Minggu, 24 Agustus 2025

Aging Population vs Dana Pensiun, Kita Di Mana?

Indonesia kini resmi memasuki era penuaan penduduk (aging population), dengan proporsi lansia sudah melewati ambang 10%. Proyeksi menunjukkan bahwa di masa depan sekitar satu dari lima orang akan berusia lanjut (di atas 60 tahun). Meski usia harapan hidup meningkat, tantangan besar muncul, menyangkut kualitas hidup lansia, akses kesehatan, dukungan sosial, dan kesiapan menjalani hari-hari tua. Bahkan ancaman kemiskinan di hari tua. Sebab hari ini, 1 dari 2 lansia di Indonesia mengandalkan transferan dari anaknya untuk biaya hidup setiap bulan (ADB, 2024).

 

Era penuaan penduduk di Indonesia tidak lagi bisa dibantah, pasti terjadi. Pada tahun 2023, sekitar 11,75% penduduk Indonesia adalah lansia (usia ≥60 tahun), meningkat dari 10,48 % pada tahun sebelumnya. Artinya, Indonesia sudah melewati ambang batas menurut WHO untuk dikatakan memasuki era aging population (lebih dari 10 % lansia). Diperkirakan pada tahun 2030, proporsi lansia akan melewati 14%, menandai semakin menonjolnya fenomena penuaan penduduk. Pada tahun 2045, jumlah lansia di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 20% dari total populasi yaitu sekitar 63 juta orang atau 1 dari 5 penduduk. Menurut estimasi PBB, pada 2050, lansia di Indonesia bisa mencapai 25% dari total populasi, atau sekitar 74 juta orang.

 

Selain masalah kesehatan, penuaan penduduk membutuhkan kesiapan dalam hal keuangan. Tentang bagaimana penduduk lansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau menjaga standar hidup seperti saat masih bekerja? Aging population pasti berkonsekuensi akan banyaknya orang membutuhkan dana pensiun. Saat proporsi lansia meningkat (≥60 tahun), jumlah orang yang sudah tidak produktif juga bertambah. Mereka akan bergantung pada dana pensiun, tabungan, atau dukungan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Maka tanpa sistem dana pensiun yang kuat, risiko kemiskinan lansia semakin meningkat.

 

Di sisi lain, penuaan penduduk pun akan memberi tekanan terhadap sistem jaminan sosial atau pensiun. Semakin banyak lansia berarti semakin banyak yang menarik manfaat pensiun dibandingkan pekerja muda yang menyetor iuran. Itulah yang disebut “dependency ratio”, perbandingan jumlah orang bekerja vs jumlah lansia. Bila tidak seimbang, maka JHT BPJS atau dana pensiun sukarela (DPLK/DPPK) semakin tertekan. Saat lebih banyah orang yang mencairkan manfaat pensiun daripada menyetor iuran pensiun. Seperti yang terjadi di Jepang, iuran pensiun tenaga kerja muda “tidak lagi cukup” untuk menutup pensiun lansia.

 


Penduduk tua vs dana pensiun, maka semakin banyak lansia maka kebutuhan pensiun naik sehingga sistem pensiun tertekan. Konsekuensinya, masa pensiun bisa positif (bila lansia sejahtera) akibat dana pensiun kuat atau masa pensiun negatif (risiko kemiskinan di hari tua) bila dana pensiun lemah. Jadi, di mana kita berada di masa pensiun?

 

Mau tidak mau, kesadaran akan pentingnya menyiapkan hari tua atau masa pensiun harus dikobarkan.  Selain penyesuaian usia pensiun, era penuaan penduduk menghendaki “kewajiban menabung untuk pensiun”, di mana peserta dana pensiun semestinya lebih banyak dan lebih lama, apapun caranya. Di samping perlunya  pengelolaan dana pensiun yang dapat memastikan hasil investasinya cukup membiayai masa pensiun. Dengan begitu, kualitas dan standar hidup lansia (pensiunan) tetap terjaga. Dana pensiun yang memadai maka lansia akan lebih mandiri, tidak bergantung kepada anak. Tapi bila tanpa dana pensiun maka beban ekonomi jatuh ke keluarga atau negara. Karena rata-rata masa pensiun makin panjang (orang hidup 15–20 tahun setelah pensiun), maka dana pensiun harus dirancang lebih tahan lama dari sekarang

 

Sangat penting, menjadikan dana pensiun sebagai antisipasi terhadap aging population di Indonesia yang terus meningkat. Sebab jika dana pensiun berjalan baik, maka lansia punya daya beli yang tetap kuat seperti waktu bekerja. Bahkan dana pensiun bukan hanya kesinambungan penghasilan di hari tua tapi juga menjadi penggerak ekonomi di tengah era penuaan penduduk. Masalahnya kini, bagaimana edukasi dan ketersediaan akses digital untuk memiliki dana pensiun?

 

Sulit dibantah, seiring penuaan penduduk (aging population) maka meningkatkan kebutuhan akan dana pensiun semakin besar. Tanpa sistem dana pensiun yang kuat maka Indonesia menghadapi risiko beban sosial dan kemiskinan lansia (pensiunan). Dengan sistem pensiun yang sehat maka lansia/pensiunan bisa sejahtera dan tenang di hari tuanya. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun



Tidak ada komentar:

Posting Komentar