Indonesia kini resmi memasuki era penuaan penduduk (aging population), dengan proporsi lansia sudah melewati ambang 10%. Proyeksi menunjukkan bahwa di masa depan sekitar satu dari lima orang akan berusia lanjut (di atas 60 tahun). Meski usia harapan hidup meningkat, tantangan besar muncul, menyangkut kualitas hidup lansia, akses kesehatan, dukungan sosial, dan kesiapan menjalani hari-hari tua. Bahkan ancaman kemiskinan di hari tua. Sebab hari ini, 1 dari 2 lansia di Indonesia mengandalkan transferan dari anaknya untuk biaya hidup setiap bulan (ADB, 2024).
Era penuaan penduduk di
Indonesia tidak lagi bisa dibantah, pasti terjadi. Pada tahun 2023, sekitar 11,75%
penduduk Indonesia adalah lansia (usia ≥60 tahun), meningkat dari 10,48 % pada
tahun sebelumnya. Artinya, Indonesia sudah melewati ambang batas menurut WHO
untuk dikatakan memasuki era aging population (lebih dari 10 % lansia). Diperkirakan
pada tahun 2030, proporsi lansia akan melewati 14%, menandai semakin
menonjolnya fenomena penuaan penduduk. Pada tahun 2045, jumlah lansia di
Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 20% dari total populasi yaitu sekitar 63
juta orang atau 1 dari 5 penduduk. Menurut estimasi PBB, pada 2050, lansia di
Indonesia bisa mencapai 25% dari total populasi, atau sekitar 74 juta orang.
Selain masalah kesehatan,
penuaan penduduk membutuhkan kesiapan dalam hal keuangan. Tentang bagaimana
penduduk lansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau menjaga
standar hidup seperti saat masih bekerja? Aging population pasti
berkonsekuensi akan banyaknya orang membutuhkan dana pensiun. Saat proporsi
lansia meningkat (≥60 tahun), jumlah orang yang sudah tidak produktif juga
bertambah. Mereka akan bergantung pada dana pensiun, tabungan, atau dukungan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Maka tanpa sistem dana pensiun yang
kuat, risiko kemiskinan lansia semakin meningkat.
Di sisi lain, penuaan
penduduk pun akan memberi tekanan terhadap sistem jaminan sosial atau pensiun. Semakin
banyak lansia berarti semakin banyak yang menarik manfaat pensiun dibandingkan
pekerja muda yang menyetor iuran. Itulah yang disebut “dependency ratio”,
perbandingan jumlah orang bekerja vs jumlah lansia. Bila tidak seimbang, maka JHT
BPJS atau dana pensiun sukarela (DPLK/DPPK) semakin tertekan. Saat lebih banyah
orang yang mencairkan manfaat pensiun daripada menyetor iuran pensiun. Seperti
yang terjadi di Jepang, iuran pensiun tenaga kerja muda “tidak lagi cukup”
untuk menutup pensiun lansia.
Penduduk tua vs dana
pensiun, maka semakin banyak lansia maka kebutuhan pensiun naik sehingga sistem
pensiun tertekan. Konsekuensinya, masa pensiun bisa positif (bila lansia
sejahtera) akibat dana pensiun kuat atau masa pensiun negatif (risiko
kemiskinan di hari tua) bila dana pensiun lemah. Jadi, di mana kita berada di
masa pensiun?
Mau tidak mau, kesadaran akan
pentingnya menyiapkan hari tua atau masa pensiun harus dikobarkan. Selain penyesuaian usia pensiun, era penuaan
penduduk menghendaki “kewajiban menabung untuk pensiun”, di mana peserta dana
pensiun semestinya lebih banyak dan lebih lama, apapun caranya. Di samping
perlunya pengelolaan dana pensiun yang
dapat memastikan hasil investasinya cukup membiayai masa pensiun. Dengan
begitu, kualitas dan standar hidup lansia (pensiunan) tetap terjaga. Dana
pensiun yang memadai maka lansia akan lebih mandiri, tidak bergantung kepada
anak. Tapi bila tanpa dana pensiun maka beban ekonomi jatuh ke keluarga atau negara.
Karena rata-rata masa pensiun makin panjang (orang hidup 15–20 tahun setelah
pensiun), maka dana pensiun harus dirancang lebih tahan lama dari sekarang
Sangat penting, menjadikan
dana pensiun sebagai antisipasi terhadap aging population di Indonesia yang
terus meningkat. Sebab jika dana pensiun berjalan baik, maka lansia punya daya
beli yang tetap kuat seperti waktu bekerja. Bahkan dana pensiun bukan hanya kesinambungan
penghasilan di hari tua tapi juga menjadi penggerak ekonomi di tengah era penuaan
penduduk. Masalahnya kini, bagaimana edukasi dan ketersediaan akses digital
untuk memiliki dana pensiun?
Sulit
dibantah, seiring penuaan penduduk (aging
population) maka meningkatkan
kebutuhan akan dana pensiun semakin besar. Tanpa sistem dana pensiun yang kuat maka
Indonesia menghadapi risiko beban sosial dan kemiskinan lansia (pensiunan). Dengan
sistem pensiun yang sehat maka lansia/pensiunan bisa sejahtera dan tenang di
hari tuanya. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar