Hasil SNLIK tahun 2025 khusus dana pensiun yang diterbitkan OJK dan BPS, menunjukkan industri dana pensiun punya "pekerjaan rumah" yang sangat besar untuk melakukan edukasi dan kampanye akan pentingnya dana pensiun ke masyarakat. Edukasi tidak boleh "setengah hati", harus berani ditingkatkan secara masif dan berkelanjutan. Agar publik terfasilitasi untuk tahu dan punya dana pensiun. Jelas dan gamblang, tingkat literasi dana pensiun berada di level 25,79%, sedangkan tingkat inklusi dana pensiun di 5,37%. Bila dibandingkan dengan tingkat literasi dana pensiun tahun 2022 sebesar 30,46%, ada penurunan (2,67%). Sedangkan tingkat inklusi dana pensiun di tahun 2022 berada di 5,42%, ada penurunan (0,05%). Dapat dikatakan, dari 10 orang Indonesia, hanya 2,5 orang yang "tahu" dana pensiun dan hanya 0,5 (setengah) orang yang "punya" dana pensiun. Dari 10 orang Indonesia, tidak sampai 1 orang yang punya dana pensiun. Dapat diduga, menurunnya tingkat literasi dan inklusi dana pensiun tahun 2025 disebabkan karena peserta dana pensiun yang "sudah memasuki usia pensiun" yang berarti mengambil manfaat pensiun semakin banyak, sementara "kepesertaan baru" dana pensiun tidak banyak, kurang dari peserta yang mengambil manfaat pensiunnya. Di situlah pentingnya edukasi dana pensiun.
Edukasi berkaitan erat dengan
pengetahuan, pemahaman, bahkan pendidikan. Saking pentingnya pendidikan, kita
butuh 16 tahun belajar di sekolah dan kampus untuk bisa dianggap “siap kerja”
dan berhak meniti karier hingga kesuksesan tertinggi. Tentu, edukasi dai dana
pensiun tidak perlu selama itu. Edukasi dana pensiun, sejatinya cukup dilakukan
secara massif dan berkelanjutan. Silakan diterjemahkan sendiri, berapa lamanya?
Intinya, edukasi dana pensiun untuk meningkatkan literasi (pemahaman) public tentang
dana pensiun, sebagai sebab meningkatkan inklusi (kepemilikan). Kira-kira begitu
tentang pentingnya edukasi dana pensiun.
Edukasi punya peran stratesis
bagi upaya pertumbuhan bisnis dana pensiun di Indonesia, baik dari sisi
kepesertaan maupun aset kelolaannya. Lebih dariitu, edukasi dana pensiun yang
berhasil pasti akan mempercepat terciptanya ekosistem dana pensiun yang sehat
dan berkelanjutan, baik bagi individu, korporasi maupun negara. Maka untuk menengok
kembali pentingnya edukasi dana pensiun dapat disajikan hal-hal berikut sebagai
acuan:
1. Meningkatkan
literasi dana pensiun yang bersifat jangka panjang. Edukasi dana pensiun membantu
masyarakat memahami pentingnya perencanaan keuangan untuk masa pensiun, yang
sering kali terabaikan dibandingkan kebutuhan jangka pendek. Edukasi ini menciptakan
kesadaran bahwa pensiun yang sejahtera tidak terjadi secara otomatis, melainkan
perlu direncanakan sejak dini.
2. Mendorong
partisipasi aktif masyarakat. Edukasi yang tepat dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat sebagai peserta dana pensiun, baik individu maupun karyawan melalui
program pensiun dari perusahaan. Bukan hanya untuk yang "dekat
pensiun", tapi juga bagi generasi muda (Gen Z dan milenial) serta pekerja
informal.
3. Memperkuat
ketahanan finansial nasional. Karena semakin banyak masyarakat memiliki dana
pensiun secara mandiri, maka semakin kecil beban negara terhadap subsidi
pensiun dan jaminan sosial di masa depan, sekaligus untuk mendorong pertumbuhan
dana kelolaan jangka panjang dana pensiun.
4. Meningkatkan peran korporasi dalam kesejahteraan
karyawan. Edukasi dana pensiun kepada perusahaan (HR dan manajemen) mendorong
mereka untuk menyediakan fasilitas pensiun yang lebih baik sehingga berdampak
pada retensi dan loyalitas karyawan, serta memperkuat reputasi perusahaan.
5. Mengubah
mindset konsumtif menjadi produktif. Edukasi dana pensiun dapat berkontribusi
dalam mengubah perilaku konsumtif menjadi perilaku menabung dan berinvestasi,
dengan fokus pada masa pensiun.
6. Menangkal
misinformasi dan ekspektasi keliru tentang pensiun. Banyak masyarakat
menganggap pensiun "urusan nanti" atau "pasti ditanggung
pemerintah". Edukasi berperan untuk meluruskan persepsi ini, di samping memberikan
informasi objektif tentanghari tua, termasuk simulasi manfaat dan risiko jika
tidak menyiapkan dana pensiun.
7. Mendukung
regulasi dan inklusi keuangan. Mendorong perluasan peserta dana pensiun adalahi
bagian dari strategi inklusi keuangan nasional. Karenanya, edukasi perlu
dilakukan secara massif, berkelanjutan, efektif, utamanya di segmen individu, pekerja
informal, dan UMKM.
Gimana caranya? Tentu, ada
banyak cara yang bisa dilakukan dalam edukasi dana pensiun. Selain melakukan
pemetaan sementasi audiens seperti milenial, Gen Z, Gen X, pekerja informal, atau
HR perusahaan. Edukasi bisa dilakukan dengan membuat kampanye berbasis cerita.
Bisa juga melalui digitalisasi edukasi seperti webinar, video pendek, simulasi
dana pensiun online, dan kolaborasi dengan institusi pendidikan, media,
influencer finansial, dan regulator.
Intinya, edukasi dana pensiun
harus jalan terus. Karena saat ini 1 dari 2 pensiunan di Indonesia benar-benar
mengandalkan biaya hidup dari transferan anak-anaknya (ADB, 2024). Sudah
saatnya industri dana pensiun membantu masyarakat Indonesia secara edukatif,
bukan hanya mengandalkan pemasaran semata. Edukasi yang baik pasti akan mendatangkan
peserta baru dan memperbesar aset kelolaan. Jangan hanya sibuk menyebut
regulasi berat, pasar sulit, dan sebagainya. Apapun butuh ikhtiar, butuh proses
yang sepadan. Karena hukum tabur-tuai pun berlaku di industri dana pensiun.
Dan edukasi berkelanjutan,
jelas tidak cukup sekali, perlu proses bertahap dan konsisten. Setelah itu, sediakan
akses digital untuk membeli dana pensiuan. Salam #SadarPensiun #YukSiapkanPensiun
#DPLKSAM #EdukasiDanaPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar