkan banyak faktor diantaranya minimnya anggaran Pemerintah untuk TBM atau taman bacaan. APBN/APBD untuk sektor literasi lebih banyak dialokasikan ke perpustakaan umum, sekolah, dan program formal, bukan untuk TBM berbasis komunitas. Bantuan untuk TBM sering kali hanya berbentuk hibah buku atau program sekali waktu, bukan pendanaan operasional rutin.

 

Faktor lainnya adalah status badan hukum TBM yang tidak seragam. Banyak TBM berbentuk inisiatif komunitas atau perorangan, tidak berbadan hukum (yayasan). Akibatnya, sulit mengakses dana hibah resmi atau kerja sama dengan swasta/pemerintah karena syarat legalitas yang tidak terpenuhi. Di sisi lain, TBM dengan model berkelanjutan  belum banyak diterapkan. TBM lebih sering dijalankan sebagai kegiatan sosial ketimbang lembaga dengan model bisnis sosial. Tidak ada sumber pemasukan rutin selain donasi, sehingga akhirnya pengelola menutup kekurangan biaya dengan kantong pribadi.

 


Rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat menjadi tantangan tersendiri. Taman bacaan atau literasi belum dianggap kebutuhan utama oleh sebagian besar masyarakat. Dukungan dalam bentuk donasi rutin atau sponsorship masih sangat terbatas. Akibantnya, bila TBM mau eksis maka beban terbesar ada di pengelolanya. Hingga saat ini, belum ada kebijakan khusus literasi berbasis komunitas. Gerakan Literasi Nasional (GLN) dan program Perpusnas RI, bisa jadi masih terfokus pada sekolah dan perpustakaan daerah. Sehingga TBM sebagai simpul literasi informal di kampung-kampung belum memiliki kerangka kebijakan dan pendanaan khusus.

 

Survei ini menegaskan pentingnya kolaborasi dan sinergi berbagai pihak untuk sedikit banyaknya mencari solusi atas dana operasiolan TBM yang beroperasi di daerah masing-masing. Kolaborasidapat berbentuk donasi maupun CSR. Agar semangat meningkatkan kegemaran membaca anak-anak dan masyarakat tetap berlangsung dengan optimal. Melihat peran penting taman bacaan, dana operasional patut mendapat perhatian. Utamanya untuk melakukan aktivitas dan program literasi di taman bacaan, di samping untuk meingkatkan sarana prasarana yang dibutuhkan taman bacaan.

 

Potret hari ini, masalah dana operasional masih menjadi “pekerjaan rumah” para pegiat literasi dan masyarakat. Tapi apa pun kondisinya, taman bacaan tetap komitmen untuk terus meningkatkan budaya baca dan ketersediaan akses bacaan di masyarakat. Salam literasi #SurveiTamanBacaan #TBMLenteraPustaka #TataKelolaTBM




Selasa, 26 Agustus 2025

Taman Bacaan Bukan Panggung tapi Komitmen

Sejak berdiri tahun 2017, saya urus TBM Lentera Pustaka. Bahkan berani mengambil sikap untuk mulai kurangi aktivitas yang nggak perlu dan nggak bermanfaat lagi. Tiap pekan saya habiskan waktu di TBM. Saya urus taman bacaan yang saya dirikan. Nggak apa saya tunda kesenangan semu untuk pengabdian di taman bacaan.


Dari jumlah hanya 14 anak, sekarang bisa ratusan anak yang membaca. Dari 1 program hingga punya 15 program literasi. Dari nggak punya relawan hingga kini ada 18-an relawan aktif. Alhamdulillah, sampai sekarang komitmen saya untuk mengurus TBM Lentera Pustaka belum surut. Bahkan insya Allah nggak bakal surut, karena TBM sudah jadi ladang amal sekaligus legacy. Saat memulia TBM, apa-apa harus dikerjakan sendiri. Berjuang cari buku-buku, cari sumber dana operasional, memperbaiki fasilitas TBM. Yah, semuanya sendiri. Namanya Pendiri TBM.


Buat saya, nggak ada TBM yang sukses atau no. 1. Karena hari ini TBM ramai, belum tentu besok ramai. Hari ini punya banyak relawan belum tentu besok ada relawan. Semuanya berproses. Dan satu hal pasti, TBM ya harus diurus, harus dikelola dan harus ada di TBM. Kan nggak mungkin, saya bicara banyak soal TBM tapi saya sendiri tidak berada di TBM. Apa yang saya mau ceritakan?

 

Makanya, hal-hal dianggap kecil tapi kreatif di TBM selalu saya kerjakan sendiri. Harus ada inovasi di taman bacaan. Mulai bikin plang nama, bikin nama-nama jalan, hingga mengecat pun dikerjakan. Bikin jajanan kampung gratis, bikin event bulanan, program motor baca keliling, bikin podcast literasi sebagai inovasi. Biar nggak ditinggalin pengguna layanan. Selain komitmen, saya juga jaga konsistensi di TBM. Bersyukur banget, apalagi perusahaan swasta seperti Bank Sinarmas selalu mendukung dan mensupport aktivitas TBM Lentera Pustaka.



Masih ingat kan, dulu HP Nokia itu no. 1 tapi hancur dan bangkrut karena nggak inovatif hingga digeser sama smartphone. Dulu juga koran dan TV paling depan, tapi sekarang kalah sama tiktok dan medsos lainnya. Si Noel juga dulu paling no. 1 kalau ngomong korupsi. Tapi akhirnya dia sendiri yang mendekam di penjara gara-gara korupsi. Noel, Noel biasa aja lu!


Banyak orang sudah membangun dan memulai. Tapi banyak pula yang nggak diurus kemudian, cuma buat "batu loncatan". Kalau berani mulai ya harus berani mengutus. Dan insya Allah, saya pastikan selalu urus TBM Lentera Pustaka. Insya Allah. Soal rezeki, nggak usah khawatir karena sudah ada yang atur. Rezeki bukan tergantung orang lain atau kompetitor. Tapi tergantung cara kita mengurus dan melayani di taman bacaan. Dan ingat, musuh kita di taman bacaan bukan orang lain tapi diri sendiri. Mau komitmen dan konsisten atau nggak? Kira-kira begitu deh ... Salam literasi





Senin, 25 Agustus 2025

Hanya 1 dari 10 Pekerja yang Siap untuk Pensiun?

Faktanya, hanya sedikit orang atau pekerja yang benar-benar berpikir dan mempersiapkan masa pensiunnya. Sebagian besar hanya mengikuti tradisi dan kebiasaan yang sudah berlangsung puluhan tahun. Bekerja puluhan tahun tanpa mau menyiapkan hari tua akan seperti apa? Berangkat gelap pulang gelap, tanpa memahami bahwa cepat atau lambat siapapun pasti akan berhenti bekerja?

 

Hanya sedikiti orang yang berpikir tentang masa pensiun. Alhasil, 1 dari 2 pensiunan di Indonesia benar-benar mengandalkan transferan dari anaknya untuk biaya hidup di hari tua setelah pensiun. Survei menyebut 7 dari 10 pensiunan mengalami masalah keuangan di masa pensiunnya (bila tidak mau disebut jatuh miskin). Bahkan faktanya, 9 dari 10 pekerja hari ini sama sekali tidak siap untuk pensiun atau berhenti bekerja. Akibat tidak tersedianya dana untuk memnuhi kebutuhan hidup di saat tidak bekerja lagi.

 

Semua sepakat, tingkat literasi dana pensiun di Indonesia tergolong rendah. Hanya 27% dari total pekerja, berarti hanya 2,7 orang dari 10 pekerja yang tahu dana pensiun. Tingkat inklusi dana pensiun lebih parah lagi, hanya 0,05% atau tidak sampai 1 orang dari 10 orang pekerja yang punya dana pensiun. Katanya lagi, akses digital untuk dana pensiun sangat penting. Tapi buru-buru dibantah, katanya investasinya mahal dan belum tentu ada yang gunakan. Belum dikerjakan sudah keburu “dipatahkan” dengan antithesis yang dibuat sendiri. Terbuti, hanya seidkit orang yang mau berpikir tentang dana pensiun. Tidak banyak yang mau “berpikir positif” dan mencari solusi untuk membantu pekerja tetap punya kesinambungan penghasilan di hari tua.

 


Hanya sedikit orang atau pekerja yang benar-benar berpikir dan mempersiapkan masa pensiunnya. Sebagian besar hanya mengikuti tradisi dan kebiasaan yang sudah berlangsung puluhan tahun. Mungkin kalimat itu terdengar kasar tapi patut direnungkan. Berapa banyak keputusan yang kita ambil benar-benar untuk menyiapkan masa pensiun? Seberapa banyak kita berpikir dan melakukan Tindakan untuk memandirikan secara finansial di hari tua? Tanpa perlu tergantung pada anak-anak. Dari belasan atau puluhan tahun bekerja, apa yang sudah kita persiapkan untuk masa pensiun kita sendiri?

 

Hanya sedikit orang yang benar-benar berpikir tentang masa pensiun. Itu berarti sangat seidkit pula yang mau menyiapkan masa pensiun. Lebih dari 33 tahun dana pensiun ada di Indonesia, boleh dibilang “hanya begitu-begitu saja”. Begitulah dari dulu caranya. Cara yang biasa-biasa saja, cara melayaninya, cara mengelolanya, hingga cara mensosialisasikannya. Entah sampai kapan?

 

Urusan dana pensiun, soal hari tua dan masa pensiun. Banyak hal yang dilakukan bukan karena dipahami. Tapi karena diwariskan dan diterima begitu saja. Padahal, berpikir kritis atau membuat kreativitas itu bukan berarti “memberontak” terhadap regulasi. Tapi jadi bukti, kita pernah berpikir, berani mempertanyakan, dan memilih jalan dengan sadar. Untuk membuat keputusan yang lebih baik untuk masa pensiun. Sudahkah kita berpikir tentang masa pensiun? Salam #EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun #SadarPensiun

 

Kisah Berkiprah di Taman Bacaan

Setiap orang punya masa lalu. Ada yang penuh dosa, ada yang penuh luka, ada yang kelam hingga membuatnya malu untuk mengingat. Tapi ketahuilah, Allah tidak menilai kita dari masa lalu yang sudah terkubur, melainkan dari bagaimana kita memilih untuk melangkah di hari ini? Sebab tidak ada manusia yang sempurna!

 

 

Hidup memang tidak selalu berjalan mulus. Namun setiap goresan pasti memberi Pelajaran. Dan setiap warna, betapapun samarnya, tetap meninggalkan jejak yang berharga. Sebab selalu ada garis yang tidak rapi, ada lekukan dalam setiap perjalanan. Hingga jadi sebab warna yang memudar. Tidak mengapa, itu semua tetap bagian dari kisah yang membentuk kita seperti sekarang.

 

Maka jangan berkecil hati. Teruslah melangkah, terus berbuat baik. Tebarkan manfaat di mana pun selagi bisa. Jangan risau dengan perkataaan orang, jangan gelisah dengan hasil. Jalani saja prosesnya, nikmati setiap desahannya. Jangan pernah risau bila hari terasa berat, karena di situlah kekuatan sedang ditempa. Jangan gentar saat gelap menjejaki jalan, sebab cahaya selalu tahu kapan harus kembali menyapa.

 

Hidup bukan hanya tentang bahagia tanpa luka. Tapi tentang keberanian menerima. Tentang keteguhan untuk tetap melangkah. Tentang ikhtiar yang selalu dikobarkan. Dan akjirnya, tentang harapan yang dijaga. Sebab sejatinya, keindahan hidup lahir dari perjalanan. Dari luka yang membuat kita tergores. Dari jatuh yang membuat kita belajar. Bahkan dari duka yang selalu membimbing untuk sabar.

 


Seperti berkiprah di taman bacaan. Tidak ada yang mulus-mulus saja. Selalu ada ujian, cobaan, bahkan kekalahan. Peluh seakan lumpuh, keringat seakan belum berhenti mengingat. Hanya asa yang bisa megajak bertahan lama. Sambil memnggil komitmen dan konsistensi. Untuk Gerakan literasi dan taman bacaan. Untuk terus merangkul setiap rasa dengan hati yang lapang. Dan dari harapan yang terus menyala meski dalam gelap sekalipun.

 

Semuanya harus dihadapi, semuanya perlu disikapi. Maka jangan pernah memandang remeh diri sendiri. Jangan pernah menyerah berkiprah di taman bacaan. Jangan gelisah dengan kesalahan. Sebab selalu ada waktu esok untuk memperbaiki diri. Teruslah berkiprah, hingga Allah menjawab semuanya dengan indah.

 

Ketahuilah, sebaik-baiknya manusia bukanlah yang tidak pernah salah. Melainkan yang selalu berjuang memperbaiki diri sambil menebar manfaat di mana-mana. Khoirunnaas anfa’uhum linnas … #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #GerakanLiterasi

Minggu, 24 Agustus 2025

Jelang 8 Tahun TBM Lentera Pustaka, Usung Satu Anak Membaca Satu Bangsa Bertahan Lama

Menyambut peringatan sewindu – 8 tahun eksistensinya di Indonesia, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor meluncurkan kampanye “Satu Anak Membaca, Satu Bangsa Bertahan Lama”. Kampanye literasi ini akan diluncurkan pada Minggu, 31 Agustus 2025 bertepatan dengan event “Agustusan Karnaval TBM” yang menyediakan puluhan hadiah lomba literasi dalam rangka peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, di samping kegiatan kampanye ayo baca keliling kampung sambil membaca buku.

 

Melalui kampanye “satu anak membaca – satu bangsa bertahan lama”, TBM Lentera Pustaka ingin menyampaikan pesan moral urgensi anak-anak Indonesia membaca buku dalam membangun peradaban bangsa yan lebh baik dan bertahan lama. Seba banak-anak yang membaca di era digital seperti sekarang, pada akhirnya akan membentuk individu-individu yang beradab dan cerdas. Membaca bukan hanya dapat memperlua wawasan dan pengetahuan anak. Tapi membentuk karakter yang kokoh dan mampu melatih berpikir kritis. Anak yang gemar membaca punya peluang lebih besar untuk tumbuh jadi manusia yang inovatif, kreatif, dan adaptif sebagai esensi peningkatan literasi masyarakat.

 


Bila hanya satu anak saja yang membaca, mungkin dampaknya kecil. Tapi bila setiap anak diajak dan dibiasakan membaca maka akan lahir generasi yang mampu menerima realitas, melek informasi, terhindar dari hoaks, lebih produktif (tidak seperti urusan ijazah palsu yang buang-buang waktu(, dan mampu menciptakan solusi bagi masalah bangsa. Sebagai tanda majunya peradana suatu bangsa. Dan pada akhirnya, masyarakat yang maju jadi sebab suatu bangsa bertahan lama. 

 

Sejarah peradaban manusia membuktikan bangsa yang bertahan bukan hanya dengan kekuatan militer, tapi dengan pengetahuan dan literasi. Bangsa dengan SDM berkualitas pasti mampu menghadapi perubahan zaman, krisis, dan kompetisi. SDM yang tidak cengeng, sering berkeluh-kesah hingga mempersoalkan masalah bukan memcari solusi. Jadi, membaca di tingkat individu anak sangat berkontribusi pada daya tahan bangsa di tingkat kolektif.

 

Secara filosofis, “Satu anak membaca” dapat  dimaknai sebagai semangat baru memperbaiki diri Gerakan literasi dan taman bacaan. Untuk lebih orientasi pada manfaat nyata ke masyarakat melalui keterlibatan audiens anak yang semakin banyak. Literasi yang berdampak, taman bacaan yang bermanfaat harus diukur dari seberapa banyak anak-anak terlibat dalam aktivitas membaca secara konkret?Sama seperti menanam satu pohon bisa mengawali terbentunya hutan, maka satu anak yang membaca bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak yang lain. Jika budaya membaca mengakar kuat, bangsa Indoensia punya fondasi kuat untuk bertahan di berbagai lintas generasi.

 

Satu anak membaca, satu bangsa bertahan lama. Adalah spirit yang menekankan pentingnya aktivitas membaca dan literasi sebagai pondasi peradaban anak bangsa di mana pun. Karena membaca, siapapun bisa menerima realitas dan bertahan lama. Kampanye “satu anak membaca, satu bangsa bertahan lama” akhirnya menjadi tema besar saat peringatan 8 tahun TBM Lentera Pustaka yang akan digelar dalam Festival Literasi Gunung Salak #8 pada Minggu, 23 November 2025 di Kebun Baca TBM Lentera Pustaka. Salam literasi #SatuAnakMembaca #SatuBangsaBertahanLama, #TBMLenteraPustaka #FestivalLiteasiGunungSalak8

 




Aging Population vs Dana Pensiun, Kita Di Mana?

Indonesia kini resmi memasuki era penuaan penduduk (aging population), dengan proporsi lansia sudah melewati ambang 10%. Proyeksi menunjukkan bahwa di masa depan sekitar satu dari lima orang akan berusia lanjut (di atas 60 tahun). Meski usia harapan hidup meningkat, tantangan besar muncul, menyangkut kualitas hidup lansia, akses kesehatan, dukungan sosial, dan kesiapan menjalani hari-hari tua. Bahkan ancaman kemiskinan di hari tua. Sebab hari ini, 1 dari 2 lansia di Indonesia mengandalkan transferan dari anaknya untuk biaya hidup setiap bulan (ADB, 2024).

 

Era penuaan penduduk di Indonesia tidak lagi bisa dibantah, pasti terjadi. Pada tahun 2023, sekitar 11,75% penduduk Indonesia adalah lansia (usia ≥60 tahun), meningkat dari 10,48 % pada tahun sebelumnya. Artinya, Indonesia sudah melewati ambang batas menurut WHO untuk dikatakan memasuki era aging population (lebih dari 10 % lansia). Diperkirakan pada tahun 2030, proporsi lansia akan melewati 14%, menandai semakin menonjolnya fenomena penuaan penduduk. Pada tahun 2045, jumlah lansia di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 20% dari total populasi yaitu sekitar 63 juta orang atau 1 dari 5 penduduk. Menurut estimasi PBB, pada 2050, lansia di Indonesia bisa mencapai 25% dari total populasi, atau sekitar 74 juta orang.

 

Selain masalah kesehatan, penuaan penduduk membutuhkan kesiapan dalam hal keuangan. Tentang bagaimana penduduk lansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau menjaga standar hidup seperti saat masih bekerja? Aging population pasti berkonsekuensi akan banyaknya orang membutuhkan dana pensiun. Saat proporsi lansia meningkat (≥60 tahun), jumlah orang yang sudah tidak produktif juga bertambah. Mereka akan bergantung pada dana pensiun, tabungan, atau dukungan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Maka tanpa sistem dana pensiun yang kuat, risiko kemiskinan lansia semakin meningkat.

 

Di sisi lain, penuaan penduduk pun akan memberi tekanan terhadap sistem jaminan sosial atau pensiun. Semakin banyak lansia berarti semakin banyak yang menarik manfaat pensiun dibandingkan pekerja muda yang menyetor iuran. Itulah yang disebut “dependency ratio”, perbandingan jumlah orang bekerja vs jumlah lansia. Bila tidak seimbang, maka JHT BPJS atau dana pensiun sukarela (DPLK/DPPK) semakin tertekan. Saat lebih banyah orang yang mencairkan manfaat pensiun daripada menyetor iuran pensiun. Seperti yang terjadi di Jepang, iuran pensiun tenaga kerja muda “tidak lagi cukup” untuk menutup pensiun lansia.

 


Penduduk tua vs dana pensiun, maka semakin banyak lansia maka kebutuhan pensiun naik sehingga sistem pensiun tertekan. Konsekuensinya, masa pensiun bisa positif (bila lansia sejahtera) akibat dana pensiun kuat atau masa pensiun negatif (risiko kemiskinan di hari tua) bila dana pensiun lemah. Jadi, di mana kita berada di masa pensiun?

 

Mau tidak mau, kesadaran akan pentingnya menyiapkan hari tua atau masa pensiun harus dikobarkan.  Selain penyesuaian usia pensiun, era penuaan penduduk menghendaki “kewajiban menabung untuk pensiun”, di mana peserta dana pensiun semestinya lebih banyak dan lebih lama, apapun caranya. Di samping perlunya  pengelolaan dana pensiun yang dapat memastikan hasil investasinya cukup membiayai masa pensiun. Dengan begitu, kualitas dan standar hidup lansia (pensiunan) tetap terjaga. Dana pensiun yang memadai maka lansia akan lebih mandiri, tidak bergantung kepada anak. Tapi bila tanpa dana pensiun maka beban ekonomi jatuh ke keluarga atau negara. Karena rata-rata masa pensiun makin panjang (orang hidup 15–20 tahun setelah pensiun), maka dana pensiun harus dirancang lebih tahan lama dari sekarang

 

Sangat penting, menjadikan dana pensiun sebagai antisipasi terhadap aging population di Indonesia yang terus meningkat. Sebab jika dana pensiun berjalan baik, maka lansia punya daya beli yang tetap kuat seperti waktu bekerja. Bahkan dana pensiun bukan hanya kesinambungan penghasilan di hari tua tapi juga menjadi penggerak ekonomi di tengah era penuaan penduduk. Masalahnya kini, bagaimana edukasi dan ketersediaan akses digital untuk memiliki dana pensiun?

 

Sulit dibantah, seiring penuaan penduduk (aging population) maka meningkatkan kebutuhan akan dana pensiun semakin besar. Tanpa sistem dana pensiun yang kuat maka Indonesia menghadapi risiko beban sosial dan kemiskinan lansia (pensiunan). Dengan sistem pensiun yang sehat maka lansia/pensiunan bisa sejahtera dan tenang di hari tuanya. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun