Banyak orang sibuk dan membuang waktu dengan urusan ijazah palsu, ditambah lagi abolisi dan amnesti bisa jadi omongan makin semarwut. Belum lagi soal “rekening rakyat yang diblokir” bila 3 bulan nggak ada transaksi. Begitulah negeri konoha, bukannya bikin sejahtera rakyat malah ngurusin rekening rakyat (walau tidak besar saldonya) tapi benar-benar dari kerja keras dan keringatnya sendiri. Jadi negara itu peduli pada apa?
Sementara di kaki Gunung Salak Bogor,
ada puluhan anak-anak KElas PRAsekolah (usia PAUD), minimal seminggu 2 kali, belajar
calistung (baca tulis hitung) sambil bermain di TBM Lentera Pustaka. Tiap Selasa
dan Kamis siang, anak-anak kampung yang diantar orang tuanya untuk bersama-sama
berada di taman bacaan. Gratis dan suasananya selalu ceria. Wali baca dan
relawan pun secara Ikhlas membimbing dan mengajari mereka. Begitulah yang
terjadi di TBM Lentera Pustaka, yang setelah 8 tahun berdiri menjalankan 15
program literasi dan menjadi tempat membaca yang asyik dan menyenangkan bagi
223 anak usia sekolah yang berasal dari 4 desa di Kec. Tamansari Kab. Bogor.
Apa yang diharapkan dari kiprah sosial
di taman bacaan? Tidak ada yang lain, kecuali memahami adanya hukum “tabur tuai”.
Untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat di mana pun. Karena sejatinya,
siapapun akan menuai apapun yang ditabur, cepat atau lambat. Sebuah hukum alam,
bahwa apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai. Siapa saja yang menanam benih
kebaikan maka akan menuai kebaikan itu pula. Hukum tabur tuai tidak akan pernah
tertukar, tidak akan pernah salah alamat.
Semau orang pasti ingin sehat, ingin
banyak rezeki. Bahkan tidak sedikit yang ingin lancar segalanya dan hidup yang
enak-enak saja tanpa masalah. Semua orang pasti mau begitu. Tapi, seperti apa
yang sudah kita kerjakan selama ini? Jangan lupa, apapun yang kita alami hari
ini punya relasi yang kuat dengan apa yang kita kerjakan di masa lalu. Siapapun
yang rezekinya lancar haru ini, besar kemungkinan karena di masa lalu gemar
menabung rezeki kepada orang lain yang membutuhkan. Bila ingin dimudahkan dalam
hidup, tentu ada relasinya dengan perbuatan baik dan tebaran manfaat yang kita
berikan ke orang lain. Begitulah spirit yang dijunjung tinggi di TBM Lentera
Pustaka.
Di TBM Lentera Pustaka, anak-anak
kelas prasekolah belajar calistung. Anaka-anak usia sekolah terbiasa membaca buku
3 kali seminggu. Semuanya bukan untuk pintar atau cerdas. Tapi untuk menjalankan
misi hidup “tabur-tuai”. Bahwa kita hanya berhak memperoleh atas apa yang kita kerjakan.
Belajar bukan untuk keren-kerenan, mengajar bukan untuk dibilang hebat. Belajar
bukan untuk “mengisi kepala orang”. Tapi untuk membantu membuka mata hati dan
pikiran anak-anak akan potensi yang pada dirinya. Duduk bersama dan melihat
fakta bersama bukan untuk “memberi tahu” tapi “menggali bersama”. Belajar yang
astik dan menyenangkan.
Sayangnya hari ini, tidak sedikit orang
gemar berbicara baik tanpa dibarengi berbuat baik. Ceramah di mana-mana bilang
membaca buku bermanfaat tapi sama sekali tidak mau sediakan waktu untuk membaca.
Niatnya baik tapi aksinya nyatanya belum baik. Mau didengarkan tanpa mau mendengarkan.
Mau dihargai tanpa mau menghargai. Sebuah siklus yang terus menjadi misteri. Dan
akhirnya, hukum tabur tuai yang akan membuktikannya.
Sederhana sekali rumusnya, untuk
mendapatkan harus dimulai dengan memberi. Bila mau menuai maka harus menabur. Jangan
sampai kita menilai setiap hari, berapa panen yang akan kita tuai tapi lupa
berapa benih yang kita tanam? Seperti berkiprah di taman bacaan, spiritnya adalah
menabur bukan menuai, menanam bukan memanen. Kita membantu bukan karena mampu
tapi karena yang mampu belum tentu bisa membantu. Jadi berhati-hatilah, sebab
kita harus bertanggung jawab atas tindakan kita sendiri. Hukum tabur tuai,
salam literasi #TBMLenteraPustaka #KelasPrasekolah #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar